Jalur Masjidilharam Mulai Ditutup

Jalur Masjidilharam Mulai Ditutup

Makin Padat Jelang Wukuf, Jamaah Indonesia Diimbau Salat Dekat Pemondokan MAKKAH- Situasi Masjidilharam dan sekitarnya pada Jumat terakhir jelang Wukuf, Rabu (23/9), sangat padat. Jutaan jamaah haji tumplek di masjid terbesar di dunia tersebut. Sejak pagi hari lautan manusia sudah datang ke Masjidilharam, terutama laki-laki untuk melaksanakan Salat Jumat. Masjidilharam dari semua sisi penuh sesak orang. Yang juga penting, pintu akses ke Masjidilharam juga mulai dikurangi. Beberapa jalan masuk ditutup oleh polisi Arab Saudi. Melihat kondisi Masjidilharam yang mulai sesak itu, Kepala Daker Makkah, Arsyad Hidayat, mengimbau berkali-kali agar jamaah tidak lagi ke Masjidilharam. Terlebih bagi mereka yang staminanya tidak bagus atau lagi sakit. “Wukuf kurang tiga hari lagi. Masjidilharam sangat padat. Sebaiknya jamaah salat di masjid terdekat pemondokan,” tuturnya. Terlebih lagi mulai hari ini (19/9), bus salawat yang setiap hari 24 jam melayani jamaah yang akan pergi ke Masjidilharam mulai dihentikan. “Jamaah yang akan menggunakan transportasi umum seperti kendaraan umum (taksi), harus berhati-hati. Karena kondisi padat seperti sekarang ini harganya naik drastis,” ujarnya. Bus salawat yang melayani jamaah di pemondokan lebih dari 1-2 km tersebut selama ini menjadi andalan jamaah haji untuk pergi ke Masjidilharam dengan gratis. Namun, sejak Kamis malam kepadatan pemakai bus salawat sudah sangat tinggi. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pun mencoba langsung bus salawat seusai Salat Isya di Masjidilharam. Dia harus berjejal dengan jamaah yang akan pulang ke pemondokan. Begitu bus datang para jamaah berebut masuk. Kalau melihat banyak jamaah haji Indonesia yang sudah lansia, maka tidak memungkinkan untuk berlarian mencari bus. “Jaga stamina dan kesehatan sampai wukuf tiba,” katanya. Karena jamaah haji mulai bergerak ke Arafah yang jaraknya sekitar 30 km dari Masjidilharam pada 8 Dzulhijah (22/9). Waktu yang  ditempuh dalam 30 menit jika jalan lancar. Jika kondisi macet bisa lebih lama lagi. Menurut Menteri Lukman, jamaah akan diberangkatkan H-2 sebelum armina pada pukul 08.00, siang hari, dan sore hari sesuai dengan undian yang telah dilakukan sebelumnya. Di sana akan sangat sulit mencari penjual atau toko terdekat karena Paang Arafah memang tidak boleh untuk berjualan. “Jangan lupa jamaah membawa makanan saat ke Arafah. Karena petugas baru akan membagikan makanan pada malam hari,” katanya. Sementara, kedatangan jamaah haji di Makkah berdasar data sistem komputerisasi haji terpadu (Siskohat) hingga kemarin ada 154.454 jamaah (381 Kloter) sudah diberangkatkan dari Tanah Air dan 375 kloter sudah tiba di Makkah. Masih ada 6 kloter lagi yang sedang dalam perjalanan menuju Makkah. LARANG MASAK DI KAMAR Sementara itu, kebakaran yang terjadi pada Rabu (16/9) tengah malam, di kamar 801 Hotel Sakkab Al Barakah, Aziziah (Sektor IV) Makkah, terbukti menyebabkan seluruh jamaah yang menghuni hotel itu harus dievakuasi karena alasan keamanan. Menag Lukman Hakim Saifudin menggarisbawahi peristiwa itu sebagai catatan penting untuk melakukan evaluasi dan upaya antisipasi kebakaran terulang kembali. “Ke depan harus dibatasi dengan ketat bahkan kalau perlu ada larangan yang ketat untuk memasak di dalam kamar,” tegas Lukman. Menurutnya, kebakaran terjadi  karena alat masak yang ditinggal oleh penghuni kamar dalam waktu yang cukup lama sehingga terjadi arus pendek dan menimbulkan kebakaran.  Dengan adanya kejadian ini, dia berharap jamaah menjadi paham bahwa memasak dengan alat listrik di dalam kamar berpotensi kebakaran. Menag mengakui sudah bertemu dengan pemilik hotel dan dia menyampaikan agar Kementerian Agama mengimbau jamaah haji Indonesia agar tidak menggunakan alat masak listrik di kamar. Imbauan bahkan larangan akan diberikan, meski menag mengaku bisa memaklumi jika ada sebagian jamaah yang masih memasak. Sebab, menurutnya, kondisi Makkah sekarang berbeda dengan sebelumnya.  “Untuk bisa dapatkan makanan tidak semudah dulu. Kalau dulu mudah mendapatkan penjual makanan, sekarang sudah sulit ditemuinya,” ujar Lukman. Hal ini disebabkan Pemerintah Arabi Saudi mengawasi secara lebih ketat para pedagang yang tidak berizin untuk menjual makanan siap saji. Sementara rumah makan yang ada sangat terbatas. Pemerintah pada tahun ini juga baru  menyediakan makan sekali sehari, tepatnya pada makan siang. ”Tahun depan harus dipikirkan bahwa penambahan pemberian makan, khususnya selama di Makkah bagi setiap jamaah itu perlu ditingkatkan. Kalau tidak tiga kali tentu dua kali seperti di Madinah. Ini bagian yang harus kita pikirkan ke depan,” tandasnya. (end)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: