Meski Sulit, Kesenden Tetap Jadi Prioritas Wisata Kota
KEJAKSAN - Wilayah pesisir Kesenden pernah mendapatkan bantuan Rp10 miliar untuk pembangunan kawasan wisata bahari. Namun, karena kendala alam dan aturan, akhirnya anggaran tersebut batal digunakan. Meski demikian, Pesisir Kesenden tetap menjadi prioritas wisata bahari. Kepala Bidang Kepariwisataan Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Kota Cirebon, Edi Tohidi SE MM mengatakan, anggaran bantuan Rp10 miliar sudah lenyap dan tidak digunakan. Sebab, anggaran tersebut khusus untuk pengembangan wisata bahari pesisir Kesenden. Karena itu, belum terserapnya anggaran Disporbudpar cukup besar disumbang dari dana tersebut. \"Kendalanya kondisi alam pesisir Kesenden dan aturan,\" ujarnya kepada Radar, Rabu (2/11). Meskipun demikian, kawasan pesisir Kesenden tetap menjadi prioritas untuk pengembangan wisata bahari. Terlebih, Edi Tohidi mendengar akan ada perubahan isi dari Perda Rencana Tata Ruang Tata Wilayah (RTRW) yang selama ini menjadi salah satu kendala pengembangan wisata bahari Kesenden. Sebab, lanjut dosen Fakultas Ekonomi Untag Cirebon ini, kawasan pesisir Kesenden menjadi area sabuk hijau. Harapannya, dalam revisi Perda RTRW mencantumkan kawasan pesisir Kesenden menjadi area wisata bahari. Edi Tohidi menjelaskan, pesisir Kesenden menjadi alternatif wisata bahari di Kota Cirebon. Sejak 10 tahun lalu sudah diusulkan ke pemerintah pusat. Namun, sampai saat ini belum kunjung ada realisasi. Ternyata, berdasarkan informasi dari Bappeda, kadar garam air laut di pesisir Kesenden sangat tinggi. Berpengaruh kepada pertumbuhan mangrove yang akan menjadi daya tarik wisata bahari di Kesenden. Kepala Bidang Fisik dan Lingkungan Bappeda Kota Cirebon Arif Kurniawan ST mengatakan, pesisir Kesenden potensial dijadikan kawasan wisata bahari. Namun, kendala ada pada dua hal, yakni kadar garam air laut yang tinggi dan perubahan aturan. Peneliti sudah pernah diturunkan untuk mengatasi persoalan ini. Tetapi, tidak ada solusi selain penyodetan sungai dan rekayasa teknologi. “Dengan kadar garam tinggi, mangrove susah tumbuh. Ini kendala saat dijadikan aset utama wisata bahari,” terangnya. Solusi rekayasa teknologi dilakukan dengan membuat kanal aliran sungai. Selama ini, ujarnya, mangrove yang tumbuh di kawasan pesisir Kesenden ternyata karena ada aliran air sungai. Jika hal ini bisa dilakukan, dia yakin pengembangan wisata bahari dapat dilakukan. “Solusinya buat kanal, parit dan sodetan sungai. Wilayah pesisir Kesenden dulunya tambak garam,” terang pria berkacamata ini. Padahal, bakau atau mangrove memiliki sifat asli tahan air asin. Karena terlalu tinggi, membuat mangrove sulit bertahan. Kendala lain agar pesisir Kesenden menjadi wisata bahari, harus mengubah Peraturan Daerah tentang Tata Ruang Tata Wilayah (Perda RTRW). Bappeda Kota Cirebon memiliki solusi lain terkait perubahan aturan itu. Yakni kawasan pesisir Kesenden dibuat pengembangan reklamasi terbangun untuk kawasan wisata komersil. “Ini tetap harus mengubah Perda RTRW. Kita sudah mulai membahas perubahan Perda RTRW,” tukasnya. Hanya saja, pesisir pantai Kota Cirebon hanya sepanjang 7 kilometer. Seluruhnya dikuasai pelabuhan. Hal ini menyulitkan untuk proses alih fungsi. Di samping itu, Arif Kurniawan menilai pengembangan kawasan Pelabuhan berpengaruh terhadap reklamasi pantai. Juga, menambah luasan tanah timbul dan pengembangan wilayah pesisir, sekaligus pertumbuhan Kota Cirebon itu sendiri. Selama ini, lanjutnya, wilayah pesisir Kesenden menjadi salah satu proyek pengembangan wisata bahari Cirebon. Namun, dalam Perda RTRW wilayah pesisir Kesenden menjadi sabuk hijau kawasan lestari. “Aturan bisa diikuti sepanjang ada keinginan,\" ucapnya bijak. (ysf)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: