Proyek Bantuan Provinsi, Dibangun untuk Mangkrak

Proyek Bantuan Provinsi, Dibangun untuk Mangkrak

KEJAKSAN - Proyek bantuan pemerintah provinsi belakangan ini dibangun di beberapa titik di wilayah Kota Cirebon. Nilainya variatif, ada yang ratusan juta sampai miliaran. Yang disesalkan, proyek-proyek itu seperti dibangun untuk mangkrak. Penyebabnya macam-macam. Ada yang tidak tepat sasaran, ada yang karena faktor administratif yakni, proyek tersebut tidak kunjung diserahkan. Bahkan ada yang ditinggal sebelum selesai pekerjaan. Celakanya, ada beberapa proyek yang sudah dibangun justru menjadi tidak bermanfaat. Contohnya Lapangan Krucuk yang sebelum menjadi Taman Krucuk kerap dimanfaatkan anak-anak di lingkungan sekitarnya, untuk bermain sepak bola. Setelah dibangun, Taman Krucuk justru tak jelas arahnya. Hal serupa juga terjadi di Lapangan Kesambi Dalam. Lapangan rumput yang kerap digunakan untuk kampanye pemilihan legislatif, pemilihan walikota, maupun sarana olahraga masyarakat sekitar, kini dibangun jogging track. Tapi, jogging track itu justru tak terawat. Paving block yang menutup lapangan rumpu, justru terlihat tak terurus. Kabarnya, proyek ini ditinggal kontraktornya. Senasib dengan Lapangan Kesambi Dalem, Lapangan Kesenden juga dibangun jogging track. Bahkan, usai pembangunan proyek senilai Rp500 juta itu sempat membuat lapangan kebanjiran. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) Kota Cirebon, Ir H Yoyon Indrayana MT mengatakan, salah satu kendala pemanfaatan proyek dari pemerintah provinsi adalah serah terima yang belum dilakukan. Sampai sekarang, ada dua proyek belum diserahkan hingga saat ini. Yaitu pekerjaan Lapangan Kesambi Dalam dan Taman Krucuk. “Lapangan Kesambi Dalam sudah lama ditinggalkan. Bahkan kita sudah bangun lagi dengan lebih baik,” ucap Yoyon, kepada Radar, Jumat (1/4). Sedangkan Taman Krucuk sejak diselesaikan kontraktor, selanjutnya terus disempurnakan menggunakan anggaran APBD Kota Cirebon secara bertahap. Namun, baik Lapangan Kesambi Dalam maupun Taman Krucuk, secara administrasi belum ada penyerahan hitam diatas putih. “Waktu dikerjakan saya belum jadi kepala DPUPESDM, jadi perjalanannya bagaimana saya kurang paham persis,” tuturnya. Sedangkan dari sisi anggaran, Taman Krucuk menghabiskan dana sekitar Rp2 miliar. Untuk Lapangan Kesambi Dalam anggarannya sekitar Rp200 juta. Lapangan Kesambi Dalam dan Lapangan Kesenden pengelolaannya dilakukan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporbudpar. Untuk Taman Krucuk dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). “Proyek perbaikan dan sejenisnya dari usulan mereka,” jelasnya. Di tempat terpisah, Kepala Disporbudpar, Drs Dana Kartiman menerangkan, proyek Lapangan Kesenden yang dikerjakan tahun 2015 lalu. Anggarannya sekitar Rp500 juta. Jumlah tersebut, dibagi menjadi lima titik. Untuk proyek perbaikan Lapangan Kesambi Dalam pada tahun 2015, Dana tidak mengetahui persis besaran jumlah anggaran untuk perbaikan dua lapangan tersebut. “Pak Odik (Kepala Bidang Olahraga Disporbudpar) yang mengetahui persis. Pak Odik sedang sakit,” ucapnya. Soal pemanfaatan lapangan, tokoh masyarakat Kesenden, Mulyono meminta pemerintah mendengar aspirasi masyarakat. Sehingga apa yang dibangun dan menghabiskan uang ratusan juta bahkan miliaran rupiah, hasilnya dirasakan masyarakat. “Lapangan Kesenden tidak ada perubahan signifikan bagi masyarakat. Kalau hujan lapangan banjir karena aliran air tidak mengalir,” tuturnya. Tidak hanya itu, Lapangan Kesenden yang semula selalu menjadi aktivitas olahraga sepakbola, menjadi tidak terpakai secara optimal. Pekerjaan yang dilakukan juga nyeleneh. Awalnya jogging track dibangun di depan gawang, lalu setelah ditegur barulah kontraktor memidahkan ke belakang gawang. “Terus terang saja jogging track itu tidak ada gunanya, tidak bermanfaat,” sesalnya. Tokoh masyarakat di sekitar Taman Krucuk, Budi Saur juga menyampaikan keluhan atas pembangunan taman yang tidak bermanfaat. Sebelum ada pembangunan, Lapangan Krucuk menjadi favorit warga untuk bermain sepakbola. Termasuk menghabiskan waktu sore dengan berkumpul bersama, sekadar nongkrong menikmati rindangnya pepohonan. Namun, dengan pembangunan Taman Krucuk, lapangan sepakbola hilang. Anggaran miliran rupiah itu, sama sekali tak bisa dimanfaatkan warga. Sebaliknya, malah menambah masalah sosial di lokasi itu, karena kerap digunakan untuk kegiatan maksiat seperti pesta narkoba dan kumpul geng motor. “Warga kalau keliling banyak nemu kondom bekas,” katanya, berapi-api. Tokoh masyarakat Kesambi Dalam, Sukamto juga menyampaikan keluhan atas pembangunan Lapangan Kesambi Dalam. Sekitar tahun 2011 ada bantuan dari provinsi membangun jogging track dan lapangan. Tetapi, pekerjaan belum selesai sepenuhnya, kontraktor sudah pergi. “Tidak ada papan pengumuman proyek saat itu. Lapangan warga bukannya lebih baik jadi tambah rusak,” ucap Sukamto. Selain jogging track yang tidak jelas bentuknya, lapangan hanya diratakan tanpa diberi tanah urugan. Saat hujan lapangan tergenang air dan banjir. Dalam perjalanannya, sekitar akhir tahun 2015, disporbudpar membangun lapangan voli di areal tersebut. Selain itu, Lapangan Kesambi Dalam dipasang paving block. Seingat Sukamto, anggaran yang terpasang dalam papan pengumuman pekerjaan proyek itu sekitar Rp218 juta. “Kalau lapangan paling dipakai anak-anak SD buat olahraga,” ucapnya. Lurah Drajat Kecamatan Kesambi, Titi Sulastri SH tak bisa memberi banyak penjelasan. Sebab, saat menjabat Lurah Drajat pada November 2015, pembangunan Lapangan Kesambi Dalam sudah dalam proses pekerjaan fisik. “Saat saya kesini, pembangunan sudah jalan. Informasinya pekerjaan disporbudpar,” tukasnya. Melihat persoalan ini, Anggota Komisi C DPRD Kota Cirebon, Jafarudin meminta ada koordinasi yang baik antara pemerintah provinsi, pemerintah kota dan perangkatnya. Sehingga, apa yang dibangun merupakan hal yang dibutuhkan masyarakat. “Bisa jadi pemkot sudah memiliki rencana sendiri diatas lahan yang ada. Atau, masyarakat punya keinginan sendiri. Jadi jangan asal bangun,” tegasnya. Lantaran sudah terlanjur uang terhambur, Jafarudin meminta pemkot membuat perencanaan revitalisasi. Tapi, perencanaan itu harus melibatkan masyarakat. Paling tidak, warga didengar aspirasinya. (YSF)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: