Baasyir Lebaran di Penjara
JAKARTA - Dua hari jelang bulan suci Ramadan, Polri menangkap Abu Bakar Baasyir. Pendiri Ponpes Ngruki, Solo itu ditahan di rutan Bareskrim Mabes Polri. Kali ini, polisi yakin Baasyir benar-benar terlibat jaringan terorisme di Indonesia. Itu berarti, ulama yang pernah hijrah ke Malaysia itu akan menjalani ibadah puasa hingga Idul Fitri di dalam penjara. “Kita sudah punya cukup bukti dan tidak serta merta menangkap. Ini proses dan rangkaiannya panjang,” ujar Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Ito Sumardi kemarin (09/08). Ito mengklaim Densus 88 sudah punya alat bukti yang bisa digunakan sebagai dasar meringkus Baasyir. “Fakta-faktanya ada. Apa saja itu, silakan ikuti prosesnya sampai persidangan,” kata mantan Kapolwiltabes Surabaya itu. Nama Baasyir sudah dikait-kaitkan dengan isu terorisme sejak tahun 2002, setelah peledakan Bom Bali 1. Namun, pada 2 September 2003 Baasyir divonis 4 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena melanggar imigrasi bukan karena terorisme. Pada 3 Maret 2004 vonis menjadi 1 tahun 6 bulan penjara oleh Pengadilan Tingkat Kasasi MA. Sejak bebas 14 Juni 2006, Baasyir aktif berdakwah dan mendirikan organisasi Jamaah Ansharut Tauhid pada 2008. Melalui pesan singkat yang dikirimkan lewat ponsel orang dekatnya Hasyim Abdullah yang sedang menjenguk di rutan, Baasyir menanggapi penangkapannya. “Saya menolak diperiksa dan ditangkap oleh Densus 88 karena densus produk kafir,” ujarnya pada Jawa Pos (Group Radar Cirebon). “Densus kafir harbi memusuhi ulama dan kaum muslimin tidak boleh dibantu, haram hukumnya,” tambahnya. Saat dijenguk, kondisi Abu Bakar Baasyir sehat. “Beliau segar dan sama sekali tidak tertekan,” kata Hasyim. Pesan singkatnya menegaskan pernyataan Baasyir sesaat sebelum dibawa masuk rutan Bareskrim siang pukul 12.45. “Saya anggap ini rahmat Allah buat saya, mengurangi dosa, dan jelas pesanan Amerika,” kata Baasyir sembari tersenyum. Dia dibawa masuk dengan dikawal anggota Densus 88 berseragam lengkap dengan topeng. Salah seorang petugas menggunakan kacamata hitam dan mengenakan topi bersimbol bendera Amerika Serikat membuka pintu mobil Nissan L 2732 EO dan mengawal Abu dengan mengapit lengan kirinya. Usai Abu ditahan, simpatisannya berdatangan ke Mabes Polri. Ada Rusnadi Akhmad yang mengaku dari Bogor dan minta ditahan bersama Abu. “Saya ini anti Amerika, karena sama dengan ustad. Tolong tahan saya juga,” katanya pada petugas piket bareskrim. Rusnadi diusir pulang. Lalu, Endang Widyaningsih, wanita simpatisan Baasyir itu sambil menangis minta bertemu dengan ustad idolanya. Namun, upaya Endang gagal. “Kok kejam sekali ya, sudah tua kok dizalimi seperti ini,” katanya. Ada juga Agus Wahid dan Suhardi Bowo, dua anggota Jamaah Ansharut Tauhid DKI Jakarta yang mengantar sarung dan Al Quran. Pengacara Baasyir Mahendradatta dan timnya juga langsung menjenguk. Menurut Mahendradatta, penangkapan Baasyir di Banjar Ciamis Jawa Barat tidak berperikemanusiaan. “Bayangkan, ada ibu-ibu mobil dipecah kacanya, tidak ada dasarnya lagi. Beliau bukan DPO apalagi tersangka terorisme. Kaitannya apa,” katanya emosional. Baasyir disergap Densus di Banjar, Jawa Barat saat pulang dari mengisi taklim di Solo. Ikut dalam mobil istri Baasyir dan istri ustad Wahyudin. Sejumlah santri Basyir yang melakukan perlawanan juga ditangkap. Mereka tadi malam ditahan di Polda Metro Jaya. Mahendra menjelaskan sejak ditangkap paksa, Abu Bakar Baasyir menolak menandatangani dokumen apapun. “Beliau menganggap penangkapan ini illegal,” katanya. Sebaliknya, pihak Mabes Polri melalui Kadivhumas Irjen Edward Aritonang optimistis Baasyir terlibat. “Bahkan, sebelumnya kami sudah membuat rekonstruksi,” katanya. Rekonstruksi yang dimaksud Edward adalah reka ulang di markas Jamaah Ansharut Tauhid tanggal 8 Mei 2010. Saat itu, Abu Bakar Baasyir diperankan figuran dan terlihat bertemu dengan Ubeid (sudah tertangkap) dan Haris Amir falah (tertangkap). Ubeid dan Haris adalah dua tersangka yang dituduh mendanai latihan teroris di Aceh. Setidaknya ada tujuh sangkaan Polri terhadap Baasyir. Yakni berperan aktif dalam menyiapkan rencana awal pelatihan militer bagi kelompok teror di Aceh terutama dalam pembentukan Aqidah Amimah sebagai basis perjuangan militer. “Beliau juga menunjuk ustad Mustaqim (sudah tertangkap) sebagai pimpinan di Aceh,” katanya. Lalu, menunjuk Mustofa alias Abu Tolib sebagai pengelola latihan militer di Aceh. Juga, disangka menunjuk Dul Matin sebagai penanggung jawab lapangan latihan militer di Aceh. Baasyir juga dituding merestui dan mendanai latihan militer di Aceh. “Beliau juga terus mendapat laporan dari pengelola lapangan secara rutin,” kata mantan juru bicara investigasi kasus Bom Bali 1 itu. Edward menjelaskan penangkapan Baasyir merupakan rangkaian pengembangan penangkapan lima orang yang disergap di Jawa Barat sebelumnya. Mereka adalah Fahru Rozi Tanjung, Hamzah alias Hilmi, Ghafur, Kurnia Widodo dan Kiki. “Mereka ini ada yang anggota JAT (Jamaah Ansharut Tauhid),” katanya. Penangkapan itu dipimpin Wakil Kepala Densus 88 Kombes M Syafii. Sebab, Kadensus 88 Brigjen Tito Karnavian sedang berada di Australia. Tidak jelas agenda apa Tito ke Australia, yang pasti otoritas Australia melalui kementrian luar negerinya memberi selamat atas penangkapan Baasyir. Secara terpisah, seorang petugas lapangan anti teror yang ikut menangkap Baasyir menyebut, ustad Abu “dicokot” oleh seorang yang ditangkap di Cileunyi, Bandung. Dia tertangkap di terminal saat hendak kabur ke Jawa Tengah. “Namanya ustad Kiki, dia pengurus JAT. Dari data yang diperoleh bersamanya kita berani tangkap ustad Abu,” katanya. Apa data itu? Sumber itu menyebut, ada transkrip rekaman pembicaraan dan tanda tangan ustad Abu dalam sebuah dokumen pembiayaan. “Nanti, dibuka di persidangan saja,” katanya. Saat ini, petugas sedang mengejar Musthofa alias Abu Tholut. “Jika dia dapat diringkus. Kita yakin 100 persen ABB tak bisa mengelak,” katanya. Abu Tholut adalah mantan panglima JI mantiqi III (Poso dan Mindanao) yang mengenal secara pribadi Baasyir sejak masih merantau di Malaysia.(rdl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: