Jamaah Dihimbau Periksa Paspor sebelum Berangkat

Jamaah Dihimbau Periksa Paspor sebelum Berangkat

MADINAH- Udara yang terus meningkat panas di siang hari membuat para jamaah haji yang telah tiba di Madinah banyak yang jatuh sakit. Beberapa hari ini banyak jamaah yang menderita dehidrasi akut dan harus dilarikan ke Balai Pengobatan Haji Indonesia yang terletak jauh dari Masjid Nabawi. Masalahnya, jmaah yang sakit tidak bisa ditangani oleh sektor di dekat hotel atau penginapan jamaah. Tetapi harus langsung dikirim ke BPHI. Karena itu, pihak BPHI telah menyediakan beberapa ambulance yang setiap saat harus siap membawa jamaah dari pemondokan ke BPHI.  Saat Jawa Pos (Radar Cirebon Group) datang ke BPHI ada sekitar empat jamaah yang menderita dehidrasi. Saat itu dua orang terbaring dan dirawat, dua orang lainnya sudah diperbolehkan pulang. Menurut dokter spesialis bedah dr Asdi Wirahandoko dokter jaga di BPHI Madinah, ada 10 pasien yang masuk ke BPHI. Dia mengakui sebagian besar pasien masuk karena dehidrasi parah. “Pasien takut makan dan minum di pesawat. Mungkin tidak mau repot buang air. Karena itu, ketika tiba di sini menjadi sakit,” ujarnya. Selain dehidrasi seorang pasien lansia terpaksa dirujuk ke RS Arab Saudi (RSAS) karena gagal hati. “Memang dari tanah air sudah sakit levernya. Karena parah, kami rujuk ke RSAS. Tapi kami tetap memantaunya,” ujar dokter lulusan Unair itu. Sedangkan dua orang lainnya harus mendapatkan penanganan hemodialisis (cuci darah) karena gagal ginjal. Namun, itu belum dilakukan oleh BPHI menunggu informasi dari RSAS. “Nanti kalau sudah waktunya akan dilakukan cuci darah,” katanya. Dia menambahkan, hemodialisis tersebut dibiayai oleh RS AS. Asdi membenarkan sebagian besar pasien memang sakit bawaan dari tanah air. Tapi juga banyak karena cuaca menyengat. Hingga hari ini suhu di Madinah masih menyengat. Kalau pagi agak turun sekitar 44 derajat C, kalau siang sampai sore bisa sampai 47 derajat C. Sementara, kegiatan arbain terus berjalan di Masjid Madinah. Jika dihitung sejak hari pertama mendarat ke Madinah empat hari lalu, para jamaah harus menyelesaikan arbain 4-5 hari lagi. Sementara itu, jumlah jamaah yang sudah mendarat di Madinah hingga kemarin siang mencapai 12.991 jamaah yang tergabung dalam 32 kloter dari keseluruhannya 184 kloter. Masih ada 152 kloter lagi yang belum masuk ke Madinah. Meski masih relatif sedikit jamaah yang masuk Madinah, namun masalah yang banyak muncul dari jamaah yang baru datang adalah masalah koper atau bagasi. Seperti yang dialami jamaah embarkasi Solo. Menariknya masalah yang muncul jumlah koper yang terangkut melebihi jumlah jamaah. Banyak koper yang terbawa ke Madinah tak diketahui siapa pemiliknya. Tak tanggung-tanggung jumlah koper yang terbawa ke Madinah mencapai 25 buah. Diduga koper tersebut milik jamaah yang gagal berangkat (berangkat tunda) tetapi telanjur ke bandara. Kini koper-koper tersebut menumpuk di kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah dan tidak bisa dikirim ke penginapan karena tak diketahui pemiliknya. Kepala Daker Bandara Madinah-Jeddah Nurul Badruttaman juga menduga, koper tak bertuan tersebut adalah milik jamaah haji yang gagal terbang atau berangkat tunda. “Nanti akan menjadi tanggung jawab Daker Madinah untuk membagikan koper tersebut ke penginapan jika jamaah sudah datang,” paparnya. Repotnya, lanjut Nurul, jika jamaah pemilik koper belum juga berangkat dalam waktu dekat. Artinya, dia harus berang­kat pada gelombang kedua atau terakhir (kloter gabu­ngan atau sapu jagat). “Itu repot. Berarti petugas juga harus mem­bawa koper tersebut ke Makkah. Karena para jamaah gelombang kedua dan terakhir mendarat di Bandara Jeddah, tidak lagi di Bandara Madinah,” paparnya. Sementara dari Makkah dilaporkan, jamaah haji Indonesia yang belum berangkat diimbau untuk memeriksa kelengkapan dokumen terutama kesesuaian paspor dan visa, sebelum mereka berangkat. “Kalau bisa, ketika sampai di embarkasi dan mendapat paspor, jamaah segera mengecek dokumennya. Sesuai atau tidak,” kata Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) Arsyad Hidayat, usai apel pagi di Mekkah, Arab Saudi, Minggu. Hal itu dikemukakan menyusul kejadian tertukarnya empat paspor dan visa jamaah di Makassar, Sulawesi Selatan ketika tiba di Madinah. “Kalau tidak (sesuai) segera dilaporkan untuk diteruskan ke Jakarta agar dilakukan perubahan,” ujar Arsyad. Dia mengatakan kasus tertukarnya dokumen jamaah pernah terjadi dan bisa diatasi dengan cepat. Dokumen yang tertukar langsung dikirim ke Jakarta dan ditunggu penyelesaiannya di kedutaan. Setelah selesai, kata dia, dokumen langsung dibawa kembali ke Ujungpandang. Setelah sampai diserahkan ke jamaah haji dan langsung “take off” atau tinggal landas. “Dokumen itu sangat penting. Pesan kami, dokumen itu harus dijaga dan diperiksa betul sebelum berangkat,” ujarnya. (end)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: