Pagar Sekolah Terseret Longsor
BANJARAN – Tembok pagar SDN Ciranjeng, Kecamatan Cingambul sepanjang 7x2 meter Kabupaten Majalengka ambruk, kemarin. Jebolnya bangunan itu diduga karena pergerakan tanah akibat hujan deras yang turun terus menerus sejak siang hingga malam. Kepala SDN Ciranjeng, Hj Cicih Sukaesih AmaPd mengatakan, ambruknya pagar tembok sekolah baru diketahui Rabu pagi (23/11). Saat pagi-pagi sampai ke sekolah dia kaget melihat pagar tembok sekolah sudah porak-poranda. Meskipun demikian, dia tetap bersyukur tidak terjadi pagi atau siang hari saat anak didik berada di sekolah, terutama waktu istirahat. Pasalnya, pagar tembok sekolah biasanya digunakan anak-anak untuk bermain. “Yang menjadi masalah lagi, ambruknya tembok pagar berakibat pada terancamnya bangunan ruang kelas. Lantaran berada pada posisi tanah yang tinggi, bisa saja sewaktu-waktu tergerus akibat air hujan,” kata dia diamini Ketua Komite Sekolah, Amir dan Kepala UPTD Pendidikan, H Iwan Rusmawan SPdI MPd. Cicih juga mengaku bingung, pasalnya saat ini sekolah tidak memiliki dana kas untuk membangun kembali pagar yang jebol. Sementara perbaikan harus segera dilakukan, agar tidak merembet ke bangunan lainnya. Dia berharap ada solusi dari Pemkab Majalengka, dalam hal ini Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Majalengka. “Kami juga berharap ada pihak-pihak yang membantu untuk membangun kembali pagar, demi keselamatan kami dan bangunan sekolah,” ujarnya. Bila dihitung, biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan pagar sekitar Rp10 jutaan. Kepala UPTD Pendidikan, H Iwan Rusmawan SPdI MPd juga mengaku bingung untuk perbaikannya. Sebab, sepengetahuannya tidak ada anggaran khusus untuk menanggulangi kejadian seperti yang menimpa SDN Ciranjeng. Meskipun demikian, dia tidak hanya berpangku tangan. Tetap berupaya dan mencoba untuk mengusulkan bantuan ke pihak pemerintah di tingkat kabupaten. “Barangkali ada anggaran khusus untuk membiayai perbaikan,” kata dia. Namun, bila tidak ada, harus dicarikan solusi, misalnya koordinasi dengan Komite Sekolah dan pemerintah desa (pemdes) setempat untuk menggali swadaya masyarakat. “Jalan swadaya bisa kita tempuh,” ujarnya. (har)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: