Ajak Bupati Bedah APBD
Puluhan Massa Komparasi Memaksa Masuk Pendopo KUNINGAN - Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) diwarnai aksi unjuk rasa, Rabu (20/5). Mengambil sasaran Kantor Bupati, puluhan massa yang mengatasnamakan Komunitas Panji Rakyat Tersisih (Komparasi) menuntut bupati untuk lebih prorakyat. Massa tiba di depan Pendopo dengan menggunakan mobil pick-up dan puluhan motor, pukul 10.00. Empat keranda berbalut kain hitam dibopong dengan kawalan beberapa bendera Merah Putih. Agar tidak masuk parkir Setda, puluhan aparat kepolisian sudah membuat dua baris penjagaan ketat. Polisi dibarisan pertama dilapis jajaran polwan cantik. Menyusul barisan ketiga aparat Satpol PP. Ketatnya penjagaan membuat Koordinator Aksi, Deki Zaenal Mutaqin, terpancing emosi. Dia meminta aparat mengizinkan massa masuk halaman Pendopo untuk bertemu bupati. Meski Deki memberikan jaminan tertib, aparat tetap bersikeras tidak mengizinkan. Terlebih, bupati ketika itu masih dalam acara luar. “Gedung ini terhormat. Di gedung inilah lahir banyak kebijakan. Katanya kebijakan untuk kesejahteraan rakyat. Kalau kalian belum sejahtera, berarti orang-orang di gedung itu berbohong,” teriak Deki sambil menunjuk ke arah Gedung Pendopo Setda. “Itu semua hasil uang kalian, tetangga kalian, orang tua kalian. Maaf kalau kami kurang santun. Kami ke sini tidak sedikitpun untuk keburukan. Niat kami baik. Bahkan saya yakin, teman-teman di sini (pendemo, red) lebih bersih dari yang di sana (gedung, red),” tudingnya. Kata dia, perlu diingatkan, banyak terjadi fakta lapangan masyarakat sakit mau dirawat ditolak oleh rumah sakit dengan alasan ruangan penuh. Akibatnya meninggal dunia. ”Buat apa ada taman kota mewah, gedung perkantoran mewah. Di rumah sakit sendiri, melihat ruang direktur, wakil direktur sampai para kabagnya ber-AC, tetapi masih banyak masyarakat sakit telantar,” jelasnya. “Bayangkan, orang tua kalian mau berobat ditolak karena ruangan penuh. Kenapa tidak ruang direktur saja jadi ruang perawatan. Ini kegagalan, rumah sakit belum bisa mengakomodir,” tandasnya. Menurut Deki, masih banyak persoalan yang harus priortas dibenahi. Dia mengaku memiliki bukti, saksi, termasuk objek tempat. Atas dasar itu, Deki menantang bupati untuk membedah APBD. “Ayo bedah APBD! Legislatif juga harus bertanggungjawab atas banyak persoalan ini,” tandasnya lagi. Massa yang hendak memaksa menerobos penjagaan ketat aparat, mendadak urung setelah Bupati Hj Utje Ch Suganda, Wakil Bupati H Acep Purnama, Sekda H Yosep Setiawan dan Kadis Kesehatan H Radji menemui pengunjuk rasa setelah tiba dari acara luar. Bupati tampak santai. Bahkan secara mengejutkan dia memilih duduk di lantai kotor tangga gerbang pendopo dalam menghadapi pendemo. Sampai akhirnya pendemo pun ikut duduk bersila. Usai mendengarkan aspirasi, Utje meminta pendemo mencatat bahwa dirinya bukan pemimpin yang sulit ditemui. Sejak awal, dia berkomitmen berjuang untuk masyarakat. Apapun aspirasi konstruktif akan ditindaklanjuti. “Dari dulu, sekarang, dan ke depan, kalian anak-anak saya. Saya ibu kalian tidak mungkin tidak memperhatikan anak-anaknya. Adapun saya kemarin ke Jakarta dalam koordinasi dengan banyak kementerian agar mengucurkan dana pembangunan ke Kuningan,” ungkap bupati. Bupati meminta siapapun tidak saling menghujat dan menghancurkan. Dia merasa tidak ikhlas jika melihat hal itu. “Mari membangun dengan rasa kebersamaan yang luar biasa. Semua masalah sedang kita tangani, dan akan terus kita tangani,” janjinya. Setelah ditemui bupati, para pendemo meninggalkan wilayah Setda Kuningan dengan tertib. (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: