Delman Kuningan Nasibmu Kini
Kusir Beralih Profesi Jadi Tukang Ojek dan Pedagang KUNINGAN - Faktor teknologi sangat berpengaruh terhadap jasa angkutan delman yang ada di Kabupaten Kuningan. Saat ini, profesi tersebut mulai ditinggalkan dan para kusir mencari pekerjaan lain yang lebih menjajikan. Menurut Sekretaris Perdokar (Persatuan Dokar) Kuningan, Toto kepada Radar menuturkan, semula jumlah delman atau dokar di Kabupaten Kuningan tercatat ada 1.200 unit. Dari jumlah tersebut kini hanya tersisa 478 dokar dan tesebar di seluruh Kuningan. “Pendapatan minim sedangkan kebutuhan untuk pakan kuda meninggkat, sehingga banyak kusir yang beralih profesi. Mereka terpaksa menjual kuda dan memilih membeli motor untuk ngojek ataupun usaha lainnya,” tuturnya, kemarin (28/9). Toto yang juga PNS Disperindag Kuningan ini menyebutkan, kalau pun yang saat ini masih bertahan kebanyakan adalah usaha sampingan. Saat ini, kalau dipaksakan dalam sehari pendapatan yang diperoleh adalah Rp50 ribu. Uang sebesar itu belum dipotong membeli dedak dan rumput. Dua pakan itu saat ini harganya mahal terutama untuk rumput susah dicari karena musim kemarau. Belum lagi pengeluaran untuk perawatan kuda dan juga memperbaiki body delman. “Sekarang mah kami bertahan karena menjaga ikon Kuningan sebagai Kota Kuda. Kami sudah kumpulkan mereka agar bersifat realistis bahwa saat ini harus menjadi usaha sampingan,” sebutnya. Diterangkannya, pengurangan warga yang menggeluti profesi kusir ini paling banyak terletak di Kecamatan Kuningan dan Cigugur. Sebagai contoh di Kelurahan Awirarangan, Cijoho saat ini jumlah pemilik delman turun drastis. Padahal, awalnya jumlahnya ratusan orang kini hanya tinggal puluhan orang. Begitu juga di Kelurahan Winduherang, Kecamatan Cigugur, jumlah pemilik delman berkurang. Faktor kendaraan bermotor yang lebih mudah dan bisa digunakan untuk usaha apa saja. “Kalau ditanya sampai kapan bertahan, saya tidak bisa menjawab, karena tidak bisa diprediksi masalah ini. Kalau saya sendiri kepada para kusir selalu berbicara jangan sampai lambang Kuningan hilang . Untuk itu tetap lestarikan profesi ini meski hanya pas-pasan,” terangnya. Bukan hanya teknolgi, menurut Toto, banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi jasa angkutan tradisional ini berkurang. Banyak warga yang menganggap delman sudah tidak cocok dengan kehidupan saat ini atau bisa dikata sudah kuno. “Dengan sepeda motor semuanya lebih mudah dan gampang. Ini terbukti sehingga lambat laun membuat jumlah delman berkurang,” pungkasnya. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: