Terorisme: Mengapa Harus Cirebon?

Terorisme: Mengapa Harus Cirebon?

Oleh: Iing Casdirin SAAT melakukan kunjungan ke Cirebon, Presiden Jokowi menerima kabar ada ledakan bom di kawasan Sarinah Jl MH Thamrin Jakarta. Besoknya,  tim Densus 88 langsung menangkap 3 terduga pelaku, eh yang ternyata berasal dari Cirebon. Setelah diselidiki, material bom Sarinah mirip rupanya dengan bom yang meledak di Masjid Ad Dzikra Polresta Cirebon. Banyak keyword “Cirebon” yang begitu dekat dengan kegiatan peledakan bom dan terorisme. Mengapa Cirebon? Sejak tahun 2009, Cirebon memang selalu mejadi medan perburuan tim Densus 88 untuk mencari para pelaku teroris.  Mulai dari mengejar jaringan pelaku bom Hotel JW Marriot, Saufudin Zuhri tinggal di Desa Perbutulan, Kec Sumber, Kab Cirebon; pelaku bom bunuh diri di Masjid Polresta Cirebon M Syarif warga Pekalipan Kota Cirebon; Ketua Tauhid Al Jihad, Yadi alias Abu Fatih di Desa Pasindangan, Kec Gunung Jati Kab Cirebon; hingga 3 orang terduga pelaku bom Sarinah yang merupakan warga Orimalang, Kec Jamblang, Kab Cirebon. Mengapa Cirebon? Kata orang-orang tua zaman dahulu, Cirebon disebut juga sebagai Puser Bumi atau pusatnya dunia. Jangan-jangan karena itu semua hal bisa terjadi di daerah ini. Tidak sedikit menteri yang berasal dari sini, banyak tokoh dan ulama yang disegani, tidak kurang artis dan seniman yang mumpuni, juga ada akademisi yang berprestasi hingga luar negeri, ada pejabat yang dihukum karena korupsi, sampaipun ada pelaku bom bunuh diri. Bicara soal ekonomi, evaluasi secara nasional pada akhir tahun lalu (2015) Badan Pusat Statistik (BPS) pusat menempatkan Cirebon sebagai daerah yang terendah mengalami gejolak inflasi. Artinya, dibandingkan daerah-daerah lain di nusantara, kenaikan harga-harga barang di daerah ini tidak begitu berarti. Tetapi ya tetap saja, masih ada 6 kecamatan di Kabupaten Cirebon yang rawan gizi. Kemiskinan dan kesenjangan sosial sering dianggap menjadi penyebab wabah terorisme itu selalu muncul di Cirebon. Kemiskinan terkadang membuat beberapa orang berpikir serta bertindak instan. Tetap apakah benar kemiskinan itu yang menjadi penyebab kejahatan terorisme? Jaringan terorisme yang ditangkap di Cirebon bukanlah orang yang “miskin-miskin amat”. Dari pelaku bom bunuh diri hingga jaringan teroris yang terbaru, bukanlah orang-orang pengangguran, tetapi mempunyai penghasilan. Bahkan, terduga teroris yang ditangkap di Orimalang Kec Jamblang, kata kepala desanya, adalah orang-orang yang justeru banyak uang. Penyebab munculnya pelaku teror di Cirebon, sepertinya lebih karena radikalisme agama. Ini memang penyebab yang unik, karena motif yang mendasarinya kadang bersifat tidak nyata. Radikalisme agama sebagian ditumbuhkan oleh cara pandang berbeda terhadap dunia dari para penganutnya. Dunia seperti dikuasai kekuatan hitam, dan ia ingin tampil sebagai utusan Tuhan untuk membebaskannya. Penyebab radikalisasi agama tentu bukanlah penyebab yang kaku. Pada kenyataannya pelaku teror sangat mungkin digerakkan oleh lebih dari satu motif. Pengenalan atas sebab munculnya gerakan terorisme di Cirebon akan membantu pencarian solusi yang tepat dan mujarab. Tetapi kemudian jangan melekatkan Cirebon dengan gerakan terorisme, karena selain hanya satu dua kasus saja, nyatanya bom Sarinah lalu juga ada korban dari warga Cirebon. (*) ** Penulis, wartawan senior di Cirebon. Tinggal di Jl Evakuasi Kota Cirebon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: