Reaktualisasi Nilai Rame ing Gawe Suci ing Pamrih

Reaktualisasi Nilai Rame ing Gawe Suci ing Pamrih

DALAM catatan sejarah Bung Karno pernah mengatakan, jika Indonesia ingin kembali berjaya seperti Sriwijaya dan Majapahit tidak bisa hanya dilakukan satu golongan. Tetapi harus dilakukan secara bersama oleh semua komponen bangsa. Di lain kesempatan dalam perumusan dasar negara pada siadang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno juga menyampaikan, jika lima sila dalam Pancasila dikerucutkan menjadi tiga (trisila) maka akan menjadi sosionasionalisme, sosio-demokrasi dan ketuhanan. Dan apabila trisila dikerucutkan lagi menjadi satu (eka sila) maka  itu adalah Gotong Royong. Alangkah hebatnya Negara Gotong Royong! Semangat gotong royong sabagai salah satu budaya bangsa telah nyata menghantarkan bangsa Indonesia lepas dari penjajahan dan membuat Indonesia dipuji bangsa lain. Karena berhasil menyatukan berbagai macam suku, adat, budaya, ras, warna kulit, dan agama dalam satu-kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gotong royong ini pula yang menjadi konsep dasar masyarakat Kabupaten Cirebon menetukan moto dalam logo Kabupaten Cirebon “Rame Ing Gawe Suci Ing Pamrih”. Maknanya, banyak bekerja tanpa mengharapkan imbalan. Menilik masyarakat Kabupaten Cirebon puluhan tahun yang lalu, semangat gotong royong masih sangat melekat dan mendarah daging dalam setiap sendi kehidupan. Pada saat warga masyarakat mendirikan rumah, tetangga dari golongan pria bahu membahu saling membantu (rame ing gawe) sesuai dengan bidang keahliaannya. Ada yang berinisiatif membersihkan rerumputan dan semak belukar pada lahan yang akan dijadikan rumah. Kemudian ada yang bertindak sebagai pengaduk material bangunan. Ada pula yang bertindak mengangkut meterial, menata batu bata, membuat kusen dan rangka atap. Jika golongan pria menyibukkan diri dengan pekerjaanya, pun sama dengan kaum wanita. Mereka menyibukkan diri dengan memasak dan menyiapkan makanan dan minuman yang akan disuguhkan pada para pekerja. Dalam kegiatan ini tidak ada yang merasa dirinya sebagai atasan yang sibuk, melihat, menunjuk dan memerintah. Tidak pula mengharapkan imbalan walau sepeser rupiah pun (suci ing pamrih). Mereka ingin meringankan beban sesama warganya. Dan akan sangat risih jika tidak turut mengambil bagian di dalamnya. Begitu juga pada  pemba­ngunan fisik lainnya yang berkaitan dengan fasilitas umum seperti membangun tempat ibadah, sarana pendidikan, jalan, jembatan, dan pembangunan infrastuktur lainnya. Dengan semangat gotong royong secara swadaya, swadana, dan swakelola masyarakat kerjakan dengan senang hati tanpa mengharapkan pamrih. Karena mereka sadar betul bahwa penerima manfaat dari pembangunan itu adalah mereka juga. Hal ini membawa dampak pada kontinunya pembangunan sarana dan prasarana fisik di lingkungan masyarakat yang tentunya memberikan manfaat berupa peningkatan kesejahteraan yang dirasakan bersama. Pun sama pada acara hajatan. Tentu kita sangat mengenal dengan istilah ngulemi/ngobeng (mengundang tetangga untuk datang membantu). Para tetangga guyub (kompak) datang memenuhi undangan dengan membawa sesuatu (beras atau bahan makanan lain) yang dikenal dengan istilah kondangan. Adapula yang membawa uang penyecep (nemo) bagi hajat khitanan anak. Bagi masyarakat yang memiliki jiwa seni, dengan senang hati memeriahkan acara tersebut. Dari sinilah cikal-bakal tumbuh dan berkembangnya kesenian-kesenian Cirebon seperti tarling, masres, genjring akrobat, sintren dan lain-lain. Tetunya semua itu dilandasai semangat gotong-royong yang ikhlas untuk berpartisipasi membantu sesame. Begitu juga semangat gotong-royong dalam pengupayaan ketahanan pangan masyarakat. Pada saat musim bercocok tanam (tandur), masyarakat yang tidak memiliki lahan guyub turun ke sawah membantu tetangga atau kerabatnya menggemburkan tanah (macul), menanami bibit padi (nandur), menyiangi rerumputan atau hama lainnya yang akan mengganggu pertumbuhan padi (mantun). Setelah padi siap dipanen, masyarakat turut membantu memanen padi (derep), memangkas padi dari batangnya (mbabad) memisahkan bulir padi dari tangkainya (nggeprak) dan sama-sama menikmati hasilnya dari jatah yang diberikan sebagai jasanya (catu). Begitulah sedikit gambaran kebersamaan dan kebersahajaan masyarakat tempo dulu yang menjunjung tinggi nilai-nilai Rame Ing Gawe Suci Ing Pamrih yang tertananam pada masyarakat kabupaten Cirebon. Namun seiring dengan dinamika zaman yang terus berkembang saat ini, nilai-nilai gotong-royong perlahan tapi pasti semakin terkikis. Semangat kebersamaan tergantikan paham individualis dan meterialis. Semua diukur dengan uang, uang dan uang. Gotong-royong tidak lagi diartikan sebagai bekerja sama menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai hasil yang dinikmati tanpa pamrih dan sukarela menurut kemampuannya. Kehadiran seseorang dalam suatu kegiatan kebersamaan sekarang dapat terwakili dengan uang yang tersamarkan dalam bentuk iuran, sumbangan, infak dan uang rokok. Dan secara berangsur akan mengurangi keterlibatan warga dalam kegiatan gotong-royong dan berujung pada sistem upah dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Dampaknya terlihat jelas dalam kehidupan masyarakat saat ini. Berapa banyak masyarakat yang tinggal dan hidup di rumah yang tidak layak huni akibat tidak memiliki biaya untuk memperbaikinya sekaligus membayar upah tukang dan ladennya. Berapa banyak jalan-jalan di desa yang berlubang yang dibiarkan begitu saja karena belum adanya bantuan dari pemerintah daerah. Berapa banyak tempat ibadah atau lembaga pendidikan yang lapuk termakan zaman dan kurang pemeliharaan, karena menunggu batuan perbaikan. Berapa banyak saluran drainase yang dibiarkan dangkal dan dipenuhi sampah yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan bajir. Dari sinilah dipandang perlu untuk mengingat kembali nilai Rame ing Gawe Suci ing Pamrih pada seluruh masyarakat Kabupaten Cirebon. Tentunya kita berharap Kabupaten Cirebon menjadi kota yang mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Selamat Hari Jadi ke-533 Kabupaten Cirebon. (*) *) Penulis adalah pendidik MTsN 2 Losari Kabupaten Cirebon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: