Rupiah 14 Ribu, Pasar Terpuruk

Rupiah 14 Ribu, Pasar Terpuruk

Antrean di Money Changer di Cirebon Masih Normal JAKARTA- Pergerakan rupiah semakin menunjukkan pelemahan yang terlalu dalam. Kemarin (24/8), rupiah tercatat menembus level Rp 14.000. Data perdagangan Reuters kemarin (24/8) pagi menunjukkan dolar AS dibuka di kisaran Rp14.006 dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu di Rp13.940. Posisi tertinggi dolar AS kemarin ada di level Rp14.017. Namun tak lama setelah itu dolar AS bisa ditekan hingga ke kisaran Rp13.990. Menjelang siang, dolar AS berada di level Rp13.395. Sedangkan di pasar spot, nilai tukar rupiah sempat terdepresiasi 0,76 persen dan menembus Rp14.047 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi kemarin dibanding level sebelumnya Rp13.941 per dolar AS. Dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin menunjukkan rupiah ditutup di level Rp13.998. Angka itu merosot 103 poin dibanding penutupan pekan lalu (21/8) yang ada di level Rp13.895. Nilai tukar rupiah tersebut sudah menembus titik terendah 17 tahun, yaitu sejak krisis 1998. IHSG sejak setahun terakhir sudah melemah 19,6 persen dari level Rp11.707 pada 25 Agustus 2014. Selain itu, nilai tukar yuan juga melemah 0,11 persen menjadi 6,3959 per dolar AS. Ringgit Malaysia juga terdepresiasi 1,43 persen menjadi 4,228 per dolar AS dan baht Thailand melemah 0,16 persen ke 35,757 per dolar AS. Hanya yen Jepang saja yang menguat terhadap dolar AS yaitu terapresiasi 0,75 persen menjadi 121,12 per dolar AS. Situasi di pasar modal kian mengkhawatirkan dan manajemen emiten (perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia/BEI) mulai resah. Sejumlah perusahaan menarik saham beredar di pasar (buyback) sebagai upaya agar harganya tidak semakin tergerus dan BEI merilis kebijakan menyikapi situasi ini. Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 172,224 poin (3,972 persen) ke level 4.163,729 dan kumpulan 45 saham paling likuid dalam indeks LQ45 terjungkal 35,02 poin (4,82 persen) ke level 692,21 pada penutupan perdagangan kemarin. Sebanyak 277 saham mengalami penurunan pada perdagangan kemarin dan sebaliknya hanya ada 29 saham berhasil naik. Terpuruknya pasar saham telah membuat sejumlah perusahaan panik. Selain beberapa perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyatakan sudah menyiapkan dana untuk buyback. Perusahaan otomotif milik grup Saratoga, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) secara resmi mengumumkan sudah mulai merealisasikannya, kemarin. Direktur Utama MPMX, Troy Parwata, mengatakan buyback saham perseroan akan dilaksanakan terhitung mulai Senin (24/08) sampai 23 November 2015. “Biaya yang akan dikeluarkan perseroan untuk pelaksanaan pembelian kembali saham adalah biaya pembayaran fee atas perantara pedagang efek yang mana besarnya adalah maksimum 0,29 persen dari setiap transaksi beli,” ujarnya. Sementara itu, pantauan Radar Cirebon di PT Grage Artha Mandiri Authorized Money Changer di Jl Bahagia, kemarin (24/8), meski nilai tukar dolar tinggi, namun penukaran mata uang asing dinilai masih normal. “Masih normal, gak ada peningkatan yang signifikan,” ujar Rohmat, salah satu petugas di PT Grage Artha Mandiri Authorized Money Changer. Dalam sehari, pihaknya bisa menjual hingga 30 USD. Kondisi kuatnya dolar AS diakui Rohmat tidak berpengaruh terhadap jual beli mata uang asing. Pihaknya memprediksi nilai rupiah masih alami pelemahan kembali. Namun, pelemahan rupiah tidak bisa diprediksi sampai ke posisi berapa. “Memang beberapa hari ini naik terus, terakhir waktu Jumat itu masih kurs jual masih di angka Rp13.950. Hari ini (kemarin, red) sudah tembus Rp14 ribu,” tuturnya. Akibat menguatnya dolar, mata uang negara lain seperti Saudi Arabia pun ikut tinggi. Dikatakan Rohmat, untuk 1 real pecahan 500 diangka Rp3.750. Angka tersebut naik yang sebelumnya Rp3.725. “Apalagi sekarang musim haji, jadi banyak yang tukar rupiah ke real,” lanjutnya. Sementara itu, Lina (23), salah seorang pengunjung money changer tengah menukar­kan uang rupiah ke real. “Ini untuk ongkos ha­ji ibu,” ucapnya. Mengenai kuat­­nya dolar, Lina tak begitu pa­­ham. “Gak punya uang do­lar atau tabungan dolar, jadi gak nger­ti,” katanya. (jpnn/mik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: