Puluhan Preman Serang RSPAD

Puluhan Preman Serang RSPAD

Dua Penjenguk Tewas, Polisi Tetapkan Tiga Tersangka JAKARTA - Keheningan malam di rumah duka RSPAD Gatot Subroto Jakarta kemarin (23/2) dini hari sekitar pukul 02.30 mendadak pecah. Sekitar 40 orang tiba-tiba menyerang belasan orang yang sedang melayat mendiang Bob Stanley Sahusulawan. Dua orang tewas dalam penyerangan ini. Polisi masih memburu dalang keributan. Korban tewas dalam penyerangan ini adalah Stenly AY Wenno (29), dan Ricky Tutu Boy. Keduanya adalah warga Ambon yang tinggal di kawasan Pasar Rebo, Jakarta. Selain itu, ada enam orang yang mengalami luka berat dan ringan dalam penyerangan ini. Di antaranya adalah, Oktavianus (35), Yopi (35), Erol (38), dan Jefrey (38). Korban meninggal dalam kasus penyerangan ini langsung dilarikan ke RS Cipto Mangukusumo (RSCM) untuk diotopsi. Sumiyati (31), istri Stenly terlihat sesenggukan di kamar mayat RSCM. Tangis Sumiyati pecah saat jenazah suaminya dipindah dari kamar mayat ke ruang persemayaman. Dia mengaku tidak mengira ziarah dini hari itu berujung maut. Sumiyati mengatakan, awalnya tidak ada tanda-tanda bakal terjadi penyerangan saat itu. Tetapi, seketika ada ratusan kelompok orang yang menyerang para pelayat. Sumiyati mengaku kaget setelah mendapatkan kabar suaminya yang sehari-hari bekerja sebagai debt collector tewas dalam penyerangan ini. “Rencananya langsung dipulangkan ke Ambon,” ujar Sumiyati yang didampingi anak tunggalnya Brian Wenno. Menurut Sumiyati, suaminya tewas dengan beberapa luka tusukan, di antaranya di perut. Selain itu, dia juga mengatakan ada bekas luka yang dijahit di bagian kepala dan lengan. “Biar dihukum mati pelakunya. Karena dia sudah bunuh suami saya,” katanya. Aksi premanisme yang kembali terjadi di rumah duka RSPAD, membuat Komnas HAM ikut angkat bicara. Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim menyatakan aksi premanisme harus ditangani secara sistematis oleh aparat penegak hukum, khususnya pihak kepolisian. “Bukan hanya pas ada kejadian penyerangan seperti ini baru diusut,” ujar Ifdhal, kemarin. Sebab, kata dia, kelompok-kelompok yang kerap melakukan aksi premanisme, terus berkembang. Mereka umumnya berkedok organisasi kepemudaan hingga organisasi keagamaan. Tidak sedikit pula masyarakat yang memberikan dukungan terhadap kelompok-kelompok tersebut. “Pihak kepolisian harus lebih jelas dalam menyikapi kelompok-kelompok yang berkembang tersebut. Apalagi ada beberapa yang mendapat dukungan dari masyarakat,” jelasnya. Ifdhal menuturkan, kelompok-kelompok tersebut pada umumnya memiliki kantor hukum. Karena itu, sebagai tindakan preventif, pihak kepolisian harus mempekuart reserse di Polri untuk intelijen. Polisi harus mampu memonitor segala sesuatu yang berkaitan dengan kelompok-kelompok tersebut. “Mulai dari para anggotanya, fokus kegiatannya apa saja,” katanya. Polisi, lanjutnya, juga harus mulai menghindari menggunakan jasa kelompok-kelompok tersebut dalam beberapa kasus tertentu. Dengan jasa tersebut, sejumlah kelompok tersebut merasa mendapat perlindungan polisi. Selain itu, Komnas HAM juga meminta pihak kepolisian untuk menelusuri pihak-pihak yang menjadi otak aksi premanisme tersebut. “Polisi harus cari tahu, siapa yang order kelompok tersebut. Mereka juga ditindak tegas. Sehingga ke depannya kalau mereka mau menggunakan jasa kelompok tertentu untuk menghabisi orang lain, mereka akan berpikir dua kali,” imbuh dia. ** Tiga Tersangka Polres Jakarta Pusat telah menetapkan tiga tersangka kasus penyerangan di rumah duka Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Penetapan status dilakukan setelah penyidik memeriksa enam tersangka sejak pukul 06.00 hingga kemarin petang. Tiga saksi hingga tadi malam masih menjalani pemeriksaan dan tes DNA. “Pada awal pemeriksaan mereka tidak mengaku. Namun, setelah kami sodori bukti bercak darah di baju mereka, akhirnya mereka mengaku,” ujar Kapolres Jakarta Pusat Komisaris Besar Angesta Romano Yoyol di kantornya kemarin (23/2). Berdasarkan pengakuan para tersangka, penyerangan dilakukan sekitar pukul 04.00 oleh sekitar 40 orang. Mereka datang dengan menggunakan mobil pribadi, taksi, dan sepeda motor. Sasarannya adalah enam orang pelayat mendiang Bob Stanley yang tengah disemayamkan di rumah duka RSPAD Gatot Subroto. Kasubdit Bangunan dan Tanah, Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Herry Heryawan menambahkan, pihaknya juga telah menangkap ET, orang yang diduga memimpin penyerangan, di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. “Dari ET kami harapkan bisa mendapatkan nama-nama lain yang terlibat dalam penyerangan tersebut,” tuturnya. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, sejumlah saksi menyebutkan melihat seorang perempuan berbadan kurus dan berambut pirang di antara puluhan penyerang. “Nanti akan kami buktikan apakah benar ikut dalam kelompok penyerangan itu atau tidak,” kata Rikwanto. Meski telah mendapatkan tiga tersangka, polisi hingga kini belum mengetahui secara pasti motif penyerangan. Polisi masih mendalami informasi yang menyebutkan kedua kelompok tengah memperebutkan wilayah peredaran narkoba dan penagihan utang. Sementara itu, jenazah Ricky Tutu Boy dan Stendly Wenno sekitar pukul 15.00 telah selesai diotopsi di RS Cipto Mangunkusumo. “Dari hasil otopsi diketahui Stendly Wenno dan Ricky Tutu Boy dipenuhi luka akibat tebasan senjata tajam,” kata Kepala Departeman Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolega FK UI RSCM, Yuli Budiningsih. Ricky menderita luka yang paling parah, karena tubuhnya penuh tusukan senjata tajam dan luka gorokan di bagian leher. Kerongkongannya putus, sepertinya digorok. Ada juga luka lecet di lengan, tungkai dahi dan kepala. Sedangkan di tubuh korban Stendly Wenno ditemukan luka hantaman benda tajam di bagian dahi yang tembus ke otak. Ada luka di lengan, bawah perut, jari tangan kiri, juga ada luka lecet di bagian tubuh lain. Sementara itu, suasana kamar jenazah RSCM ramai oleh keluarga korban. Sumiati (37), istri korban merasa bahwa suaminya itu tidak punya musuh maupun berurusan dengan pihak polisi. Istri dari Stanley ini mengaku bahwa suaminya itu pergi melayat Bob Stanley di area rumah duka RSPAD. Sebelum pergi, korban sempat memberikan uang sebesar Rp20 ribu ke anaknya. “Bapak kasih uang sekarang, siapa tahu besok bapak tidak datang,” tuturnya menirukan ucapan suaminya. Dia mengaku baru mengetahui kematian suaminya subuh tadi dari teman korban. “Tadinya dikasih tahunya suami saya tewas dalam kecelakaan bermotor dan sudah dibawa ke RSCM,” katanya. Dia mengaku masih tak percaya, pria yang dinikahinya 14 tahun silam tersebut meninggal dengan cara yang mengenaskan. “Tiap hari dia sebenarnya pulang ke rumah, kemarin doang izin minta nggak pulang,” imbuhnya. Dengan adanya kejadian ini, dia berharap polisi untuk segera menangkap para pelaku yang telah menewaskan suaminya itu, juga dia membantah kematian suaminya ini ada hubungannya dengan penangkapan John Kei. Sementara itu korban luka masih dalam perawatan di RSCM yaitu Yopi Jonatan B, mengalami luka di kepala, pergelangan tangan, pinggang, Oktavianus Mag Milion, mengalami luka tusuk di pinggang kanan, Yopi Jonatan B, mengalami luka di kepala, pergelangan tangan, pinggang, Errol Karl, mengalami luka di bahu kiri dan kepala, sedangkan Jefry H, mengalami luka di pinggang kiri. (wan/ken/dew)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: