Pisah di Jakarta, Diingatkan Jangan Masuk Tol Cipali

Pisah di Jakarta, Diingatkan Jangan Masuk Tol Cipali

Cerita Keluarga dan Korban Selamat Insiden KM 178 Para korban tewas kecelakaan lalu lintas di Tol Cipali sudah dimakamkan kemarin di Tonjong, Pasaleman, Kabupaten Cirebon. Kenangan dengan para korban pun diungkapkan oleh para anggota keluarga dan mereka yang selamat dari kejadian itu. DENY HAMDANI, Cirebon CASRA terpukul. Ketua rombongan yang juga mandor saat berada di Kalimantan itu mengaku tidak punya firasat apa-apa saat sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Di Jakarta, mereka berpisah. “Kita berpisah di bandara. Kita dijemput tiga mobil. Mobil saya dan dua mobil lainnya. Saya kebetulan mau jemput anak, jadi saya berpisah dengan mereka,” cerita Casra kepada Radar, kemarin. Dari bandara, mobil Gran Max melaju ke Cirebon. Mobil lainnya sempat tertahan di bandara karena tiket parkir hilang. Dalam perjalanan, mereka masih saling memberi kabar. “Sempat telepon-teleponan. Mobil yang dinaiki para korban itu suruh tunggu di Cikopo, nanti mobil yang satunya nyusul. Tadinya diminta jangan lewat Tol Cipali, tapi ternyata mobil sudah meluncur dulu masuk Tol Cipali,” ujar Casra. Sejak mobil itu masul Tol Cipali, Casra tak menerima informasi lagi. Hingga akhirnya dia menerima kabar beberapa jam kemudian bahwa mobil itu mengalami kecelakaan. Selaku ketua rombongan, Casra mengaku terpukul dengan kejadian itu. “Saya yang rekrut mereka bekerja. Mereka bekerja sebagai tenaga bangunan di perumahan di Martapura Kalimantan Selatan. Lokasinya di Gunung Ronggeng ,”ujar Casra. Sementara Warman, mengaku ada empat anggota keluarganya yang mengalami kecelakaan tersebut. “Itu Juhaedi (Edi) yang meninggal adik ipar saya. Nurdin dan Uus yang meninggal juga itu semuanya menantu saya. Korban yang luka Husen itu anak saya juga. Mereka semua bekerja di Martapura Kalimantan selatan,” ujar Warman. Menurut Warman, anggota keluarganya tersebut tipe pekerja keras. “Mereka pernah pulang. Saya sudah bilang kepada mereka semua, sudah istirahat saja, jangan kerja lagi. Cari uang jangan terlalu ulet sekali, kasihan keluarga kangen di rumah. Tapi karena mereka semua rajin kerja, gak betah menganggur. Akhirnya mereka berangkat lagi kerja di Kalimantan hingga akhirnya terjadilah musibah ini,” ututur Warman. Anggota keluarga lainnya, Castim , mengaku mempunyai firasat sebelum kecelakaan tersebut. “Saya kan kemarin masih di Jakarta. Nah hari Minggu sore saya telepon kakak saya, yang merupakan istri dari Nurdin. Saya tanya kapan kak Nurdin pulang. Kakak saya bilang nanti Senin siang  dan magrib mau berbuka puasa bersama dengan keluarga di rumah. Nah setelah itu saya seperti setengah tidur, tiba-tiba saya lagi adzan situasinya kayak di rumah. Mungkin itu firasat saya,” ujar Castim. Castim mengungkapkan dirinya pernah ikut bekerja bangunan di Kalimantan bersama para korban. “Kerja di bangunan properti, tapi itu pembangunan terbesar di Martapura. Saya juga pernah ikut, tapi dua bulan yang lalu saya dipulangkan karena sakit. Saya pulang juga diantarkan langsung sama Kak Nu (Nurdin korban tewas, red),” kenang Castim. Sementara itu, di RS Mitra Plumbon, para korban yang dirawat sudah mulai membaik. Antara lain Suhada warga Brebes, dan Husen warga Tonjong Pasaleman. Menurut Husen, saat kejadian mereka terpental keluar mobil. “Kami terpental dari mobil secara tiba-tiba sehingga kami tidak sadarkan diri saat mobil terbakar.  Kami semuanya duduk di belakang,” katanya. Sedangkan Suhada, merupakan satu-satunya warga Brebes yang selamat dari kecelakaan maut itu. “Yang selamat hanya saya, karena waktu itu saya duduk paling belakang dan terplental keluar sehingga bisa selamat. Gak nyangka akan mengalami kejadian seperti ini,“ katanya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: