Sponsor Persija Mulai Mundur

Sponsor Persija Mulai Mundur

  JAKARTA - Akibat penghentian Qatar National Bank (QNB) League dan QNB Indonesia Champions Cup 2015, sponsorhip Persija sudah ada yang memutus kontrak. Hal ini berdampak dengan pelunasan tunggakan gaji dan nilai kontrak pelatih dan pemain. Soalnya, kewajiban Presiden Persija Jakarta Ferry Paulus menjadi semakin membengkak. \"Satu sponsor prakontrak yang pasti sudah kabur. Sedangkan yang deal sama sudah siap untuk renegosiasi. Tapi, ada juga yang belum bisa bicara,\" kata Ferry. Menurutnya, kepastian sponsor masih tergantung dengan kejelasan kompetisi ataupun turnamen pramusim. Pasalnya, turnamen tersebut masih tanda tanya walaupun sudah dipastikan tidak mendapat rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) karena PT Liga Indonesia (LI) tidak mau di bawah Tim Transisi bentukan Kemenpora. Saat ini tim ibu kota sudah memiliki lima sponsor yang bersatu dengan seragam kebanggaan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan, yaitu League, Doku, Columbia, Corsa, dan Net TV selaku sponsor utama. Persija memang tengah aktif melakukan negosiasi dengan tiga hingga empat calon sponsorship lagi. Kabar sebelumnya, perusahaan yang sedang dijajaki Macan Kemayoran adalah Agung Podomoro, Mogu Mogu, Astra Honda Motor (AHM), dan Esia. Penjajakan dengan keempat calon sponsor tersebut sebenarnya sudah ada perkembangannya. Tapi, karena ketidakprofesionalan sepak bola nasional, sponsor pun akhirnya menunda kesepakatan. \"Pencairan dana dari beberapa sponsor masih menunggu kepastian kickoff. (Kalau kompetisi sudah dipastikan) beberapa hari kemudian akan dibayarkan. Rupiahnya berbeda dengan turnamen pramusim dan kompetisi. Itu yang tadi saya bilang harus renegosiasi,\" papar Ferry. Sedangkan kalau berbicara mengenai pemasukan klub yang pada dasarnya terdapat lima cara, yakni transfer pemain, ticketing, rate TV, sponsorship dan marchandise belum menunjukkan gairah yang positif. Apalagi dengan transfer pemain di Indonesia yang belum dapat menguntungkan manajemen. Sementara itu, pemasukan klub dari rate TV, industri sepak bola saat ini berada dalam konotasi di level tengah. Misalnya Persija tidak mungkin seperti Manchester United (MU). Pasalnya, TV Rate yang didapatkan dari MU atau mungkin di tengah-tengah itu dapat memberikan kontribusi hampir 40 hingga 50 persen untuk pendapatan klub. Padahal Persija termasuk klub papan atas, tetapi kontribusinya bisa dibilang flat atau sama. Oleh karena itu, Ferry memberikan gambaran kalau di dalam sepak bola modern itu ada tiga graduading atau tingkatan. Kalau kompetisi tanah air justru berbeda dengan penerapan bisnis UEFA yang sangat graduatif sekali. Kemudian terkait penjualan tiket pertandingan, pendapatannya dibilang termasuk yang terbaik. Tapi, pengeluarannya juga yang terbesar. Klub yang equel-nya atau sama dengan Persija, yakni Arema Cronus rata-rata pengeluarannya hanya Rp 100 jutaan per pertandingan. Sebab, stadionnya bisa dibilang milik Pemerintah Daerah (Pemda). Jadi, harganya lebih murah. Hitung-hitungannya hanya kebersihan saja. Sementara kalau Persija sekali main di atas Rp500 juta. Untuk sewa Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) itu senilai Rp 200 jutaan. Bahkan sekarang tergantung waktu, malam atau sore hari yang kurang lebih berkisar Rp 250 hingga Rp 260 jutaan. Tim berlambang Monas itu sekali main pengeluarannya bisa mencapai Rp 500 jutaan itu paling banyak dalam hal bayar keamanan dan sewa stadion. Jadi, kalau misalkan lawan Persib Bandung laga \'big match\' bisa di atas Rp 600 sampai Rp 700 jutaan. Alhasil, nilai neraca PT Persija Jaya Jakarta terbilang buruk. (agn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: