Elpiji 12 Kg Turun Harga, Tabung 5,5 Kg Siap Meluncur
JAKARTA- Beban masyarakat saat perekonomian lesu bisa jadi lebih ringan setelah PT Pertamina (Persero) menurunkan harga elpiji 12 kg. Terhitung sejak kemarin, Rabu (16/9), harga gas dalam tabung biru itu disesuaikan rata-rata Rp6 ribuan. BUMN energi itu berharap penurunan harga tersebut bisa menekan migrasi ke elpiji 3 kg. Senior Vice President Nonfuel Marketing Pertamina Taryono Warsodimedjo menyatakan alokasi elpiji 12 kg pada 2015 mencapai 800 ribu ton. Hingga saat ini, baru 400 ribuan ton yang terpakai. “Migrasi tidak sampai 5 persen. Tapi, semoga kembali ke 12 kg,” ujarnya kepada Jawa Pos (Radar Cirebon Group). Penurunan harga dilakukan setelah Pertamina mengikuti harga gas dari CP Aramco dan kurs dolar Amerika Serikat. Dari penghitungan, ternyata harga keekonomian elpiji 12 kg perlu dikoreksi. Kali terakhir Pertamina menaikkan harga adalah 1 April 2015. Besaran penurunan harga memang beragam. Namun, kebanyakan berada di angka Rp6.400, Rp6.500, bahkan Rp17.900 per tabung. Meski demikian, di satu lokasi juga memungkinkan terjadinya perbedaan harga jual. Itu bergantung dengan jarak SPPBE (stasiun pengisian dan pengangkutan bulk elpiji) terhadap supply point. Selain menurunkan harga produk elpiji 12 kg, Taryono menjelaskan bahwa saat ini pihaknya menyiapkan tabung elpiji 5,5 kg. Tabung baru itu nanti punya dua fungsi. Yakni, menjadi penahan agar pengguna 12 kg tidak langsung migrasi ke elpiji bersubsidi. “Selain itu, eljpiji 5,5 kg punya segmen sendiri. Seperti rumah tangga baru atau penghuni apartemen,” terangnya. Saat ini pihaknya masih melakukan finalisasi karena tabung baru itu rencananya mulai dilepas ke pasar pada Oktober. Untuk harga, dia belum bisa menyebut secara pasti. Yang jelas, harga mengikuti keekonomian. Lebih lanjut, Taryono menjelaskan, elpiji baru itu dipastikan tidak mengganggu produk tabung melon atau 3 kg. Sebab, murni bisnis Pertamina dan tidak mengurangi alokasi elpiji bersubsidi. “Sudah kami survei, permintaan munculnya elpiji tabung 5,5 kg cukup banyak,” ungkapnya. Meski demikian, setelah launching pada Oktober, produk tersebut tidak akan langsung tersedia di seluruh Indonesia. Mirip seperti bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite yang baru dikenalkan setelah Lebaran dulu. Dikeluarkan bertahap prioritas Pulau Jawa. “Nanti ada uji pasar dahulu,” tuturnya. Sementara itu, Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menyatakan, penurunan harga itu diharapkan bisa memberikan dampak positif kepada rumah tangga. Terutama saat perekonomian lesu dan harga-harga kebutuhan pokok ikut mahal. “Rumah tangga konsumen utama dari elpiji 12 kg. Semoga merasakan manfaatnya,” ucapnya. Untuk stok seluruh elpiji Pertamina, direktur yang akrab disapa Abe itu menyebut sangat aman. Sebab, stok ada sampai 17 hari dengan pola penggunaan seperti saat ini. Yakni, rata-rata konsumsi per hari mencapai 17.678 metrik ton. (dim/c19/tia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: