Butuh Tuntunan, Bukan Tuntutan

Butuh Tuntunan, Bukan Tuntutan

Memperingati Hari Remaja Internasional \"coverstory\"Tak hanya momen kemerdekaan yang diperingati pada bulan Agustus, ada satu hari yang ditetapkan sebagai Hari Remaja Internasional (International Youth Day). Hari saat para pemuda di seluruh dunia menunjukkan identitasnya sebagai remaja yang bisa menjadi bagian pembuatan keputusan di tingkat global. Bagaimana dengan remaja di kota ini? GAGASAN tentang pentingnya remaja memiliki satu hari khusus bermula dari Konferensi Dunia para menteri yang bertanggung jawab menangani masalah remaja, yang diselenggarakan di Lisabon pada tanggal 8-12 Agustus tahun 1998. Para menteri ini mengusulkan agar hari terakhir konferensi diperingati sebagai Hari Remaja Sedunia. Akhirnya pada Desember 1999, sidang umum PBB mengeluarkan resolusi yang menetapkan bahwa tanggal 12 Agustus sebagai Hari Remaja dan perayaan pertama dimulai tahun 2000. Sebagai remaja, Ganes Oktafriadi bangga karena remaja punya hari khusus yang diperingati setiap tahun. \"Artinya, kami sebagai remaja punya hari spesial sama seperti Hari Ibu dan lainnya,\" ujar pria yang kerap disapa Ganes itu. Menurutnya, masa remaja merupakan salah satu masa yang sangat penting dalam siklus hidup manusia, karena terjadi perubahan dramatis, baik perubahan fisik, seksual, psikologis maupun mental. Baginya, remaja adalah fase memasuki usia produktif. Oleh karena itu, sebagai remaja harus punya produktivitas yang \'keren\'. \"Ditambah remaja itu masih punya segala pemikiran yang \'segar\'. Jadi intinya, sebagai remaja harus kreatif dan produktif, punya wadah dan diberi wadah. Agar apa yang sudah kita lakukan di usia remaja tidak menjadi hal sia-sia dan menjadi sejarah indah untuk dikenang di usia tua,\" terangnya. Lalu bagaimana dengan remaja yang terlibat perilaku negatif? Tak jarang para remaja yang terlibat tawuran, geng motor, hingga seks bebas. Menurut Ganes, perilaku negatif itu, karena wadah dan lingkungan yang kurang tepat. Karena remaja juga butuh eksistensi dan pengakuan. Ganes menyarankan agar para remaja dituntun bukan dituntut. Ia juga berpendapat, tak bisa disalahkan remaja yang perilakunya negatif, karena remaja adalah fase pencarian jati diri. Remaja masih mudah dipengaruhi, dan baiknya harus disediakan wadah positif yang lebih banyak. \"Misalnya yang suka tawuran, kita arahkan aja masuk sasana tinju, biar jadi petinju, membanggakan negara dan keluarga. Terus geng motor, kita arahkan aja masuk klub pembalap. Sama aja kayak hati, kalau tempat yang dituju salah, ya jadinya salah kaprah,\" tuturnya. Lantas apa yang harus dilakukan para remaja? Ganes mengajak agar remaja semakin banyak mencetak karya dan prestasi. Berlomba-lomba dalam kreativitas, membuat bangga kedua orang tua, keluarga dan teman-teman. \"Terus juga kan kalau remaja banyak prestasi, jadi mantan-mantan kalian tuh nyesel abis deh,\" ujarnya seraya tersenyum. Ia juga mengajak para remaja untuk menjadikan usia remaja sebagai fase yang menyenangkan dan bersenang-senang menghasilkan (hasil karya dan prestasi). \"Anak remaja kalau dituntut suruh ini itu juga kalau dia gak nyaman, bakal gak maksimal nantinya. Makanya nanti kalau punya anak tanyain kesukaannya apa, terus kita tuntun. Jangan jadiin anak seperti apa yang orang tua mau,\" sarannya. Sementara itu, Pengamat Sosial, Wahyudi Nugroho mengatakan, Hari Remaja Internasional sebaiknya dijadikan momen introspeksi. \"Setiap hari peringatan untuk mengingatkan, harusnya setiap hal yang mengingatkan dapat dijadikan sebagai waktu untuk introspeksi. Bisa kita maklumi kalau para remaja belum bisa melihat sampai sejauh itu. Perlu ada pihak yang membimbing, jadi kita semua punya tanggung jawab untuk para remaja,\" ujar pria yang akrab disapa Yudi itu. Yudi juga menilai bahwa Hari Remaja Internasional belum banyak diketahui orang. Oleh sebab itu, sebaiknya perlu diekspose dan perlu diadakan seminar atau symposium, supaya bisa menjadi tolok ukur pembinaan remaja. Bahkan tolok ukur kualitas remaja Indonesia. Apalagi, lanjut dia, kalau melihat momennya, masih berdekatan dengan hari kemerdekaan Indonesia. \"Momentum ini bisa dimanfaatkan untuk para remaja mengisi kegiatan positif menyambut hari kemerdekaan,\" tuturnya. Perilaku remaja yang negatif seperti tawuran, geng motor, seks bebas, tidak bisa disalahkan sepenuhnya pada remaja. Menurutnya, orang tua harus bertanggung jawab untuk menangani hal ini. \"Karena kita generasi yang lebih tua tidak mengarahkan. Jadi pesan saya untuk para generasi yang lebih tua, mau dibawa ke mana adik-adik remaja ke depannya kalau kita tidak mulai dari sekarang, mengarahkan mereka? Pesan untuk para remaja, coba untuk menghormati yang lebih tua, menghargai yang seumur dan menyayangi yang lebih muda,\" pesannya. Masa remaja adalah salah satu periode kehidupan yang paling baik, bernilai dan sensitif, yaitu waktu yang sangat menentukan bagi masa depan. Setiap keputusan dan langkah seseorang di masa remaja akan mempengaruhi masa depannya. Mungkin saja keputusan itu akan menguntungkannya atau sebaliknya. Menurut pandangan Psikolog, Diana Rosmalia MPsi, remaja adalah masa keemasan, dan para remaja harus memahami masa yang sangat berharga itu, sehingga dapat meraih masa depan dengan baik. \"Tentu dengan bersandar kepada kekuatan fisik dan energi berlimpah, serta semangat yang luar biasa di masa itu,\" ujarnya. Kemurnian, kesucian, kelembutan, kebahagiaan, menuntut kemerdekaan dan pembaharuan, mencari kebenaran, dan cenderung kepada spiritualitas adalah sebagian karakter dari masa remaja. Dengan keistimewaan tersebut, kata Diana, remaja dapat mewujudkan semua bakatnya dan menampakkan nilai-nilai keberadaannya. \"Nah, Hari Remaja Internasional pun tak hanya diperingati secara seremonial. Melalui peringatan-peringatan tersebut, diharapkan tiap anggota keluarga saling menghormati dan menghargai tugas dan fungsi masing-masing,\" harapnya. TUGAS PEMERINTAH MENYEDIAKAN SARANA Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Cirebon, Drs H Tata Kurniasasmita MM berpendapat, remaja bisa berkembang secara alami. Tak lupa, para remaja juga harus bisa diberikan ilmu dan kegiatan yang sesuai dengan masanya. \"Remaja juga harus diberikan gambaran dan penanaman seni dan budaya,\" tukasnya kepada Radar, kemarin. Ia khawatir jika remaja terlalu banyak dimasuki pengaruh budaya luar, bakal melupakan akar budaya dari mana dia berasal. Di lain sisi, bagi remaja yang terlanjur terjebak dalam hal negatif seperti narkoba, Tata melihat hal ini dikarenakan kurangnya kegiatan para remaja, tidak ada kesibukan, baik dalam hal pendidikan dan keagamaan. Menurutnya, tugas pemerintah sendiri ialah memfasilitasi, mewadahi, serta mengembangkan berbagai kreativitas, bakat dan hobi para remaja ke arah positif. Tata mengakui bahwa proteksi pemerintah masih lemah terhadap pengaruh globalisasi. Sehingga pengaruh negatif mudah diterima para remaja. Hal ini menimbulkan dampak ke pola hidup yang instans, konsumtif, glamour, tidak beradab, individualisme dan hedonisme. \"Ini jelas tidak baik, pemerintah memang masih belum bisa memproteksi itu,\" akunya. Anggota Bidang Hikmah dan Kerjasama Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Ahyarudin SPdI menjelaskan, remaja selalu identik dengan para pelajar. Kategorinya bisa pelajar SMA atau SMP. \"Tentunya pelajar masa kini, merupakan pemimpin masa depan. Ini yang harus terus dibina supaya mereka tidak sampai rusak generasinya,\" jelasnya. Menurut dia, permasalahan yang membelit remaja lebih disebabkan karena kurangnya pendidikan di rumah. Pendidikan melalui orang tua menjadi pendidikan pertama dan utama. \"Orang tua seharusnya tidak sepenuhnya menyerahkan pendidikan kepada sekolah, karena sekolah memiliki waktu yang terbatas,\" jelasnya. Agar bisa menjadi pelopor bangsa, remaja harus bisa diperkuat secara pendidikan, agama dan moral. Ia mengatakan, semua itu harus bisa diberikan secara seimbang. Karena mereka yang akan menjadi tongkat estafet dalam memimpin bangsa ke depan. Adanya pengaruh negatif di kalangan remaja, seperti narkoba, geng motor dan juga tawuran, hal ini sebagain besar karena pengaruh pergaulan. Selain itu, akses informasi yang tanpa adanya filter. Sementara kontrol dari orang tua sangat lemah. \"Ortu memiliki peranan dominan dalam mendidik anak, mau dijadikan ke mana arah anak ke depan?\" sebutnya. Apalagi masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Di samping peranan pemerintah dalam memberdayakan remaja, Ahyarudin menerangkan bahwa peranan Organisasi Kepemudaan (OKP), ormas, serta Lembaga Swadaya Masyarakat, sangat dibutuhkan. Program-program yang digulirkan harus banyak melibatkan anak-anak dan remaja. \"Ormas dan OKP juga harus proaktif, sudah seyogyanya memetakan jumlah pemuda di Kota Cirebon, kemudian apa saja aktivitasnya. Lalu bisa menyentuh mereka dengan program kerjanya,\" jelasnya. Ia melihat, memang tidak semua citra negatif melekat kepada para remaja. Ada pula yang mampu menunjukan prestasi. Hendaknya, hal ini bisa ditiru oleh remaja lain. \"Figur dan contoh itu diperlukan, jangan sampai remaja kita salah memilih figur untuk dicontoh,\" ungkapnya. Sementara itu, Anggota DPRD Kota Cirebon, Harry Saputera Gani menjelaskan, peranan remaja ke depan harusla bisa berkreasi dalam segala bidang yang positif. Menurutnya, adanya tindakan negatif dari para remaja, karena mereka sedang mencari jati diri, disebabkan kurangnya ruang mereka berkreasi. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu ajang pencarian jati diri dan aktualisasi diri yang salah. Tugas pemerintah adalah menyediakan sarana aktualisasi diri yang positif semisal, arena olahraga, kegiatan bagi remaja dan pemuda. \"Justru yang saya lihat hal ini belum menjadi konsern dari pemerintah,\" ungkapnya. Untuk legislasi atau peraturan, Harry menilai ada beberapa undang-undang, meski masih minim untuk memproteksi generasi muda dari bahaya negatif. \"Termasuk di Kota Cirebon, kita sedang membahas raperda ketertiban umum yang di dalamnya pun ada proteksi untuk generasi muda, dan ini menjadi konsern kami,\" jelas Wakil Ketua GP Ansor itu menambahkan. (mik/jml)     foto:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: