One Way Tidak Harus 24 Jam

One Way Tidak Harus 24 Jam

Kepolisian Setuju Satu Arah, Tapi Butuh Kajian Mendalam KEJAKSAN - Rencana satu jalur di Jalan Kartini mendapatkan tanggapan berbeda dari kepolisian. Satu jalur secara penuh selama 24 jam perlu dikaji ulang. Sebab, untuk sampai pada tahap satu jalur atau lazim disebut one way, perlu ada kajian matang beserta kelengkapan lainnya. Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Cirebon Kota AKP Kurnia menilai, perlu ada kajian lebih dalam dan menyeluruh. Termasuk melibatkan masyarakat dan unsur terkait lainnya. “Kami mendukung kebijakan pemerintah. Termasuk rencana satu jalur di Jalan Kartini,” tukasnya. Namun, Kurnia menilai Jalan Kartini padat pada jam-jam tertentu saja. Sehingga, akan lebih efektif dan efisien jika satu jalur pada jam tertentu. Secara umum, keberadaan double track atau jalur ganda rel kereta api yang membelah Jalan Kartini, menambah daftar panjang kemacetan yang terjadi. Betapa tidak, kata Kurnia, setiap hampir 5-8 menit sekali selalu ada saja kereta api melintas. Untuk sampai pada tahap itu, diperlukan koordinasi dengan berbagai elemen. Untuk Polres Cirebon Kota sendiri, kata Kurnia, selalu menjadi mitra bagi Pemkot Cirebon. Artinya, anggota Satlantas akan ditempatkan di Jalan Kartini sesuai kesepakatan bersama dalam Forum Lalu Lintas yang akan dibahas nanti. Tidak hanya itu, dalam satu jalur atau one way, diperlukan pula sarana, marka jalan, rambu-rambu lalu lintas, dan kelengkapan lainnya. “Perlu sosialisasi terlebih dahulu. Sebab, tidak semua mengetahui langsung pemberlakuan satu jalur di Jalan Kartini,” ucap pria ramah itu. Terpisah, Ketua Komisi B DPRD Kota Cirebon Didi Sunardi mengatakan, satu jalur Jalan Kartini sebaiknya menggunakan sistem waktu. Pengaturan satu jalur tidak sepenuhnya dilakukan sepanjang 24 jam. Alasannya, ujar politisi PDIP itu, di Jalan Kartini ada Masjid Raya At-Taqwa. “Masyarakat yang ingin beribadah akan terganggu. Sebenarnya, persoalan macet di Jalan Kartini karena tingginya hilir mudik kereta api,” ujarnya. Terlebih jika double track resmi dijalankan, Didi memperkirakan akan ada kereta api melintas setiap tujuh menit sekali. Karena itu, dia meminta peran aktif dan koordinasi dari PT KAI Daops III Cirebon, untuk mencari solusi terbaik agar Jalan Kartini tidak selalu macet pada jam-jam tertentu khususnya. Selama ini, Didi Sunardi menilai keberadaan PT KAI di Kota Cirebon tidak memberikan kontribusi apapun bagi Pemerintah Kota Cirebon maupun masyarakat. Mengatasi persoalan kereta api, Didi mengusulkan jalur kereta api seperti di stasiun Gambir. “Itu solusi terbaik mengatasi kemacetan Jalan Kartini,” cetusnya. Namun, Dishubinkom tetap akan memberlakukan satu jalur dengan sistem penuh. Artinya, selama 24 jam jalur di Jalan Kartini akan berlaku satu arah dari perempatan Gunung Sari menuju arah masjid At-Taqwa. “Tidak ada angkot yang lewat Jalan Kartini. Kami akan alihkan jalurnya,” ujar Kepala Dishubinkom H Maman Sukirman SE MM kepada Radar, kemarin. Begitupula dengan pengaturan waktu, Maman menegaskan Dishubinkom tidak memberlakukan satu jalur hanya pada jam tertentu. Tetapi, sepanjang waktu tetap satu jalur. Sementara, Sekretaris Daerah Kota Cirebon, Asep Dedi mengatakan, penyebab terjadinya kemacetan itu akibat pesatnya pertumbuhan pendudukan dan meningkatnya jumlah volume kendaraan bermotor dan mobil dalam setiap tahunnya. Ditambah lagi, di Jalan Kartini terdapat dua jalur kereta api. “Kalaupun kemacetan diurai dengan pemberlakuan satu jalur, akan tetap macet, karena ada double track jalur kereta api. Sebetulnya Jalan Kartini itu tidak macet, karena kemacetan di Jalan Kartini hanya di jam-jam tertentu,” ujar Asep. Menurutnya, ketika ingin diberlakukan jalan satu arah oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubinkom) Kota Cirebon, lebih baik penggunaan jalan satu jalur tersebut dijadwal. Artinya, kajian teknis satu jalur tersebut harus dilihat dari dampak negatifnya juga. “Yang padat di jalur Kartini itu, paling pagi saat orang beraktivitas masuk kerja dan sekolah. Siang saat jam istirahat dan sore saat pulang kerja. Cara ini mungkin bisa dilakukan,” ungkapnya. (ysf/sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: