Menggerakkan Kemandirian Pelajar Perempuan

Menggerakkan Kemandirian Pelajar Perempuan

  Oleh Mamang M Haerudin*   “Tiada laut sedalam iman. Tiada gunung setinggi cita. Sujud kepala kepada Tuhan. Tegak kepala lawan derita” (Mars IPPNU)   SYUBBAN al-Yaum rijal al-Ghad, pemuda/pemudi hari ini adalah pemimpin masa depan. Pepatah Arab ini mengandung makna yang mendalam. Makna tentang masa kini dan masa depan sebuah bangsa. Maka tidak lain, membahas masa depan bangsa adalah membahas para pemuda/pemudinya. Inilah Islam, agama yang sampai hari ini kita anut kebenarannya. Sebuah agama peradaban sepanjang zaman yang universal. Tidaklah menganehkan jika para pihak yang tidak bertanggung jawab akan merusak sendi-sendi kekuatan sebuah bangsa melalui para pemuda/pemudinya. Para pemuda/pemudi itu tidak lain adalah para pelajar kita, putra-putri kita yang sedang belajar di lembaga pendidikan. Melalui banyak cara, terutama melalui arus informasi dan teknologi, khususnya internet, dengan mudah virus-virus membahayakan itu dapat diakses oleh para pelajar. Realitas kehidupan seperti ini yang sedang kita hadapi di zaman globalisasi. Zaman di mana sekat-sekat kehidupan semakin terbuka dan bebas secara global. Para pelajar putra marak dengan berbagai pergaulan bebasnya; tawuran, penyalahgunaan narkoba, geng motor, dan lain sebagainya. Yang lebih mengkhawatirkan adalah keberadaan dan masa depan para pelajar putri.Mereka sedang dalam keadaan gawat darurat, terutama terkait dengan semakin maraknya kasus-kasus yang berkenaan dengan pelecehan seksual. Adalah Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) sebagai organisasi pelajar di bawah naungan organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU), yang sejak lahirnya diamanahi untuk bisa menjaga dan melindungi para pelajar putri dari segala jeratan perilaku destruktif dan menyimpang. IPPNU sendiri lahir pada tanggal 2 Maret 1955, maka ia telah genap berusia 60 tahun jika dihitung sampai 2 Maret 2015 tahun ini. Kalau coba kita telisik lebih jauh, dalam skala yang lebih besar, keberadaan dan nasib perempuan memang masih termarjinalkan. Perempuan dianggap lebih rendah ketimbang laki-laki. Perempuan dianggap sebagai makhluk Allah yang membawa fitnah sejak lahir. Akhirnya, budaya patriarkhi begitu mengakar kuat di masyarakat. Ujungnya menimpa para pelajar.Pelajar putra dipandang lebih layak untuk berpendidikan lebih tinggi ketimbang pelajar putri. Kita bisa telisik dari beberapa aktivitas di sekolah-sekolah tentang pemilihan ketua OSIS, pemilihan ketua kelas, pemilihan ketua dalam ekskul, dan lain sebagainya. Pelajar putra dianggap lebih pantas dan layak menjadi ketua. Sudah saatnya kita bisa mengubah keadaan, agar realitas pahit ini bisa segera membaik. Pemuda/pemudi kita harus mandiri, diberikan kesempatan dan peran yang sama untuk menikmati pendidikan yang setara dan seimbang. Tuntunan Islam tentang wajib berpendidikan tidak hanya diperuntukkan kepada laki-laki, tetapi juga kepada perempuan. Islam tidak pernah membeda-bedakan kedudukan laki-laki dan perempuan. Manusia adalah makhluk Allah yang paling baik penciptaannya (ahsani taqwim). Karena laki-laki dan perempuan diberi anugerah akal dan pikiran yang sama untuk memakmurkan semesta alam. Itulah paling tidak garapan IPPNU kini dan ke depan. IPPNU harus menjadi lokomotif gerakan untuk memajukan kualitas pelajar putri sekaligus meneguhkan mereka agar dapat mengaktualisasikan potensinya dengan optimal. Pelajar putri pun harus berpendidikan tinggi, memiliki kesempatan yang sama untuk berkiprah di ruang publik, dan aktif dalam berbagai aktivitas sosial. Terlebih IPPNU mempunyai genealogi keilmuan Islam yang kuat dengan nilai-nilai kepesantrenan, yakni Islam ahlus sunnah wal jama’ah. Adanya IPPNU adalah bukti nyata bahwa NU dan para kiai-nyai di pesantren menaruh kepedulian tinggi akan keberadaan para pelajar dan santri putri. Para kiai-nyai ingin memberikan cara pandang keislaman yang seimbang dan setara. Pendidikan yang tidak mendiskriminasi hanya karena jenis kelaminnya berbeda. Dalil-dalil baik yang terdapat dalam Alquran maupun hadits yang sepintas mengenyampingkan keberadaan perempuan tidaklah benar. Beberapa ayat dan hadits tersebut harus dibaca dengan konteksnya. Salah satu di antaranya ayat dalam QS An-Nisa [4]: 34, al-rijaalu qawwaamuuna ‘alan nisa (laki-laki itu pemimpin atas perempuan). Lan yufliha qaumun wallau amrahum imra’atan (tidak akan sejahtera sebuah umat manakala dipimpin oleh perempuan). Ayat dan hadits tersebut jika dipahami secara baru dan kontekstual tidak akan membuahkan kesimpulan yang timpang dan bias. Bukankah banyak perempuan Muslimah di negeri ini yang mempunyai kualitas yang mumpuni, mulai dari pengusaha, pendidik, petani, pejabat, pemuka agama sampai presiden? Para perempuan Muslimah mampu menunjukkan kualitas manajemen dan kepemimpinannya dengan menghasilkan banyak prestasi. IPPNU harus dapat bersinergi dengan pemerintah dalam memajukan kualitas pendidikan. Mengkritik pemerintah jika kurang pantas dalam mengambil sebuah kebijakan. Mengawal pendidikan melalui kurikulum yang berjalan. IPPNU harus menjadi inspirator pelajar putri untuk terus mengampanyekan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi, pendidikan anti korupsi, pendidikan kewirausahaan, pendidikan keagamaan yang inklusif, dan lain sebagainya. Setiap program kerja yang dirancang harus berkesesuaian dengan kebutuhan. Memberikann inspirasi dan penguatan agar para pelajar bisa fokus berpendidikan, tidak terjerumus pada pergaulan bebas dan pacaran. IPPNU harus bisa memberikan nuansa kondusif bagi pelajar putri dari segala bahaya yang mungkin menjerat mereka selama mengenyam pendidikan. IPPNU harus bisa membuat pelajar putri menjadi fokus belajar dan produktif berkarya. Terutama melestarikan tradisi akademik yakni membudayakan aktivitas membaca, menulis, dan kajian ilmiah. Saya yakin IPPNU bisa mengemban amanat dan tugas mulia ini. Selamat harlah (Hari Lahir) IPPNU yang ke-60 untuk IPPNU. Selamat belajar, berjuang, bertakwa! Sebagai pengingat, saya ingin menutup tulisan singkat ini dengan kembali menuangkan kutipan Mars IPPNU; “Mekar seribu bunga di taman. Mekar cintaku pada ikatan. Ilmu kucari amal kuberi. Untuk agama bangsa negeri. Wallahua’lam bis-Shawab.   * Kandidat Master Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: