Andai Azis seperti Risma…

Andai Azis seperti Risma…

Oleh: Verry Wahyudi* TRI Rismaharini, siapa tak kenal nama ini? Dia walikota yang menorehkan sejarah dan perjalanan emas. Berkat sentuhan pemikiran dan kerja kerasnya, Kota Surabaya bisa hebat. Risma bukan tipe kepala daerah yang besar karena pencitraan, tapi sungguhlah lantaran kinerja dan prestasi. Kita patut belajar dari pengalaman Risma. Seorang kepala daerah harus meneladani atau mengambil inspirasi dari kepala daerah lainnya yang telah berhasil lebih dahulu membangun daerahnya. Seyogianya kepala daerah yang belum berhasil membangun daerahnya merasa malu dan iri bila melihat kepala daerah lainnya yang sudah berhasil membangun daerahnya. Seraya inilah yang mesti menjadi motivasi kepala daerah untuk benar-benar bertekad membangun daerahnya. Membangun daerah harus dilakukan dengan penuh iktikad, visi-misi, serta cita-cita mulia. Risma membawa Kota Surabaya memenangi Adipura Kencana, kategori kota metropolitan, sepanjang empat tahun berturut-turut (2011-2014), dan apresiasi Kota Berkelanjutan ASEAN, Enviromentally Award 2012. Sembari ketika tahun 2012, Citynet turut menobatkan Kota Surabaya sebagai kota terbaik se-Asia Pasifik, atas kesuksesan partisipasi warga dan pemerintah kota dalam menata lingkungan. Selain itu, Kota Surabaya menerima penghargaan Future Government Awards 2013 level Asia-Pasifik dalam dua aspek (data center dan inklusi digital), mengalahkan 800 kota di seantero Asia-Pasifik. Senyampang saat 2013 juga, Taman Bungkul di Kota Surabaya meraih The Asian Townscape Award, dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagai taman terbaik se-Asia. Dan saat 2014, Kota Surabaya menjamah penghormatan Socrates Award segi Future City dari European Business Assembly (EBA). Bahkan, Risma masuk nominasi 10 wanita paling inspiratif 2013 versi Majalah Forbes. Dan tahun 2014, World Mayor Project (WMP) memilihnya sebagai walikota terbaik ketiga dunia. Selanjutnya ia tembus pula menjadi nominasi 50 pemimpin terbaik dunia pilihan majalah Fortune (tahun 2015), setaraf beberapa figur termasyhur dunia. Pantang luput, Risma merengkuh trofi Bung Hatta Anti-Corruption Award 2015. Risma dinilai cakap menekan praktik korupsi dan mengembangkan tata kelola pemerintahan yang baik. Perlu Komitmen Tanpa kecuali, kita warga Kota Cirebon pun tertarik membicarakan Risma. Dan tentunya bukanlah bombastis jika kita merindukan Walikota Nasrudin Azis dapat perform serupa Risma. Umpama Azis seperti Risma, Kota Cirebon pasti bisa hebat bak Kota Surabaya. Betapa sejujurnya Kota Cirebon memiliki potensi atau kapasitas untuk itu. Hanya saja pertanyaannya adalah, apakah Azis mau mempunyai komitmen guna membangun “sukses” atau “keberhasilan” tersebut? Sambil sejatinya segenap kalangan bersinergi ikut membantu mencapai itu. Di bawah pemerintahan Risma, Surabaya maju pesat. Banyuwangi juga maju pesat di bawah Bupati Abdullah Azwar Anas (2010-2015). Demikian pula Bantaeng yang dipimpin Nurdin Abdullah sejak 2008 dan Tanah Bumbu di bawah Mardani H Maming (2010-2015). Mereka giat membangun, juga kreatif dalam memanfaatkan dan mengembangkan potensi daerahnya. Satu hal penting, mereka konsisten dan punya komitmen tinggi memajukan daerahnya. Mereka tak hanya membangun daerah, namun juga membangun rakyatnya menjadi lebih maju dan bangga akan daerahnya. Hal itu bisa terjadi, sebab mereka paham kebutuhan rakyatnya dan berupaya memenuhinya. Kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi rakyat diperhatikan (Yovita Arika, 2015). Kreatif - Inovatif Otonomi menuntut pemda berpikir kreatif-inovatif membangun ekonomi daerah agar mengurangi kesenjangan. Persekongkolan modal dan kuasa di tingkat lokal inilah yang menyebabkan banyak pemimpin tidak kreatif merancang kebijakan publik dan tak dapat berbuat banyak menata daerah. Indonesia memerlukan pemerintahan kuat di daerah supaya dapat menjaga kedaulatan ekonomi dan melindungi rakyat dari eksploitasi. Maka, reposisi peran pemda menjadi proyek vital. Pemerintahan kuat bukan memerintah dengan tangan besi dan menghambakan dirinya pada imperialisme ekonomi. Pemerintahan kuat adalah dia yang mampu menjaga kedaulatan ekonomi daerah, melindungi warga negara, dan efektif mengelola keuangan daerah untuk kepentingan rakyat (Ferdy Hasiman, 2015). Akhirnya, ketika program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah berlaku, maka kita berharap pula terhadap daerah supaya menjadi pilar pasar bebas itu. Daerah kudu menggali potensi ekonominya. Jamak diketahui, selama ini sebetulnya daerah pun sudah mempunyai kegiatan ekonomi khasnya. Ke depan, daerah mesti mengembangkan ekonomi khasnya. Sulit dipungkiri, ekonomi khas di daerah merupakan “ciri pembeda, keunggulan, dan keistimewaan” di pasar bebas, sembari merupakan modal guna memenangkan persaingan. Contohnya Cirebon memiliki aktifitas ekonomi khas: kerajinan rotan, batik, kuliner, serta wisata seni budaya dan religi. (*) *Penulis adalah analis politik dan ekonomi; Sarjana Administrasi Bisnis; alumnus Program Studi Ilmu Administrasi Niaga FISIP Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Cirebon; mantan Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi BEM FISIP Untag Cirebon; penerima penghargaan Untag Cirebon sebagai mahasiswa berbakat menulis.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: