1 Kamar Diisi 26 Orang, Air Bisa Picu Rusuh
DALAM satu kamar berukuran sekitar 3x4 meter yang harusnya diisi 8 orang kini harus ditempati oleh 26 orang. Berbagi tempat tidur, berbagi kamar mandi, berbagi tempat duduk dan setumpuk “berbagi” lainnya terpaksa harus dilakukan oleh para napi dan tahanan di Rutan Klas 1 Cirebon (Rutan Benteng). Kenyataan pahit tersebut harus diterima oleh para napi dan tahanan. Saat ini, Rutan Cirebon yang kapasitasnya hanya menampung 116 orang, dipaksa untuk menampung 446 tahanan. Menurut Kasi Pelayanan Tahanan Rutan Cirebon, Ratri Handoyo ES AMd SSos MH, meskipun tahu kondisi rutan sudah overload dan melebihi kapasitas, pihaknya tidak bisa berbuat banyak menghadapi hal tersebut. “Kita tidak tutup mata, angkanya demikian. Tapi mau bagaimana lagi? Makanya untuk menyiasatinya, di sini untuk yang sudah vonis akan dikirimkan ke lapas, terutama yang vonisnya tinggi,” ujarnya, kemarin. Salah satu permasalahan yang timbul akibat dampak overload memang dirasakan adalah permasalahan sosial. Di mana potensi gesekan antara napi atau tahanan bisa terjadi kapan saja. Ditambah masalah-masalah lainnya yang bersumber dari luar. “Di sini masalah yang timbul adalah karena banyaknya pemakaian. Kadang air pasokan PDAM untuk Rutan Cirebon sering ngicir, bahkan tidak ngalir airnya. Itu juga kemudian jadi masalah,” katanya kepada Radar. Dari jumlah napi dan tahanan sebanyak itu, saat ini Rutan Cirebon hanya dijaga oleh empat regu pengamanan yang setiap regunya diisi oleh delapan orang. Dijelaskan Ratri, ada kiat-kiat yang kita lakukan untuk menjaga atmosfer di rutan tetap Kondusif. Mulai pembinaan kerohanian, bimbingan mental, serta memperlakukan napi dan tahanan seperti sahabat dan teman. “Kita beri pemahaman, bahwa di sini mereka untuk memperbaiki diri. Setelah keluar nanti mereka sudah siap jadi lebih baik. Istilahnya masuk bengkel dulu. Yang paling ampuh senjata kita doa, agar situasi terus kondusif dan tidak ada gesekan,” imbuhnya. Sementara di Lapasustik Cirebon (Gintung), untuk mengendalikan para napi supaya tidak mudah emosi, petugas lapas memiliki program Teraphy Community (TC) setiap pagi. Setiap napi boleh mengungkapkan kekesalan dan kemarahan mereka. Selain itu juga, dalam satu hari sudah disediakan jadwal kegiatan bagi para napi, baik kegiatan keagamaan, keterampilan dan juga pendidikan. “Pendidikan itu meliputi paket B maupun C melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM). Dengan harapan, mereka kelak menjadi lebih baik,” jelas Kepala Sub Bagian Tata Usaha Lapasustik Cirebon, Elpri Y Usman. Sementara di Lapas Kuningan, ada dua program positif untuk para napi. Dua program itu adalah kemandirian dan kepribadian. Agar mandiri, petugas membuat program lapas produktif menuju lapas industri. Program tersebut bekerja sama dengan pihak ketiga. Di antaranya membuat jaring ikan, pengembangan jage gajah, tenun, perikanan, ternak sapi, menjahit baju pengantin dan lain-lain. Guna membentuk kepribadian penghuni lapas, diadakan pengajian rutin, yasinan setiap jumat pagi, ceramah agama, tahlil, doa bersama lalu bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar pesantren bisa masuk lapas. Rentet giat keagamaan tersebut, telah menjadikan penghuni lapas dengan aparat berbaur selaiknya sebuah keluarga. “Di samping, adapula kegiatan keolahragaan. Seperti bola voli, tenis meja dan lain-lain. Olahraga juga kerap dipertandingkan antar blok. Kegiatan ini untuk menimbulkan jiwa sportivitas, dan eratnya kekeluargaan antar narapidana,” kata Kepala Lapas Klas II A Kuningan, Gumelar BCIp MSi. (dri/jml/tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: