Pemuda, Antara Obama Dan Malin Kundang

Pemuda, Antara Obama Dan Malin Kundang

KONSEKUENSI alamiah sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, maka Indonesia memiliki banyak budaya, dan dari banyaknya budaya tadi membuat negeri ini juga mempunyai banyak cerita legenda. Salah satu di antaranya adalah cerita Malin Kundang dari Sumatera Barat. Pastilah sudah banyak yang mendengar legenda yang satu ini ketika seorang anak manusia yang mendapat kutukan karena tidak mau mengakui ibunya yang miskin. Lantas oleh Tuhan ia diubah menjadi batu. Patung Malin Kundang dapat dilihat di tepi pantai Air Manis, Padang dalam profil seperti sesosok manusia yang sedang bersujud. Entah benar atau tidak, silakan aja Anda menyikapinya, karena di setiap pelosok persada banyak sekali cerita mitos seperti ini. Dari Padang sekarang penulis beralih ke Amerika Serikat. Momen kali ini adalah ketika Presiden Barrack Obama memberi pidato sambutan atas kunjungan Presiden Jokowi ke Gedung Putih pada 26 Oktober 2015. Sebagian pidatonya penulis kutip sebagai berikut: ”Selamat siang hadirin, senang sekali saya bisa menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo dari Indonesia di ruang Oval ini beserta para delegasinya. Ini adalah kesempatan yang sangat berguna bagi kami untuk menekankan hubungan bilateral antara dua negara demokrasi terbesar di dunia. Sudah jelas bahwa saya memiliki pengalaman pribadi dengan Indonesia karena saya menghabiskan masa kecil saya di Indoensia dan saya juga memiliki keluarga orang Indonesia...” Sebelum melangkah lebih jauh ke inti Obrolan Pagi ini, perlu kiranya diulas sekilas bahwa Obama merupakan Presiden AS pertama berkulit hitam. Ia mempunyai garis keturunan negro dari ayah kandungnya yang warga Kenya. Ia merupakan presiden ke 44 amrik dan sesaat lagi ia akan meninggalkan Gedung Putih karena masa jabatan keduanya akan segera usai pada akhir 2016. Kedekatan Obama dengan Indonesia dari garis ayah tirinya. Ketika ortu kandungnya bercerai, lantas ibunya menikah lagi dengan Lolo Soentoro, mahasiswa Indonesia yang sedang study di Amerika. Pasangan ini sempat mukim beberapa tahun di kawasan Menteng. Jadilah Obama kecil sempat mengenyam pendidikan di Jakarta. Sekarang apa kaitan antara legenda Malin Kundang dengan sekelumit kehidupan Obama? Tentu saja ada. Penghubungnya adalah peringatan Hari Sumpah Pemuda yang baru saja kemarin kita peringati. Lho gimana ceritanya? Begini broo.. Bahwa peringatan Sumpah Pemuda tentu lebih bernuansa kebangsaan daripada menyoroti pemuda sebagai sosok manusia sedang mencari jati diri. Namun tidaklah dapat dipungkiri bahwa pemuda sebagai manusia yang sedang mengalami masa transisi bakal banyak menentukan perubahan. Perubahan itu bisa berdampak pada diri pemuda itu sendiri maupun pada negara asal pemuda yang bersangkutan. Pernahkah Anda bayangkan, apa jadinya jika tidak terjadi peristiwa penculikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok? Mungkinkah kemerdekaan Indonesia bisa dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 tanpa peristiwa itu? Penulis menyebutnya : tidak... Kenapa demikian? Coba Anda ikuti penggalan sejarah Rengasdengklok. Ketika itu para pemuda memaksa BK agar kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan pada 16 Agustus 1945. Namun BK menolak dengan dalih harus kompromi dulu dengan teman-temannya sesama anggota PPKI yang merupakan lembaga bentukan Jepang. Karena terus mendapat paksaan plus ancaman dari para pemuda yang dimotori oleh Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh, meledaklah amarah BK. Lantas ia berujar, ”Ini batang leherku. Seret aku ke pojok sana dan potong leherku malam ini juga. Tidak usah menunggu besok.” Kemudian datanglah pertolongan Allah, kedua kubu kemudian jadi adem. Namun tidak diceritakan dalam sejarah mengapa kemudian BK melunak dan akhirnya mau membacakan teks proklamasi, meskipun bukan pada 16 Agustus 1945 seperti keinginan para pemuda. Juga tidak dijelaskan dalam sejarah apakah keputusan BK ini telah mendapat persetujuan dari sesama anggota PPKI dan juga pemerintah Jepang. Sekarang mari kita simak penggalan pidato Obama sewaktu menyambut Jokowi. Ada satu poin penting yang perlu dicermati yakni adanya pengakuan bahwa ia pernah menjadi bagian dari suatu negeri bernama Indonesia. Meskipun bagian itu hanyalah merupakan masa kecilnya saja, namun Obama tidak melupakan hal itu. Dari kisah si durhaka Malin Kundang, kemudian jasa besar pemuda Indonesia dalam mendirikan negara ini, ditambah pengakuan Obama di atas, maka ada beberapa hal yang penulis ingin kemukakan dalam Obrolan Pagi ini. Pertama, bahwa peristiwa Sumpah Pemuda sudah lama berlalu, namun bagaimanapun tidaklah dapat dipungkiri peran sentral pemuda dalam bidang apapun. Kedua, diakui atau tidak, rasa memiliki negeri ini di kalangan masyarakat kita belum tentu sebesar yang ditunjukkan oleh Obama. Lihat saja, ketika mencuat wacana bela negara, maka lebih banyak yang mencibir. Padahal itu kan hanya semacam latihan baris-berbaris seperti zaman sekolah dulu. Apa salahnya sih...toh ntar juga dapat uang saku plus makan gratis. Ketiga, ini yang terpenting. Dengan berjalannya waktu banyak kondisi terkini yang menyebabkan mental dan karakter pemuda kita bertolak belakang dibanding kondisi pemuda di awal perjuangan untuk mendirikan Indonesia. Kita lihat saja, atas dalih pengangguran dan kemiskinan, maka banyak para pemuda yang mau dan mampu berbuat jahat mulai dari terlibat bisnis narkoba sampai dengan melakukan perkosaan dan pembunuhan. Tidaklah mengherankan, dengan dalih keterpurukan, maka saat ini tidak hanya anak yang tidak mengakui orangtua seperti yang dilakukan Malin Kundang, tapi bahkan orangtua sudah tidak mampu lagi menghidupi dan melindungi anaknya. Jika hal ini tidak mendapat perhatian besar dari negara, bukan tidak mungkin sekian tahun mendatang kardus tidak lagi berfungsi untuk mengemas mie instan, demikian juga tong sampah tidak lagi berisikan sisa makanan, melainkan...Sedih...(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: