JANGAN PAKSAKAN SUAMIMU ISTRIKU, UNTUK….???

JANGAN PAKSAKAN SUAMIMU ISTRIKU, UNTUK….???

Allah SWT menciptakan manusia laki-laki dan perempuan untuk saling berpasang-pasangan. Manakala laki-laki dan perempuan sudah cukup umur dan sudah dewasa, mampu untuk berdiri sendiri dan bertanggung jawab, maka sudah dperbolehkan untuk melakukan pernikahan, tentu pernikahan itu didasarkan atas keduanya saling mencintai dan mendapat restu dari orang tuanya. Pernikahan diharamkan apabila berawal dari nafsu, karena melihat dari kecantikan semata, termasuk cintanya karena memandang harta yang dimiliki satu sama lain, atau melihat kekayaan dari orang tuanya. Terjadinya pernikahan, sebaiknya sesuai ketentuan dalam ajaran Islam yang sebenarnya atau agama yang dianut dan diyakini. Suatu hal yang lumrah bila istri menginginkan hidup bahagia dan tentram di samping suaminya, karena hal itu merupakan fitrah manusia. Suatu hal yang lumrah bila istri menginginkan kehidupan yang layak dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Suatu hal yang lumrah bila suami istri mengharapkan anak dari hasil perkawinannya sebagai bukti cinta kasih serta dapat meramaikan kehidupan di rumah tangga. Tulisan di atas adalah suatu gambaran yang lazim dan normatif serta menjadi harapan yang diidam-damkan dalam kehidupan berumah tangga setiap pasangan suami istri, dan setiap keinginan dan kemauan harus dapat diterima oleh akal pikiran dan norma-norma agama. Jangan sampai melampui batas kemampuan. Prahara atau musibah setiap manusia pasti ada, tergantung berat ringannya yang diujikan Allah SWT, termasuk dalam kehidupan rumah tangga. Itu akan terjadi bilamana suami istri tidak bisa mengendalikan nafsu duniawi dan keegoan masing-masing pihak. Dan tidak bisa mengendalikan situasi atau tidak saling menerima apa adanya atas masing-masing kekurangan dan kelebihannya. Sebagaimana janji suci yang diucapkan dalam pernikahan dan berjanji sehidup-semati. Harta dan hidup penuh kemewahan dunia serta memiliki istri cantik atau suami tampan, tidak dapat menjamin rasa dan kebahagiaan serta kedamaian akan selamanya berdua sampai kehidupan menjadi tua dan keduanya dipanggil Yang Maha Kuasa. Keluhan dan umpatan pada istri sudah tidak ada gunanya, karena dirinya (suami) berada di balik terali besi akibat terjerat masalah yang mengakibatkannya menjadi narapidana. Istriku, sekarang kamu berada di mana, sudah hampir 5 tahun suamimu ada di dalam penjara, tapi kamu istriku tidak pernah bersua, walau cuma sekejap mata. Hanya sekali saja di waktu awal aku masuk penjara, ketika itu kamu ikut mengantarkan dan menangis mengusap air mata. Ingatkah kamu istriku, atau sudah lupakah wahai istriku? Telingaku masih terigiang jelas kata-katamu, walau hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Waktu itu kamu katakan padaku dengan nada pelan-pelan sambil memeluk. ”Suamiku yang baik tersayang dan penuh perhatian, istrimu tetap sayang dan akan setia menunggumu. Istrimu akan menjaga aibmu dan mudah-mudahan suamiku cepat keluar dan tabahkan serta kuatkan imanmu, suamiku, istrimu akan selalu berdoa, dan kamu segera dibebaskan dan kita bisa berkumpul kembali bersama anak-anak kita yang lucu-lucu.” Tapi mengapa istriku sampai hari ini tidak menjengukku, apakah dia sudah tidak kangen lagi, sudah tidak cinta dan sayang lagi pada diriku? Suamimu yang selalu menanti kehadiranmu pagi, siang dan malam, atau kah….???. Ya Allah jangan sampai itu terjadi. Istriku sampai aku di tempat ini, semuanya karena kamu selalu minta belanja lebih, kamu sering membisikan dengan kata-kata yang memaksa dan merayu di kala kita berdua berada di peraduan syahdu. “Suamiku yang paling cakep dan mantap, kamu sayang pada istrimu kan? Besok lusa kalau seandainya kamu dilantik jadi pejabat, tentu aku menjadi istri seorang pejabat. Masa aku kelihatan biasa-biasa saja, apakah kamu tega suamiku sayaaang??? Boleh dong aku minta dibelikan kalung dan gelang emas yang ada mata berliannya dan mobil baru, sehingga kalau istrimu ikut arisan tidak memalukan dan jadi bahan omongan. Gimana gituuu??? Suamiku, masa istri pejabat yang segiini cantiknya hanya polos saja, lalu baju yang dipakai harganya murahan, kan malu suamiku sayang??? Dan nanti bila liburan kita jalan-jalan menengok orang tua di kampung halaman. Kita menjadi kebanggaan keluarga dan tetangga kampung, tentu kita jadi orang terpandang suamiku, ya kan??? Ya Allah! Kata-kata istriku itu yang menjerumuskan aku, yang akhirnya aku masuk penjara. Ya Allah! Berikanlah kekuatan pada hambamu ini dan jangan sampai perbuatan aku yang melanggar hukum Negara dan Agama, terjadi pada anak-anakku. Cukuplah sudah pada diriku saja, aku sebagai laki-laki dan pemimpin rumah tangga yang lemah, kenapa aku tidak tegas dan tidak mau mendengar nasehat para ulama dan guru mengajiku? “Laki-laki adalah pemim­pin yang harus bisa mengen­dalikan situasi dan lingkungan di mana berada. Jangan lemah akibat situasi dan lingkungan di mana berada”. Kalau sudah begini keadaanku, tidak ada yang peduli. Istriku, teman-temanku dan semua lari menghindar. Mereka seperti jijik melihatku, padahal waktu aku belum dijerat masalah hokum, mereka selalu mendekat dan meminta. Sekarang aku hanya pasrah pada keadaanku dan hanya bisa menangis dan menangis air mata yang tidak bermakna. Semuanya hampa, impian menjadi seorang ayah yang baik sirna, istriku tiada entah ke mana, dan anak-anakku sama siapa?! Hidup bagai kelana, yang merenung serta menyesal sepanjang masa. Semua ini akibat mengikuti keinginan dan kemauan istri yang menuruti hawa nafsu duniawi belaka. Lamunan dan keputusasaan sekejap lenyap. Suasana yang tadinya sepi bagai di-alam mati, tiba-tiba menjadi suatu yang mustahil karena ada suara yang memanggil, ayaaah. Begitu ayahnya menoleh ke kanan, dilihatnya seorang anak berumur dua belas tahunan berlari menghampiri. Itu ayahmu nak, kata nenek yang membawanya sambil menunjukan jarinya kepada cucunya yang diarahkan pada sesosok laki-laki yang lagi duduk. Peluk cium yang sangat mengharukan, isak tangis yang memecahkan, suasana hening rumah penjara tak ter-elakan. Betapa tidak, karena anaknya yang paling besar waktu ditinggalkan ayahnya masuk penjara masih kecil baru berumur lima tahun dan sekarang umurnya sudah dua belas tahun. Anak yang sudah lama merindukan seorang ayah, selalu meminta dan merengek ke neneknya ingin bertemu ayahnya yang dua hari lagi akan dibebaskan dari penjara. Berarti aku sudah tujuh tahun lamanya meninggalkan anak istriku, gumamnya. Tidak terasa aku berada di ruang pengap dan lembab serta berisi orang-orang yang berdosa pada rakyat dan negara. Dan besok lusa sisa waktu hukumanku di penjara. Sial ini sudah habis dan aku bebas kembali untuk dapat menghirup udara kebebasan serta kehangatan di luar sana. Aku akan bersama lagi dengan kedua anak-anakku, aku akan membimbingnya dengan baik, sehingga kelak anak-anakku menjadi anak yang sholeh berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Namun dalam pertemuan dengan anaknya itu, sang ayah merasa terkejut dan seperti geram mendengar cerita ibu mertuanya. Karena sejak anaknya berumur sepuluh tahun, ibunya pergi entah kemana dan dua orang anaknya dititipkan sama neneknya. Pantesan dan sudah aku duga apa yang dilakukan istriku selama aku berada d ipenjara, dasar!!! Istri terkutuk, istri tidak punya perasaan, istri durhaka, istri yang kejam pada anaknya. Jangan paksakan suamimu istriku untuk….amarahnya dilepaskan. Dalam suasana yang penuh emosi membara, tiba-tiba anaknya bertanya, kepada ayahnya. Ayah bolehkah anakmu ini bertanya, tentu saja boleh nak???, Ayahmu sangat senang, silakan nak, apa yang ingin kamu tanyakan. Begini ayah, tapi sebelumnya anakmu minta maaf bila nanti menyinggung perasaan. Oh tentu tidak anakku, ayah tidak akan marah dan tersinggung padamu anakku, asal pertanya­anmu jangan bercita-cita ingin meninggalkan ayahmu yang sudah lama merindukan kehadiranmu nak. Dan jangan seperti ibumu meninggalkan ayahmu begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban pada keluarga. Ayaaaah….si anak sambil menangis dan memeluk, kenapa ayah berada di sini sekian lama dan tega meninggalkan kedua anakmu hanya bersenang-senang di sini? Ayooo jawab ayah, dengan jujur. Maklum si anak tidak begitu mengerti ikhwal kejadian dan masalahnya, dengan sekuat tenaga ayahnya menahan pedih, perih dan lara di dada. Untuk tidak cengeng di depan anaknya, ayahnya sambil tersenyum, wahai anakku yang cakep dan pintar, ayah mohon maaf yang sebesar-besarnya, ayah telah khilaf. Ayah telah menjadi temannya syaitan. Ayah mudah menerima bisikan dan rayuan syaitan, ayah tidak kuat iman, semua yang ayah lakukan dan berbuat seperti ini karena ayah sangat mencintai ibumu nak, ayah tidak kuasa menolak permintaan ibumu nak, ibumu yang ingin hidup terpandang di lingkungan keluarga dan tetangga, sehingga ayah khilaf dan ayah melakukan KORUPSI mengambil uang Negara. Nak, di tempat kerja ayah. Ayah sadar dan tidak akan menyalahkan siapa-siapa, biarlah ini menjadi pelajaran hidup ayahmu nak, sambil menangis dan mendekap anaknya. Bagaimanapun prilaku orang tua, namun pada anaknya selalu penuh perhatian dan sayang, dengan tulusnya dia berkata pada anaknya pelan-pelan dengan lemah lembut penuh rasa kasih sayang yang mendalam. Anakku nanti setalah kamu besar makin dewasa serta sudah bekerja dan mempunyai istri, kamu jangan mau mendengar bisikan syaitan walau itu datangnya dari mulut istrimu, sekalipun istrimu cantik, dan siapapun yang memberi bisikan agar kamu mengikuti jalan yang salah, kamu jangan turuti ya nak, kamu jangan takut dibenci atau dimusuhi, Insya Allah selama kamu benar, Allah pasti melindungi, sayangi dirimu dan keluargamu kelak. Ayah selalu berdoa untukmu, dan yang perlu kamu ketahui dan lakukan dalam setiap melaksanakan tugas, yaitu tentang motto Kopak Indonesia “ Hati-hati, teliti dan selalu waspada “, sehingga kamu dalam melangkah menjadi selamat, ingat ya anakku dengan motto Kopak Indonesia yang tadi ayah sebutkan, hiduplah sederhana, apa adanya, jangan berfoya-foya serta dipaksakan harus memiliki dan yang lebih penting jangan tinggalkan untuk selalu bersujud pada Allah SWT serta berdoa agar kamu terhindar dari bisikan syaitan. Anaknya yang mendengarkan sambil menghayati nasehat ayahnya, air matanya menetes membasahi lantai sepertinya penuh haru. Tidak terasa waktu jam menjenguk sudah habis, anak itu sebenarnya tidak mau berpisah dengan ayahnya, namun ayahnya meyakinkan lusa kamu datang kesini lagi ya nak untuk menjemput ayah, dan kita sama-sama pulang. Maka perpisahan yang penuh keharuan, “Ayah anakmu pulang dulu, ayah jaga kesehatan supaya lusa kita bersama lagi”. dengan raut wajah yang sedih, ayahnya, melepaskan genggamannya. (*) *) Oleh: Drs Syarip Hidayat* Sekretaris DKP3 PNS Pemkot Cirebon dan Ketua KOPAK Indonesia Kota Cirebon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: