Memilih Pemimpin Indramayu

Memilih Pemimpin Indramayu

Pemilukada di Indramayu memasuki fase “hangat”. Saya sebutkan hangat karena menurut beberapa kabar, pemilihannya akan dilakukan di akhir Tahun 2015 atau di awal tahun 2016. Jadi tinggal hitungan bulan masyarakat Indramayu akan menentukan pemimpin barunya. Meski begitu, nampaknya geliat para kandidat belum ramai didengar di akar rumput, hanya beberapa yang sudah berani menunjukkan keinginannya. Baliho-baliho yang biasa digunakan untuk mengangkat popularitas pun masih sangat minim. Padahal kita tahu pemilihan kepala daerah selalu berlangsung “panas”. Sehingga, melihat gejala sekarang ini, wajar kalau saya menyebutnya masih hangat. TERLEPAS dari suhu politik yang sedang berlangsung, pemilukada selalu menyisakan sebuah harapan besar. Harapan yang dibutuhkan oleh lebih dari satu juta masyarakat Indramayu agar daerahnya menjadi semakin lebih baik. Karena kita semua mafhum, Kabupaten Indramayu memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi kabupaten yang sejahtera, mampu mengangkat derajat masyarakatnya menjadi lebih baik. Dari sisi sumber daya alam, potensi ekonominya besar. Indramayu merupakan daerah yang banyak memiliki titik-titik sumber minyak mentah, selain yang sudah banyak ditemukan dan dieksplorasi, Indramayu masih memiliki lebih banyak lagi jika digali. Perusahaan-perusahaan pengolahan minyak pun banyak berdiri. Dari yang skala kecil, sedang, hingga skala besar seperti Pertamina RU IV di Kecamatan Balongan. Dari sisi ini saja, seharusnya kita bisa meyakini, Indramayu adalah kabupaten yang kaya. Belum lagi di sektor kekayaan alam luar, Indramayu memiliki laut yang potensi ikannya sangat tinggi. Di daratan, hamparan sawah berjejer luas sebagai sumber perekonomian utama mayoritas warganya, hutan Jati, kebun tebu menjadi pelengkap potensi yang dimiliki kabupaten yang pernah dijuluki sebagai lumbung padi ini. Dari sisi peningkatan kualitas manusia, hampir di semua kecamatan memiliki lembaga pendidikan dari PAUD hingga tingkat menengah atas, baik yang regular maupun yang vocasional yang mencetak tenaga ahli yang siap pakai di dunia kerja. Lembaga-lembaga pendidikan kejuruan dan keterampilan bermunculan bak jamur di musim hujan. Bahkan lembaga pendidikan tinggi pun sudah tidak sulit dijangkau oleh masyarakat Indramayu, dari mulai pendidikan keguruan, agama hingga politeknik-politeknik semuanya ada di Indramayu. Selain pendidikan umum, pendidikan spiritual seperti madrasah diniyah hingga pesantren sudah tidak sulit ditemukan di tiap pelosok Indramayu, dari yang pendidikan salaf hingga yang menggunakan metode modern ala pesantren Gontor pun ada. Jika sudah demikian, hal apa lagi yang membuat kita tidak menyebutkan Indramayu sebagai kabupaten yang maju? Namun sayang, potensi yang besar tersebut belum berbanding lurus dengan hasil yang dinikmati penduduknya. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat Indramayu yang belum maksimal. Jika pun banyak yang sejahtera, hal tersebut bukan diperoleh dari bagi hasil yang dimiliki potensi alamnya. Melainkan hasil bekerja di luar daerah, baik sebagai pegawai, pembantu rumah tangga, dan pekerjaan lainnya. Sederet persoalan menghinggapi kabupaten yang pemimpinnya pernah meraih predikat Akhlakul Karimah ini, dari mulai sengketa hak guna lahan hutan yang sudah banyak memakan korban, pencemaran air laut limbah pengolahan minyak, hingga masalah sosial dengan banyak munculnya janda-janda muda di musim kemarau, kasus penganiayaan terhadap tenaga kerja wanita, sulitnya petani mendapatkan air bagi sawahnya yang menyebabkan seringnya terjadi gagal panen, masalah banjir tahunan, hingga yang akhir-akhir ini marak adalah banyaknya begal (perampok jalanan) yang notabene pelakunya masih anak-anak usia sekolah. Jika melihat kenyataan di atas, kita patut merasa miris. Padahal kekayaan alam Kabupaten Indramayu begitu kaya. Alam yang seharusnya mutlak bisa dinikmati warganya. Namun hal tersebut jauh panggang daripada api, harapan tersebut belum terwujud. Kemegahan Kilang minyak, pembangkit listrik, pabrik-pabrik, hamparan laut, hijaunya sawah dan birunya hutan menjadi pemandangan kontras dengan keberadaan masyarakatnya. Bukankah itu semua merupakan amanah yang telah Tuhan titipkan kepada kita. Apa yang salah dari kabupaten kita? Pertanyaan menggelitik untuk kita renungkan tentunya. Namun tidak cukup hanya merenung. Karena lemah berarti kalah, diam berarti mati, bukankah kehidupan masih panjang, banyak harapan yang belum terrealisasikan. Memang bukan perkara mudah mengelola potensi manusia dan alam agar bisa disinergikan untuk membangun daerah. Namun Tuhan kadung telah mempercayakannya kepada kita, tidak mungkin Ia salah dalam mengatur skenario yang telah dijalankan. Artinya, Tuhan percaya bahwa kita sesungguhnya mampu. Tinggal bagaimana kita berusaha semaksimal mungkin agar amanah tersebut dikelola dengan baik. Agar harapan-harapan itu sedikit-demi sedikit dapat tercapai, harapan bagi kesejahteraan semua warga Indramayu. Dan satu langkah awal yang mungkin bisa kita mulai adalah dengan memilih pemimpin, menentukan bocah angon, yang berkualitas. Jika kita berkaca pada kondisi Indramayu saat ini, penulis paling tidak menyimpulkan tiga hal yang harus dimiliki seorang pemimpin. Pertama, seorang pemimpin harus berkualitas dalam membangun kecerdasan inetelektualnya. Daya analitisnya harus mampu menjangkau setiap persoalan masyarakat untuk ditemukan solusinya yang tepat dan berdaya guna. Menciptakan inovasi-inovasi baru bagi pembangunan masyarakatnya, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Pengalaman pendidikan dan berorganisasi seorang calon pemimpin menjadi rekam jejak yang patut dilihat dalam hal ini. Kedua, sisi emosional seorang pemimpin harus memiliki kualitas di atas rata-rata. Emosionalitas berkait erat dengan perasaan, sense of belonging, perasaan memiliki. Ia berangkat dari pengalaman-pengalaman hidup dalam mengolah rasa agar selalu mudah berbagi dan merasakan akan kekurangan dan penderitaan orang lain, penderitaan warganya. Ia harus selalu hadir di tengah-tengah rintihan dan kesulitan masyarakatnya. Dalam hal ini, kesahajaan, kehidupan bermasyarakat dan aktivitas sosial yang pernah dijalani seorang calon pemimpin dapat menjadi tolak ukurnya. Ketiga, dan yang paling penting bagi seorang pemimpin adalah aspek spiritualitas. Spiritualitas menjadi prasyarat penting karena berkait erat dengan kedalaman seseorang dalam membaca kehendak Tuhan dalam memelihara dan mengelola setiap amanah yang diberikan. Amanah dalam bentuk sumber daya manusia dan juga sumber daya alam. Pendidikan spiritual menuntut seseorang untuk selalu mengaitkan hatinya dengan Tuhan, manusia dan alam, agar terjadi harmonisasi diantara ketiganya. Pendidikan keagamaan, dibarengi dengan olah ruhani atau dalam bahasa lain olah batin seseorang, menjadi hal yang bisa dilihat dalam hal ini. Ukurannya, minimal terletak pada konsistensinya dalam mengamalkan setiap ajaran agama atau keyakinan yang dianutnya serta kesederhanaan dalam kesehariannya. Karena inilah yang membentuk integritasnya, menagakkan keadilan dan anti terhadap korupsi. Spiritualitas sangat penting, karena pembangunan daerah yang maju tanpa sentuhan nilai spiritual akan terasa kering makna, hanya menghasilkan bangunan-bangunan megah minim manfaat, lulusan-lulusan sekolah tinggi namun tidak beradab. Tentu hal tersebut tidak kita inginkan. Itulah setidaknya, tiga prasyarat yang harus dimiliki seorang pemimpin yang berkualitas. Pemimpin yang dibutuhkan bagi kemajuan Indramayu yang saat ini masih terpuruk, baik dalam segi ekonomi, sosial maupun spiritual. Pemimpin yang memiliki kemampuan menggembalakan, sehingga kita bisa menyebutnya sebagai bocah angon, anak gembala. Seseorang yang mampu untuk mengemong siapa saja dan dari kalangan mana saja asalkan ia masih manusia dan warga Indramayu. dengan begitu, niscaya julukan dlupak murub tanpa patra, tidak hanya dirasakan oleh segelintir elit pejabat, tetapi dapat dimanifestasikan menjadi kesejahteraan bagi semua. Semoga. (*)

*Penulis adalah Dosen ISIF Cirebon dan Unidarma Indramayu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: