Enjoy Tampil di Istora

Enjoy Tampil di Istora

Menadiri Setelah Keluar dari Pelatnas JAKARTA - Pebulutangkis tunggal putra Tommy Sugiarto bekerja lebih keras usai tak lagi di pelatnas. Meski demikian, anak kedua dari tiga bersaudara tersebut merasa lebih rileks dalam berlatih. Saat ditemui kemarin (7/8) di GOR Pelita Jakarta Barat, Tommy berlatih bersama sang ayah Icuk Sugiarto. Tensi latihan sudah diturunkan karena jadwal penyelenggaraan kejuaraan dunia tinggal menghitung hari. Sehingga Tommy tak lagi digeber latihan fisik oleh Icuk. Tommy usai latihan kemarin berkata tinggal pematangan mental menuju kejuaraan dunia 10-16 Agustus mendatang di Istora Senayan. Dibanding tahun lalu, posisi undian juara superseries Singapore Open 2014 itu lebih tak menguntungkan. Pada kejuaraan dunia tahun lalu di Kopenhagen Denmark, Tommy menempati drawing kelima dan mencapai babak semifinal. Tahun ini Tommy harus rela melorot sepuluh posisi dan duduk di unggulan ke-15. “Saya sudah semakin siap setelah dua hari sparring di Kuala Lumpur. Selasa (4/8) dan Rabu (5/8) lalu saya lawan Lee Hyun Il (Korsel), Mohammad Arif (Malaysia), dan Tan Chun Seang (Malaysia). Menambah jam terbang saya sekali,” tutur Tommy. Pemain berusia 27 tahun itu mengatakan perjalanan ke Kuala Lumpur menjadi penutup program sparring. Setelah sebelumnya Tommy hanya melawan para junior di klub dan pemain-pemain level Sirkuit Nasional (sirnas) yang berstatus non pelatnas. Sejak tak lagi di pelatnas tahun ini, Tommy berujar belajar banyak hal. Termasuk bagaimana ribetnya mengurus administrasi ikut satu turnamen sampai meminta izin ke PP PBSI sebelum terjun ke satu turnamen. “Kalau di pelatnas kita tinggal jalan. Sekarang apa-apa harus sendiri. Jadi memang dituntut bener-bener mandiri. Tapi saya seneng bisa memilih turnamen sesuai keinginan saya,” sebut Tommy. Ketika di pelatnas, Tommy mengibaratkan harus nge-gas terus. Harus turun di level superseries dan superseries premier. Padahal untuk mendongkrak konfidensi, kadang-kadang Tommy butuh tampil di level grand prix atau grand prix gold dan menjadi juara. Bicara budgeting partisipasi turnamen dalam setahun Tommy membutuhkan Rp2,5 Miliar. Dana itu diperoleh dari hadiah-hadiah turnamen yang dimenanginya. Tahun ini Tommy baru sekali juara di grand prix Russian Open. Sementara itu, sang ayah Icuk Sugiarto berharap PP PBSI lebih care dengan pemain non pelatnas. Sebab ada kesan, PP PBSI kurang mengayomi pemain non pelatnas. Misalnya saja sampai kemarin Tommy tak tahu kapan jadwal menjajal lapangan pertandingan. “Padahal sama-sama membela Merah Putih. Cuma satu di Cipayung yang lain di luar Cipayung,” ucap Icuk. (dra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: