Wong Cerbon Kembali Pimpin NU

Wong Cerbon Kembali Pimpin NU

Kubu Hasyim-Gus Sholah Ancam Gugat Muktamar JOMBANG – Prof Dr KH Said Aqil Siraj akhirnya terpilih kembali sebagai Ketua Umum PBNU periode 2015-2020. Kiai asal Kempek, Kabupaten Cirebon itu memperoleh suara terbanyak dalam pemungutan suara yang berlangsung hingga pukul 01.45 WIB di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Kamis (6/8) dini hari itu. Dari 417 PC NU dan 504 PWNU selaku pemilik suara, KH Said Aqil Siraj meraih 287 suara, KH As’ad Said Ali memperoleh 107 suara. Selain keduanya masih ada nama lain yang dipilih muktamirin seperti KH Salahudin Wahid, KH Idrus Romli dan KH Muhammad Adnan. Sejatinya, KH Said Aqil Siraj dan KH As’ad Said Ali yang menjadi peraih suara terbanyak masuk dalam putaran kedua. Berdasarkan ketentuan, kandidat yang meraih suara di atas 99, akan berhak maju ke putaran selanjutnya. Namun KH As’ad Said Ali menyatakan mundur. “Saya kalah pinter, kalah pengalaman dari KH Said, terima kasih, sekali lagi kehadiran saya di sini tetap sebagai warga NU tetap membantu beliau,” kata KH As’ad. Karena KH As’ad mundur, maka panitia memutuskan untuk tidak melanjutkan pemilihan putaran kedua. Dan secara otomatis, KH Said Aqil Siraj terpilih kembali untuk menahkodai Nahdlatul Ulama (NU) lima tahun ke depan, sementara KH As’ad Said Ali menjadi wakil ketua umum. “Dengan kebesaran jiwa dan kelapangan dada beliau (KH As’ad Said Ali, red) rela mengakhiri penghitungan suara tanpa putaran dua,” kata KH Said Aqil Siraj dalam sambutannya. Kang Said –sapaan KH Said Aqil Siraj- mengakui dalam kepengurusan lima tahun lalu masih banyak kekurangan. Untuk itu, dirinya akan terus memperbaikinya pada lima tahun mendatang. “Lima tahun depan kami akan fokus di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi rakyat kecil. Tidak ada agenda politik, tidak ada ambisi politik, hanya ada agenda Nahdlatul Ulama,” tegasnya. Yang mengejutkan justru terjadi di posisi Rois ’Aam. Sebelum­nya, AHWA yang terdiri dari sembilan kiai sepuh memin­ta KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) untuk menjadi Rois ‘Aam dan KH Ma’ruf Amin menja­di wakilnya. Namun, dini hari tadi Gus Mus memberikan surat ketidakbersediaannya. Surat itu dibacakan di hadapan mukta­mirin di sela-sela penghi­tungan suara. Akhirnya, KH Ma’ruf Amin pun menjabat rois ‘am. Terpilihnya Kang Said juga disambut antusias pengurus NU di Cirebon. Ucapan selamat pun tertulis di kontak BlackBerry (BB) pengurus. “Selamat atas terpilihnya KH Ma’ruf Amin dan KH Said Aqil Siraj sebagai Rois ‘Aam dan Ketua Umum PBNU periode 2015-2020,” tulis wakil ketua PCNU Kabupaten Cirebon, H Abu Tolhah Nawawi. Kaukus Kaum Muda NU juga menyambut gembira terpilihnya Kang Said. “Barakallah terpilih ketum NU yang baru,” tulis Ajiep Muhammad Rifki (AMR) di kontak BlackBerry-nya. TUNTUT MUKTAMAR ULANG Sebelumnya, pasca sidang pleno yang memutuskan sembilan nama anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA), sejumlah peserta muktamar berkumpul di Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah, Tebuireng. Di sana mereka melakukan pertemuan dengan KH Salahuddin Wahid dan KH Hasyim Muzadi secara bergantian. Pertemuan di Aula Bachir Achmad itu dihadiri mukta­mirin, antara lain, dari Jogja­karta, Jawa Tengah, Bengkulu, Banten, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan. “Ini bukan sidang tandingan. Tapi, ini rapat bersama untuk menyikapi banyaknya kejanggalan dari pelaksanaan muktamar kali ini,” tegas Abdullah Samsul Arifin yang memimpin forum. Ada tiga keputusan yang dihasilkan. Pertama, menolak hasil-hasil muktamar. Kedua, menuntut pengurus PB NU demisioner atau periode 2010-2015 untuk melaksanakan muktamar ulang paling lambat tiga bulan sejak kemarin. Ketiga, siap menyelenggarakan muktamar sendiri apabila PB NU demisioner tidak menggelar muktamar ulang. Tuntutan tersebut disepakati Gus Sholah, sapaan Salahuddin Wahid. Menurut Gus Sholah, langkah itu merupakan solusi terbaik daripada harus membuat sidang atau membangun kepengurusan tandingan. “Tuntutan tersebut cukup bagus dan saya sangat mendukung. Tapi, kalau harus membentuk NU tandingan, jelas saya tidak setuju. Ide itu jelas menyalahi dan akan menyakiti pendiri NU Mbah Hasyim (Asy’ari) yang makamnya di Tebuireng,” ungkap Gus Sholah. Bagi Gus Sholah, Muktamar Ke-33 NU cacat hukum dan memaksakan AHWA. “Saya tidak menolak tokoh-tokohnya, tapi prosesnya. Keputusan AHWA baru diambil tadi siang dan itu berarti pendaftarannya setelah itu. Permasalahannya, tidak ada yang mendaftarkan nama, tapi namanya diambil dari registrasi awal dulu,” kata cawapres yang berpasangan dengan Wiranto pada Pilpres 2004 tersebut. “Kalau pemilihan AHWA cacat hukum, pemilihan rais am syuriah juga cacat hukum,” imbuhnya. Hal senada diungkapkan Hasyim Muzadi. Pengasuh Ponpes Al-Hikam, Malang, itu menilai pelaksanaan muktamar kali ini banyak menyalahi aturan. “Tapi, ini bukan berarti harus mendirikan NU tandingan. Saya ingatkan jangan sampai membuat NU tandingan. Sebab, itu akan menjadi hantaman besar dari pihak lain,” ujarnya. Hasyim juga meminta para pendukungnya tidak memaksakan memilih dirinya sebagai rais am dan Gus Sholah sebagai ketua umum PB NU. “Saya tidak mau dibenturkan dengan ulama-ulama lainnya. Karena itu, jangan membuat NU tandingan,” pesan Hasyim. Para perwakilan tersebut akhirnya sepakat membuat gugatan. Pintu gerbang Pesantren Tebuireng juga ditutup rapat agar tidak ada yang keluar dan masuk. Muktamirin boleh keluar pondok, tapi harus meninggalkan ID card. (fen/war/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: