Memaknai Hari Pangan Sedunia

Memaknai Hari Pangan Sedunia

Kembali ke 4 Sehat, 5 Sempurna Setiap tanggal 16 Oktober, ada peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS). Bagaimana cara memaknainya? Sudahkah pola makan dan hidup kita sehat? \"coverstory-1\"Dilihat dari sejarah, Hari Pangan Sedunia tak lepas dari adanya Konferensi Tingkat Tinggi Pangan pertama yang dilaksanakan di Roma pada tahun 1996. Saat itu, para pemimpin dunia berkumpul di Roma untuk membahas mengenai nasib pangan dan pertanian. Lalu bagaimana dengan sekarang? Bagaimana cara memperingati HPS tersebut? Praktisi pola hidup sehat sekaligus Konselor dan Owner Diet Mayo Cirebon, Leli Damayanti SPd memiliki slogan khusus untuk meramaikan HPS. Slogan tersebut bisa diterapkan untuk diri sendiri, keluarga dan para konsumen. \"Slogannya ”October No Junk Food Challenge”. Intinya program tantangan tak makan junk food. Target dari program ini saya ingin mengajak agar masyarakat bersyukur karena sudah diberi nikmat sehat sama Allah SWT, oleh karena itu harus menjaganya dengan cara pola makan yang sehat pula,\" ujarnya. Menurut Leli, program tersebut bisa diterapkan di sekolah-sekolah Cirebon. Orang tua disarankan untuk membawakan bekal anak dari rumah agar bisa dimakan saat jam istirahat di sekolah. Namun, bekal yang dibuat sebaiknya mengurangi makanan yang siap saji seperti sosis, nugget dan mi instan. \"Awali sarapan pagi dan akhiri makan malam dengan makanan yang mudah dicerna seperti buah dan sayur. Untuk bekal anak juga sebaiknya buah atau sayur supaya meminimalisir jajan sembarangan. Ajari juga anak pelan-pelan untuk tidak mengkonsumsi junk food\" tambahnya. Makanan sehat menurut ilmu pangan adalah makanan yang menyediakan semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh agar hidup sehat. Misalnya saja protein, vitamin, lemak dan karbohidrat. Hidup sehat artinya bisa menjalankan aktivitas sehari-hari secara normal. Di Indonesia, ada semboyan empat sehat lima sempurna. Slogan ini sudah sangat cocok dan memenuhi standar gizi dan makanan sehat. Apa saran bagi keluarga soal pola konsumsi dan makanan yang sehat? \"Keluarga harus cerdas menerapkan pola makan yang baik, kebiasaan makan yang baik bagi anak-anaknya. Orang tua yang sudah terbisa dengan jenis makanan tertentu, jangan serta-merta diturunkan ke anak-anaknya. Orang tua harus memberikan teladan dan contoh, agar anak berpola hidup sehat,\" sarannya. Terkait dengan kesehatan pangan, Leli mengajak masyarakat bahwa sebagai generasi penerus, anak-anak membutuhkan makanan yang aman dan sehat bagi perkembangan fisiknya. Oleh karena itu, mulai kembangkan dan tumbuhkan budaya mengolah bahan pangan dan mengatur pola makan yang sehat. Dalam hal ini peran seorang ibu atau orang tua untuk menanamkan kebiasaan pola makan sehat pada anak sangat penting. \"Untuk itu para orang tua perlu meningkatkan pengetahuan tentang kebutuhan gizi balita, jenis, makanan, susunan menu yang kreatif serta ciptakan suasana yang menyenangkan di saat makan,\" tuturnya. Sementara itu, menurut Ratna Ningrum (32), salah satu ibu rumah tangga sekaligus wirausaha ini mengatakan, peringatan HPS tak hanya sekadar penerapan pola hidup sehat. Menurutnya, HPS terkait dengan ancaman krisis pangan yang terus meningkat. \"Pemerintah harus segera melakukan perbaikan besar-besaran di sektor pertanian dan pengolahan pangan agar jutaan penduduk negeri ini yang berada dalam ancaman kekurangan pangan dan gizi dapat kita selamatkan,\" katanya. Tak hanya itu, kata Ratna, akses terhadap pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan yang terjaga, akses air bersih juga menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Dan yang tak kalah pentingnya adalah soal pendidikan. \"Rendahnya pendidikan berpotensi melahirkan kemiskinan. Sementara kemiskinan akan menjatuhkan pada potensi gizi buruk. Dan gizi buruk jelas akan menggerus sumber daya bangsa,\" pungkasnya. (mike dwi setiawati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: