Petani Pilih Sistem Tanam Ceblokan
Lebih Murah Dibanding Ongkos Tanam Biasa PATROL- Pada saat pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM), biaya ongkos produksi pertanian ikut naik. Tapi, setelah harga BBM diturunkan, biaya ongkos tersebut tidak mengikuti. Melihat seperti itu, petani pun mengatur siasat untuk menekan beban biaya produksi yang dikeluarkannya. Salah satunya merubah sistem tanam. Saat ini, banyak petani menerapkan sistem tanam bagi hasil dengan buruh tani. Petani penggarap (pemilik) sawah memberikan porsi memanen kepada buruh tani. Porsi tersebut sesuai dengan luas benih yang ditanam buruh tani. “Sekarang banyak petani yang menerapkan seperti itu. Sistem tersebut dinamakan ceblokan. Dalam sistem itu, petani pemilik atau yang menggarap sawah, hanya membayar separuh biaya ongkos tanam saja kepada buruh tani yang tandur (menanam). Tapi, ketika panen buruh tandur itu diberikan kebebasan memanen. Kalau buruh tandur tersebut menanam benih pada satu kotak, maka berhak memanen padi satu kotak itu,” ujar Raswan, petani di Desa/Kecamatan Patrol, kepada Radar, Kamis (12/2). Kamid, petani lainnya menambahkan, sistem tanam ceblokan, sebenarnya sudah ada dari dulu. Namun, seiring dengan adanya sistem tebas, ketika tanaman padi akan dipanen, ceblokan nyaris hilang. Dijelaskannya, sistem tebas yakni, pemilik sawah (tanaman) menjual hasilnya panennya dengan sistem borongan kepada tengkulak. “Buruh tani yang memanennya, dibayar dengan uang oleh tengkulak. Karena sudah dijual ke tengkulak. Sekarang biaya produksi naik, petani banyak yang kembali menerapkan sistem tanam ceblokan,” kata Kamid. Untuk biaya tanam, untuk luas satu bau atau setara dengan 7 ribu meter persegi, petani membayar ongkos kepada buruh tandur Rp700 ribu. Sebelum harga BBM naik, ongkos tandur Rp500 ribu per bau. (kom)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: