Gak Bisa Tidur Dua Malam, Berangkat Umrah Dibiayai Penumpang

Gak Bisa Tidur Dua Malam, Berangkat Umrah Dibiayai Penumpang

Caryono, Porter di Stasiun Kejaksan Cirebon “Mau dibantu pak?\" tanya pria yang hampir setengah baya ini sambil ngos-ngosan kepada salah seorang penumpang Kereta Api (KA) yang turun di Stasiun Kejaksan. Itulah gambaran yang dirasakan Caryono dan kawan-kawannya yang sehari-hari mencari sesuap nasi dengan menjadi porter, kuli angkut barang para penumpang KA. Mike Dwi Setiawati, Kejaksan HAMPIR setiap hari, selama 15 tahun, Caryono berada di Stasiun Kejaksan. Suara peluit kereta api yang memasuki stasiun selalu membersitkan harapan bagi pria paruh baya ini. Saat kereta tiba, dia bergerak secepat kilat bersaing dengan porter lain yang tak jarang usianya jauh lebih muda. Mereka mengharapkan imbalan sukarela dari para penumpang KA yang menggunakan tenaga mereka untuk mengangkut barang bawaan dari KA atau menuju KA. Tidak banyak orang yang peduli akan keadaan maupun profesi yang mereka miliki sebagai kuli panggul. Padahal, keberadaan mereka dan pekerjaan yang dilakukan justru kadang sangat dibutuhkan. Para porter ini yang membuat sebuah stasiun menjadi lengkap keberadaannya, yang menjadi sebuah tempat dipenuhi orang-orang yang akan melakukan perjalanan jauh. Karena jarak yang jauh itulah, akhirnya mereka membawa barang sebagai bekal yang cukup banyak. Menjadi porter bukanlah cita-cita Caryono, tapi apa boleh buat jika ternyata takdir berkata lain. Bahkan pekerjaan ini disyukuri oleh Caryono, menurutnya menjadi porter lebih baik saat dibandingkan pekerjaan sebelumnya yang menjadi pedagang asongan. Dengan keterbatasan pendidikan yang dimiliki, ia tidak mempunyai banyak pilihan dalam hal pekerjaan, karena sebagian besar mereka porter sebatas lulusan SD dan SMP. Jam 8 pagi ia harus sudah menginjakkan kaki di Stasiun Kejaksan, tempatnya mencari nafkah. Setelah sampai di stasiun, ia langsung berbenah dengan seragam kebesarannya, lengkap dengan sepatu yang membuatnya lebih nyaman dalam melakukan tugas. Keterkaitan yang terjadi ternyata membentuk sebuah sinergi yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak, dalam hal ini PT KAI Daop 3 Cirebon dengan para porter. Para porter mendapatkan lahan pekerjaannya di stasiun, sehingga mereka dapat bekerja dengan tenang. Pihak PT KAI pun merasa terbantu dengan keberadaan mereka, baik dari segi keamanan, kebersihan, ataupun bantuan teknis yang bisa dilakukan porter-porter itu. Begitupun dengan penumpang, karena ada yang membantu mereka untuk membawakan barang bawaan mereka dari atau menuju KA. Hubungan baik yang terjalin ini, secara tidak langsung membuat ikatan emosional dengan PT KAI. Melahirkan kecintaan mereka terhadap PT KAI, salah satunya dengan menjaga dan memelihara stasiun dan seluruh fasilitasnya. Begitupun hubungan dengan para penumpang. Selama bertugas, ada empat prinsip yang selalu dipegang Caryono, yakni pelayanan, kejujuran, kesopanan, dan mensyukuri rejeki yang didapat. Keuletan, kesabaran, dan prinsip yang dipegang Caryono membuahkan hasil. Ia diberangkatkan umroh oleh salah satu penumpang KA yakni pemilik Grage Mall Cirebon, H Bamunas S Budiman. Caryono akan berangkat pada tanggal 11 Desember dengan 16 orang karyawan Bamunas. Tak pernah terbayang di benak Caryono bisa berangkat ke tanah suci untuk ibadah umroh. Caryono bercerita, kabar berangkat umrah dikatakan langsung oleh Bamunas. Saat itu, ia ditanya bisa salat dan mengaji tidak? Dengan mantap, Caryono menjawab \'bisa\'. \"Saya gak bisa tidur dua malam, kepikiran,\" ungkapnya. Ada keinginan Caryono suatu saat bisa berangkat umrah dan haji bersama keluarga. Tentu dengan hasil jerih payahnya sendiri. \"Istri juga kaget pas saya cerita, insya Allah kalau dikasih rezeki mau berangkat sama keluarga,\" harapnya. Sampai saat ini, dan entah sampai kapan Caryono akan terus melakukan pekerjaan ini. Selama kereta api masih ada, masih menjadi alat transportasi yang digunakan orang-orang. Ia mengaku akan tetap melakukan tugasnya sebagai porter. Membantu para penumpang mengangkut barang-barang. Sampai tiba saat ia untuk bisa beristirahat menikmati masa tua dengan anak cucu. Berharap apa yang didapatkan kini bisa menjadi bekal untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Namun hingga saat ini rasa syukur selalu ia panjatkan untuk pekerjaan yang sedang dijalani, yang juga akan menjadi ibadah jika dilakukan dengan ikhlas dan penuh kesadaran tanpa aral dan putus asa. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: