Beras Urea Modus Lama
*Ada yang Diduga Gunakan Pemutih Pakaian, Bulog pun Pastikan Tak Terima Kiriman CIREBON- Pabrik penggilingan padi yang menggunakan larutan pupuk urea agar beras menjadi jernih dan bersih ternyata bukan barang baru. Ini modus lama. Bahkan ada pengusaha penggilingan padi yang diduga menggunakan pemutih pakain. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Distanbunakhut Kabupaten Cirebon, H Muhidin. Dia mengatakan penggunaan pemutih atau zat kimia dalam penggilingan padi merupakan modus lama. \"Ini sudah modus lama, karena kebanyakan masyarakat menyukai beras yang berwarna putih akhirnya pengusaha heler ini nakal,\" ujarnya, kemarin. Dirinya pun mengimbau masyarakat untuk mewaspadai beras yang berwarna putih. Mengingat, beras yang berwarna putih itu cenderung menggunakan bahan kimia. \"Untuk melihat kualitas beras itu bukan dari putih atau bagusnya. Tapi ini jadi dilema karena masyarakat hingga saat ini lebih memilih beras yang berwarna putih,\" ujarnya. Pencampuran beras dengan zat kimia urea, kata Muhidin, jelas sangat membahayakan kesehatan. Muhidin mengatakan beras dengan zat kimia ini kebanyakan didistribusikan ke luar Cirebon. \"Ini sangat berbahaya dan saya harap masyarakat bisa waspada,\" jelasnya. Sementara HR, putra dari KS, pemilik penggiling padi yang diduga mencampur bahan kima, menyakini tidak sedikit pabrik penggilingan padi yang melakukan hal serupa seperti orang tuannya. Ia menjelaskan, pabrik ayahnya merupakan pabrik terkecil dibandingkan pabrik lainnya. “Tapi kenapa hanya pabrik kami yang digerebek. Bisa lihat sendiri kondisinya, namun itulah persaingan bisnis ya harus siap segalanya,\" kata HR saat ditemui di kediamannya, Kamis (25/6). Dikatakan HR, tiap pabrik penggilingan padi di daerahnya pasti menggunakan tong di atas mesin sebagai tempat air untuk penyiraman beras yang baru keluar dari mesin. \"Setiap pabrik pasti ada tempat air di atas mesin untuk penyemprotan beras yang baru keluar dari mesin yang terasa panas sehingga perlu penyemprotan. Tapi apakah di dalam air itu menggunakan air atau ada larutan lain saya tidak tahu,\" jelasnya. SedAngkan Kuwu Gegesik Kidul, Rahmat, mengaku tidak tahu soal pabrik menggunakan bahan urea untuk pemutih beras. \"Saya tidak tahu kalau ada pabrik penggilingan padi di blok itu ada yang memakai urea. Karena blok itu terkenal dengan penggilingan padinya yang berjejer,\" katanya. Dia berharap semua penggilingan padi di wilayahnya mematuhi aturan yang ada. \"Apalagi saat ini lagi ramai dengan beras plastik atau beras menggunakan pemutih. Sehingga kepada pemilik penggilingan padi kami imbau janganlah melakukan yang bisa mengungtungkan sesaat tapi bisa membahayakan kesehatan masyarakat,\" ujarnya. Sementara Kepala Bulog Sub Divisi Regional Cirebon, Miftahul Ulum membantah bila beras mengandung Urea yang ditemukan di kawasan Gegesik Kabupaten Cirebon masuk ke Gudang Bulog. Ulum memastikan beras Bulog bebas dari zat kimia. \"Saya jamin tidak ada beras itu masuk ke Bulog. Memang dari penggilingan itu ada juga yang diserap Bulog, tapi bukan beras yang itu (mengandung urea, red),\" tuturnya. Untuk bisa masuk ke Bulog, kata Ulum, ada standarisasi yang cukup ketat. Termasuk salah satunya beras harus tahan disimpan di gudang lebih dari 3 bulan. \"Sementara beras yang seperti itu (mengandung bahan kimia, red), akan cepat busuk dan tidak bisa lebih lama dari sebulan. Itu bukan konsumsi bulog. Mungkin itu dipasarkan ke umum,\" ujarnya. Dijelaskan Ulum, agar bisa mendapatkan beras yang putih, kata dia, pengusaha heler sebenarnya bisa membersihkan beras hanya dengan air akua. \"Salahnya ini menggunakan urea,\" jelasnya. Hal senada dikatakan Ketua Cabang Bulog Desa Junjang, Kecamatan Arjawinangun, Elin. Dia membantah pengkuan dari pemilik penggilingan padi yang mengaku hasil beras campuran tersebut dikirimkan ke beberapa titik Bulog yang berada di Kabupaten Cirebon. “Saya dari Bulog Junjang, tidak pernah menerima beras berbahan kimia tersebut. Kalau pun memang untuk dimasukkan ke Bulog, tidak usah dikasih pemutih agar terlihat bagus. Beras semacam itu, mungkin dipasok ke pasaran,” katanya. Seperti diberitakan, Polres Cirebon bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon menggerebek pabrik penggilingan padi di Desa Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Rabu (24/6). Petugas menduga pengelola pabrik penggilingan beras mencampur bahan kimia berupa urea. Saat dilakukan penggerebekan petugas gabungan tersebut, para pekerja tengah menggiling. Pekerja juga terlihat mencampurkan mesin gilingan beras dengan air putih yang diduga telah dicampur bahan kimia berupa urea. Kepala Seksi Bidang Perlindungan Konsumen Disperindag Kabupaten Cirebon Diding Wahidin mengatakan pemilik pabrik bisa mencampurkan bahan kimia tersebut pada beras hingga lima ton sehari. “Saat ditanya-tanya oleh kami, pemilik pabrik itu mencampurkan bahan kimia tersebut pada beras yang untuk dikirimkan ke Bulog yang ada di Cirebon. Titik Bulognya kami belum begitu detail, masih kita dalami,” kata Diding Wahidin. Pemilik penggilingan padi, KS, mengakui penggilingan padi dilakukan dengan mencampur bahan kimia berupa larutan pupuk urea. Ia juga mengakui campuran bahan kima itu berupa dua sendok makan pupuk urea dengan campuran air sebanyak satu botol air mineral dengan ukuran 600 mili liter. Campuran tersebut dimasukkan ke ember yang ditempatkan di sisi atas mesin penggiling padi. “Itu hanya sedikit saja saya campur. Hanya beberapa sendok larutan pupuk urea. Fungsinya agar mengurangi terjadinya beras menir saat dilakukan penggilingan dan mengubah warna menjadi bening dan bersih terlihatnya,” katanya di depan petugas. Saat disinggung sudah berapa lama mencapurkan bahan kimia pada beras tersebut, KS mengaku sudah satu bulan berjalan. Cara itu didapat dari temannya di Karawang. “Ada teman yang berasnya lebih bagus. Dan saya tanya bagaimana caranya, katanya pakai ini (pupuk urea, red),” ujarnya. (kmg/arn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: