Mengisi Sekat di Antara Kita dengan Cinta

Mengisi Sekat di Antara Kita dengan Cinta

Oleh: Prof DR H Abdul Rozak MPd* HIDUP bersentuhan dengan segala hal yang menjadikan kita berarti. Orang lain di sisi kita penting karena ia dapat menjadikan kemampuan kita terlihat dan tidak terihat. Kita tidak dapat melakukan segalanya tanpa kehadirin orang lain. Allah telah mengatur kebersamaan hidup dengan sesama dan dengan makhluk lain. Kebersamaan dimaknai dengan ragam laku dan kata. Kesamaan yang muncul dalam perilaku dan perikata sesungguhnya yang harus diwjudkan, sehingga di antara kita tidak terjadi ketegangan yang membuat tidak nyaman. Kebersamaan sebetulnya mengajari kita berikhtiar tidak membuat ketegangan. Ketidakenakan membuat malas bersama melakukan aktivitas apa pun. Menjadi kita adalah menghargai segala hal yang berbeda sebagai kodrat yang tidak dapat ditolak. Mengapa kita harus membicarakan kejelekan orang lain sementara kita mampu membicarakan hal-hal baik. Mengapa kita sibuk menelusuri keburukan orang lain, padahal kebaikannya begitu nyata. Mengapa kita sibuk mencari kelemahan orang lain, sementara kita tidak mempunyai kekuatan sama sekali. Membangun kekuatan lebih berarti untuk membantu memudahkan orang lain mencapai cita-cita yang baik. Sekat di antara kita kebanyakan dipasang dengan sengaja dan sadar. Banyak sekat yang semakin menjauhkan hubungan di antara kita, seperti tindak korupsi. Perilaku ini membuat banyak orang neastapa, membuat orang tidak mampu menjalankan kebutuhannya. Berapa banyak kerugian negara yang diakibatkannya? Berapa banyak nestapa yang dialami rakyat? Berapa banyak orang yang terlibat menanganinya? Berapa banyak waktu yang dibutuhkan lagi untuk menghilangkan kejahatan korupsi ini? Banyak rintangan menuju kebersihan. Ada juga pihak tertentu yang tidak senang korupsi hilang di negeri ini. Mungkin banyak manfaat bagi pihak tertentu dengan keberlangsungan korupsi. Akibat tindak kejahatan terhadap sesama menjadikan jauh hubungan di antara kita. Para begal yang beraksi merebut milik orang lain menjauhkan hubungan di antara kita. Orang membenci tindakannya. Para pencuri, para penipu, para pembobol ATM dan bank menjauhkan dirinya dari kebersamaan. Mereka mendahulukan kebutuhan sendiri dengan cara tidak hormat. Mereka memang bertindak untuk dibenci dengan niat beragam, tetapi intinya memenuhi kebutuhan hidup dengan cara mudah, dengan cara menyakiti orang lain. Tindakan inilah yang menjauhkan hubungan di antara kita. Sekat-sekat itu sengaja dibuat. Kesesamaan tidak lagi dipedulikan. Kebutuhan diutamakan dengan tidak memperhitungkan kondisi orang lain. Penderitaan orang lain tidak pernah diperhitungkan sebagai akibat dari kepentingan pribadinya. Para kriminalis ini mencari solusi dengan menyakiti orang lain. Para bandar dan pengedar narkoba telah dengan nayata menjauhkan hubungan di antara kita. Hubungan antara anak dan orang tua diputus. Bahkan orang tua yang hidup bersama anak-anaknya bertindak di luar kewajaran dengan menelantarkan anak-anaknya. Hubungan di antara kita telah disekat dengan memakai narkoba. Betapa jahat benda itu, tetapi banyak yang terlibat di dalamnya. Betapa banyak orang yang terlibat mengatasinya, tetapi hingga kini masih saja bertambah korbannya. Betapa serius pemerintah membentuk lembaga untuk mengatasinya, tetapi masih saja bermunculan cara-cara baru memperdagangkan narkoba. Mereka menggunakan cara-cara baru  agar sulit dilacak. Tampaknya penjahat itu dibantu dan didukung “setan” atau sangat mungkin justru para bandar dan pengedar narkoba itu yang membantu “setan”. Kekalutan itu terus bertambah dengan munculnya kasus pemasangan sekat seperti isu beras plastik, isu ijazah palsu, joki penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi), pengurusan surat keputusan palsu, berpura-pura menjadi polisi, dan segala hal termasuk dalam tipu-menipu, rebut-merebut jabatan. Hidup ini, jika  terus mengikuti arus nafsu tidak akan pernah berhenti. Ia akan menjalar mengikuti arus edaran darah. Selama kondisi seperti ini akan terjadi peralihan progam dan kegiatan. Bagi pemerintah begitu banyak aktivitas yang harus ditangani berbarengan. Isu mensejahterkan masyarakat berjalan seiring dengan tindak penghalang yang mungkin sengaja dibuat orang. Kepentingan yang beragam menyebabkan terjadinya corak beda yang tajam. Selama tujuan tidak berseiringan segala hal akan bertemu dibentrokkan yang tajam. Kepentingan berbeda meminta jalan berbeda pula. Salah satu sebab terjadi kondisi ini karena kehilangan kepercayaan bahwa setiap manusia itu telah diatur Allah dalam segala hal termasuk rezeki. Di antara kita sering menyalahartikan ini. Mereka merebut rezeki dengan berbagai cara. Rezeki itu harus dicari dengan cara halal, dengan cara baik, tidak perlu merebut rezeki orang dengan kekerasan. Jangan lupa rezeki itu telah ditentukan peruntukaknya. Berapa juta yang diperoleh koruptor dan berapa juta yang dikeluarkan lagi pada saat terjerat hukum? Biaya hukum sangat mungkin lebih banyak daripada yang diperoleh. Kebebasan juga terampas. Ajaran Islam mengajak berlomba dalam kebaikan. Ajakan ini menyadarkan kita bahwa dalam mencapai tujuan harus selalu mengingat aturan yang disepakati bersama; tertulis atau terlisan. Sebuah ajaran kebersamaan dalam menuju kebaikan diperlihatkan pada saat melaksanakan tawaf dan sai. Ribuan orang dalam satu putaran tawaf bergerak bersama menuju ke depan. Tidak ada saling dorong, tidak ada ketagangan. Para jamaah terus berputar sampai batas yang ditentukan. Mereka bergerak maju, meski melangkah perlahan, penuh keyakinan bahwa semua yang tawaf selalu menuju ke depan. Oleh karena itu, para jamaah yakin mereka akan sampai meski tidak bersamaan, karena memulainya berbeda. Tawaf adalah kebersamaan di antara kita yang sekat-sekatnya dilepas dan diisi dengan kecintaan terhadap Allah, terhadap sesama, dan terhadap lingkungan.  Kecintaan inilah yang semestinya ditumbuhkan di antara kita dalam menjalakan hidup. Rasa cinta akan menghilangkan keinginan menyakiti orang lain, yang muncul akan keinginan membahagiakan orang lain. Tata laku, tata kata kita selalu dipertimbangkan dengan keseolahan (kesalahan[?]) jika dirinya terdampak dengan kata-kata itu. Dirinya tidak ingin disakiti, dirinya tidak mau menderita, dririnya ingin bahagia. Karena itu, semua tata laku dan tata katanya ditujukan kepada keinginan membantu orang lain bahagia, senang. Hidup di antara kita akan menyenangkan dengan naungan saling mencintai. Cinta itu dalam segala hal tidak dapat diartikan. Ia hanya dapat diwujudkan dalam perilaku dan perikata. Cinta selalu menuntut bukti sejalan dengan yang dicintainya. Cinta terhadap Allah akan dibuktikan dengan mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya, dengan mencintai sesama umat Islam dan sesama makhluk Allah. Cinta terhadap istri atau suami akan dibuktikan dengan saling menjaga kehormatan masing-masing, akan sama-sama malu menceritakan kekurangan kepada orang lain. Indahnya di antara kita jika dinaungi dengan keceriaan saling membahagiakan, dengan hati ikhlas nan bersih. Kerbersamaan di antara kita yang penuh cinta akan menghilangkan perbuatan saling menyakiti. Kita akan mengadakan hubungan jual beli dengan jujur, tidak ada dusta di antara dagangan kita. Layanan pegawai terhadap masyarakat tertib dan bersih, dilandasi saling percaya. Ucapan para pejabat meneduhkan rakyat. Perilaku polisi melindungi masyarakat. Kita tidak menemukan para penjahat, para pengedar narkoba, para koruptor. Alangkah senangnya jika begitu. Kondisi itu memang sangat jauh tercipta, tetapi bukan tidak mungkin terwjud. Kita bisa, jika memulai di antara kita dalam lingkup keluarga, jika pemerintah berkekuatan ingin meraihnya. Pangkal utamanya adalah kesejahteraan yang dibangun kekuatan bersama untuk kebersamaan. Siapa pun yang terlibat dalam negara ini harus yakin maju, maju, dan maju bersama dengan berbuat sesuai kedudukannya tanpa tidak saling merebut. Insya Allah kita menjadi bangsa besar dengan berbesar hati untuk kebahagian orang lain; untuk memberi kesempatan kepada orang lain berbuat baik. (*)        *) Penulis Guru Besar FKIP Unswagati Cirebon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: