Perpustakaan Keliling dari Replika Perahu

Perpustakaan Keliling dari Replika Perahu

ARJAWINANGUN – Miftahudin (27) seorang tukang pengumpul barang bekas dari Desa Tegalgubug Lor, Blok 4, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, menciptakan perpustakaan keliling terbuat dari odong-odong dan replika perahu. Pria yang pernah mondok di Pondok Pesantren Tebuireng Jawa Timur itu mendapatkan inspirasi saat ia bekerja di Festival Kuliner Apung Banjar Bekasi. Sehingga ia menciptakan replika perahu, dan membuat perpustakaan keliling dengan menggunakan konsep perahu, yang memiliki filosofi bahwa perahu itu sebagai penyelamat dunia. Perpustakaan keliling yang bisa dimanfaatkan secara gratis ini, berangkat dari keprihatinannya terhadap pendidikan yang kurang akses atas bahan bacaan bagi anak-anak. Ia berkeliling ke sekolah-sekolah yang tidak memiliki ruang perpustakaan dan meminjamkan buku secara gratis. Bahkan untuk menarik minat anak-anak dalam membaca ia memberikan hadiah mainan yang dibuat oleh dirinya sendiri, sebuah replika motor mini yang terbuat dari limbah kayu. “Banyak dari anak-anak yang berminat membaca saat perpustakaan Safinatunnazah mendatangi SDN yang berada di pelosok, karena mereka tidak merasakan fasilitas ruang perpustakaan. Dari pihak guru sangat merespons sekali, bahkan di hari-hari tertentu saya harus berada di sekolah itu,” kata Miftahudin saat memperlihatkan replika perahu tersebut di rumahnya, Jumat (6/11). Diceritakannya, pernah perpustakaan keliling itu dikira warga sebagai peserta pawai. Ia pun tidak putus asa untuk berkeliling meminjamakan buku meski banyak cobaan. Walaupun jumlah bukunya masih sedikit dari jumlah pembaca setianya ia yakin dengan semangat dan kerja kerasnya akan membuahkan hasil yang sangat berharga baik untuk yang membaca maupun kepada dirinya sendiri. “Buku-buku ini didapat dari teman-teman saya, selain itu juga dari jejaring sosial fecebook banyak juga yang mengirimkan buku-buku ini, meskipun saya tidak memintanya,” katanya. Ia sangat senang, perpustakaannya diterima masyarakat. Namun ia harus mengatur jadwal kelilingnya dengan pekerjaannya, agar pekerjaannya sebagai tukang barang bekas tidak terbengkalai. “Saya biasanya bekerja mencari barang bekas, sembari mencari lokasi untuk mangkalnya pustaka ini,” katanya. (arn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: