Faisal Tuding Pertamina Disusupi Mafia Migas

Faisal Tuding Pertamina Disusupi Mafia Migas

JAKARTA- Rencana PT Pertamina (Persero) untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi memang sudah dibatalkan pemerintah. Namun, itu tidak membuat berbagai kritik kepada BUMN energi berhenti. Kemarin, giliran mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) Faisal Basri yang menyentil. Dalam dikusi Energi Kita di Jakarta Pusat bersama Menteri ESDM Sudirman Said, tanpa ragu-ragu dia meminta agar Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang diberhentikan. Tidak jelas alasannya karena dia tidak menjabarkan rinci permintaan itu. “Harus diganti karena berkali-kali melakukan kesalahan fatal,” ujarnya. Yang jelas, sebelum meminta pencopotan, ekonom asal Bandung itu mengeluhkan keputusan Ahmad Bambang yang terkesan tidak berdasar. Menurutnya, menaikkan harga pertamax dari Rp8.800 menjadi Rp9.600 bukanlah langkah yang tepat. “Itu kebijakan yang aneh,” katanya. Penjelasan direktur yang akrab disapa Abe, bahwa harga harus disesuaikan karena naiknya mean of platts Singapore (MoPS), serta melemahnya kurs rupiah terhadap Dolar Amerika tidak bisa diterima Faisal Basri. Apalagi, kalau benar dinaikkan harga pertamax bakal lebih mahal dari Shell. Saat ini, harga pertamax masih Rp8.800. Berbeda tipis dengan Shell yang menjual bensin super dengan nilai oktan sama Rp8.950 per liter untuk Jabodetabek. Kalau pertamax sampai naik jadi Rp9.600, dikhawatirkan pengguna pindah ke SPBU asing. “Saya kira orang bodoh juga nggak akan begitu, kalau jahat ya mungkin saja,” ungkapnya. Sentilan itu bukanlah yang kali pertama dia keluarkan terhadap Pertamina. Saat Tim RTKM menyampaikan rekomendasi terakhirnya pada pekan lalu, dia sudah memberikan sindiran. Materinya, soal Pertamina yang banyak alasan saat diminta menjalankan rekomendasi penghapusan bensin RON 88 alias premium. Menteri ESDM juga mendengar, ketika Faisal mengulang pernyataan Pertamina yang mengaku butuh waktu lebih dari 6 bulan. “Ada yang ngeyel. Ternyata, pertalite bisa (lebih cepat),” katanya saat itu. Saat disinggung apakah itu termasuk bagian dari mafia migas, dia tidak menjawab. Namun, dia curiga kalau kebijakan menaikkan pertamax yang berujung pada pembatalan cuma mau bikin rusuh. Entah apa motifnya, yang jelas kebijakan itu disebutnya kacau. Prasangaka Faisal, ada kaitan dengan isu reshuffle. “Menurut saya, ingin menunjukkan seolah Menteri ESDM, Sudirman Said tidak mampu me-manage (energi). Menciptakan kekacauan dengan target reshuffle,” terangnya. Lulusan Universitas Indonesia itu melihat pola yang muncul sangat mudah untuk dibaca. Kritikan terhadap Pertamina tidak hanya soal Ahmad Bambang, dia juga menyebut perusahaan pimpinan Dwi Soetjipto itu terlambat memagari diri dari mafia. Faisal menyebut ada bekas orang Pertamina Energy Service (PES) yang merupakan anak perusahaan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) sudah menginfiltrasi. “Orang PES yang kelakuannya nggak bener masuk ke SPI (Satuan Pengendali Internal) Pertamina. Mereka (mafia) akan terus koordinasi,” tegasnya. Itulah kenapa, meski Tim RTKM dibubarkan bukan berarti dia menjadi macan ompong. Faisal menegaskan terus melototi apa yang sudah jadi rekomendasi. Salah satu yang dia dorong pembersihannya adalah inte­grated supply chain (ISC) yang menjadi pengganti Petral. Dia gemes karena sejak rekomen­dasi dikeluarkan pada akhir 2014, sampai sekarang belum banyak langkah berarti. Yang sudah, hanya mengganti pucuk pim­pinan ISC ke Daniel Purba. Menurutnya, penggantian ke Daniel yang juga anggota Tim RTKM tidak cukup kalau bawahannya belum bersih. Saat membubarkan Petral, Menteri ESDM Sudirman Said juga meminta Dwi Soetjipto bersih-bersih ISC. “Mbok ya cepet gitu. Jangan sampai yang ada di PES balik lagi semua,” pintanya. Saat disinggung apakah ada bukti, dia menyebut nama-nama yang diduga menjadi mafia sudah ada. Tapi, dia tidak bisa membuka kepada media. Alasannya, data tersebut hanya untuk penegak hukum supaya masalahnya tuntas sesuai dengan aturan yang berlaku. “Penegak hukum nggak tahu siapa, ya saya kasih tahu. Menariknya, gara-gara Petral dibubarkan jadi kayak sarang tawon. Tawonnya keluar semua, kita makin senang,” katanya. Suatu saat, lanjutnya, bakal ketahuan semua. Sebab, tidak mungkin ada kebijakan yang kacau kalau tidak ada motifnya. Ahmad Bambang belum meres­pon soal tuduhan dan permintaan Faisal Basri itu. (dim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: