Ider-ideran Memayu Semarak
PLERED - Tradisi ider-ideran atau karnaval keramat Buyut Trusmi di Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered hingga sekarang masih dilestarikan warga sekitar. Kemarin (13/11), tradisi yang digelar sehari sebelum mengganti welit (atap) makam Ki Buyut Trusmi atau yang biasa disebut memayu ini mampu menyedot ribuan warga untuk menonton hingga memadati jalur pantura Cirebon. Tradisi ider-ideran atau karnaval Buyut Trusmi ini dilakukan dengan mengitari sejumlah ruas jalan protokol di Plered hingga jalur Pantura Cirebon. Ribuan warga dari berbagai desa pun memadati pinggiran jalan yang dilalui rombongan karnaval. Banyaknya pengunjung mengakibatkan terjadinya kemacetan arus lalu lintas meskipun jalan telah dibagi menjadi dua jalur. Namun petugas dari Polsek Weru dan Plered dibantu Satlantas Kepolisian Resor (Polres) Cirebon segera mengurai kemacetan arus lalu lintas hingga tidak mengakibatkan kemacetan yang parah. Dalam tradisi ini tampak sejumlah penunggang kuda dan kelompok manusia hitam mengawal jalannya karnaval. Selanjutnya, rombongan juru kunci, kiai, pengurus Kramat Buyut Trusmi serta kelompok penari laki-laki dan perempuan berada di belakangnya. Atraksi sejumlah warga berjalan menggunakan egrang setinggi lebih dari 2 meter mendominasi acara tersebut. Selain itu, berbagai replika jenis hewan dan kendaraan hias hasil kreativitas anggota masyarakat setempat ikut ditampilkan, serta sejumlah kesenian daerah. Menurut juru kunci Makam Buyut Trusmi, Sadari, waktu berlangsungnya tradisi ider-ideran ini sebelumnya bisa dijadikan tanda akan datangnya musim hujan. Namun karena pada tahun ini terjadi anomali cuaca yang tidak menentu. Sehingga tak bisa lagi dijadikan patokan akan tibanya waktu tradisi ini. Menurutnya, ider-ideran Kramat Buyut Trusmi berlangsung sehari sebelum acara memayu atau menggantikan atap rumbia di Kompleks Kramat Buyut Trusmi. Dijelaskannya, jika ider-ideran dilaksanakan pada hari Minggu, acara memayu dipastikan hari Senin. Sehingga bisa dijadikan tanda-tanda akan tibanya musim hujan. Sementara itu, Camat Plered, Teguh Suprayitno mengatakan tradisi ini mendapat dukungan dari pemerintah desa dan kecamatan setempat. Selain tradisi ini merupakan tradisi turun-temurun yang harus dilestarikan, juga dapat menumbuhkan iklim perekonomian yang baik terhadap warga. Ini ditandai banyaknya pedagang musiman yang berada di pinggir jalan di lokasi ider-ideran. “Tradisi semacam ini harus tetap dilestarikan,” paparnya. (mul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: