Perbedaan Ajian Belut Putih dan Ular Kadut

Perbedaan Ajian Belut Putih dan Ular Kadut

Oleh: Dudi Farid Wazdi Pada dunia pewayangan, ada orang nomor dua kurawa, Dursasana (adiknya  raja Astina, Duryudana) yang memiliki ajian belut putih. Perwateknya setiap melakukan kejahatan tak tertangkap. Ia licin bagaikan belut. Dan, karena ia pun dekat dengan penguasa, maka leluasa untuk berbuat maksiat (aneka jenis kejahatan). Jadilah ia raja mafia. DI LUAR dunia pewayangan (dalam kehidupan yang nyata) dan bahkan di negeri ini, ada pula orang yang memiliki ajian ular kadut. Perwateknya ia mudah mengumpulkan harta dari berbagai kasus. Walaupun ia mudah ditangkap (karena seperti ular kadut yang perutnya gendut disebabkan kekenyangan, sehingga geraknya menjadi lamban), tetapi ia pun bisa keluar (menghindar) sekehandaknya karena ia pandai menyuap. Beberapa pengamat menyebut bahwa ia adalah raja suap. Ia adalah Gayus Halomoan Partahanan Tambunan. Dan, karena terlalu sulit jika saya membicarakan ajian belut putih, di samping terlalu kuat juga referensinya teramat sedikit. Ceritanya hanya bisa disimpan di hati sembari berharap dapat hidayah dari Tuhan lalu ia bertaubat. Atau, berganti penguasa (dari hulu hingga hilir) sehingga semuanya, segalanya terungkap dengan sejelas-jelasnya. Seperti di akhirat kelak. Jadi,  sekarang mah kita bicarakan Gayus yang punya ajian ular kadut saja, yang pandai mengumpulkan harta, tetapi mudah ditangkap. Omong-omong, sebenarnya saat ini Gayus tengah menjalani hukuman 30 tahun di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat atas beberapa vonis tindak pidana. Hukuman mantan pegawai Ditjen Pajak ini jika ditotal menjadi 30 tahun penjara setelah Mahkamah Agung (MA) menolak Peninjauan Kembali (PK) atas kasus pencucian uang dan penyuapan penjaga tahanan. Namun, belakangan media sosial dihebohkan dengan beredarnya foto pria mirip Gayus yang tengah berada di sebuah restauran bersama dua perempuan (23/9/2015) (info terakhir konon kedua kaum hawa ini teman di pekerjaannya dulu). BERULANG KELUAR MASUK PENJARA Bukan pertama kali Gayus Halomoan Partahanan Tambuna pelesir ke luar penjara. Misalnya pada 2010, dia bisa keluar berhari-hari dari rumah tahanan walaupun dengan penjagaan superketat, seperti di Markas Komando Brimob Polri Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Juli 2010 Baru empat bulan mendekam di Rutan Mako Brimob, Gayus menyuap Kepala Rutan, Komisaris Iwan Siswanto, sebesar Rp10 juta untuk kabur tiga hari.  Agustus 2010 Gayus \"keluar\" dari Rutan Mako Brimob sebanyak 19 hari. Kali itu dia menyuap Rp70 juta. Adapun, pada September 2010 jumlah bolos Gayus bertambah. Gayus keluar dari penjara selama 21 hari, berkat memberikan suap Rp70 juta kepada Kompol Iwan Siswanto, untuk pelesir ke Makau dan Kuala Lumpur menggunakan identitas palsu. Gayus sempat berjudi di Makau. Oktober 2010 dalam sebulan, Gayus hanya sehari mendekam di penjara, yakni tanggal 25. Sisanya, dia keluyuran dan hadir ke persidangan. Sebagai maharnya, Gayus \"menghadiahi\" Kompol Iwan Siswanto duit Rp114 juta. Sayang seribu sayang, November 2010 jadwal pelesir Gayus berantakan. Dia tertangkap kamera wartawan tengah asyik duduk di bangku penonton kejuaraan dunia tenis lapangan di Denpasar, Bali. Topi, kacamata, dan rambut palsu gagal menutupi identitas Gayus. SEANDAINYA TIDAK ADA PERS DAN KONTROL MASYARAKAT Kita baru sadar dan semakin sadar, sekiranya di negeri ini tidak ada pers dan kontrol masyarakat? Bagaimana jadinya aneka jenis kebutuhan publik diatur? Bagaimana hukuman dijalankan? Dan yang pasti segala permasalahan dan kecarut-marutan pemerintah dalam mengelola segala kebijakan publik tertutup rapi? Seolah semuanya baik-baik saja. Dan, sudah bisa dipastikan pada umumnya mereka mengelola dan mengurusya dengan seenaknya saja. Untuk kasus Gayus, ternyata orang sekaliber Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung juga merasa aneh, kenapa ia begitu lihai keluar-masuk penjara? Oleh karenanya ia pun akan mengusulkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly agar Gayus Tambunan tidak diberikan remisi atau pengurangan masa tahanan (masuk register F). Tentu, hal itu terkait beredarnya foto mirip Gayus sedang kongko di restoran. Politisi PDI Perjuangan ini juga mengaku mengikuti perkembangan media sosial. Sehingga, apabila foto yang beredar benar Gayus Tambunan, tentunya‎ sungguh disayangkan. Gayus yang mendapatkan hukuman sangat berat kemudian bisa berjalan bebas di tempat publik.  Kemudian difoto dengan 2 orang wanita yang kita semua belum tahu pasti, apa dan siapa itu, tetapi apapun itu menunjukan lemahnya sistem pengawasan kita terhadap narapidana. Meski begitu, memang‎ yang bersangkutan boleh memberikan hak jawab. Tetapi, kita semua meyakini bahwa apa yang disampaikan oleh Gayus atau siapa pun yang mengatakan dia habis dari persidangan, dan kemudian bisa makan di restoran seperti itu dengan gampang akan bisa kita bantah, bahwa hal itu keluar dari aturan narapidana. Seharusnya, terpidana ‎yang sudah divonis dan berkekuatan hukum tetap seperti Gayus Tambunan mendapatkan pengawasan yang cukup ekstra. MENGHABISI ULAR KADUT Senyatanya orang yang lihai menyuap (karena berharta melimpah) dan lebih hebat dari pada Gayus, yang masih ingusan itu (karena hanya baru gol.III/a) teramat banyak. Misalnya Akil Muhtar yang mantan Ketua MK itu memiliki harta dari Sabang sampai Merauke. Bahkan, sampai banyaknya uang, penyimpanannya pun ditaruh di dinding-dinding rumahnya. Untuk orang-orang seperti ini (yang memiliki ajian ular kadut) semestinya tak hanya dipenjara tetapi hartanya pun disita. Itulah penangkal ajian ular kadut yang ampuh! Nah, jika pun Gayus dipindah ke Bogor, tetapi hartanya masih melimpah kita tinggal hanya menunggu, di restoran mana lagi, dengan perempuan mana lagi, dengan penyamaran model apa lagi? Kita akan menemukan foto Gayus yang diunduh oleh warga dan atau pers di suatu tempat tertentu dan atau disuatu moment tertentu. Dasar ular kadut! (*)   *) Penulis, Alumnus FISIP UI  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: