Sekda: Promosi Pariwisata Cirebon Masih Kurang

Sekda: Promosi Pariwisata Cirebon Masih Kurang

KESAMBI – Kota Cirebon ditasbihkan menjadi kota pariwisata nasional. Namun, promosi untuk memperkenalkan aneka ragam wisata yang ada masih minim. Padahal, potensi pariwisata Kota Cirebon sangat lengkap. Pemanfaatan perangkat teknologi informasi perlu dilakukan agar promosi lebih efektif. Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kota Cirebon, Drs Asep Dedi MSi mengatakan, dibandingkan daerah lain, pemanfaatan teknologi informasi untuk promosi wisata masih minim. Dia menilai kekurangan tersebut karena beberapa hal. Diantaranya, jumlah pegawai yang harus bertambah dan dukungan anggaran yang belum optimal. “Kita kurang promosi. Saya sering memantau. Daerah lain promosi besar-besaran, ini penting untuk menarik minat wisatawan,” ujar Asep, kepada Radar, Selasa (10/5). Dengan anggaran yang ada, Asep meminta Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporbudpar) melakukan langkah prioritas dalam promosi wisata. Termasuk membuat desain Kota Cirebon dalam perangkat IT elektronik maupun internet. “Itu tidak membutuhkan biaya besar. Terpenting ada niat dan dilaksanakan sesuai kemampuan,” katanya. Untuk anggaran promosi pariwisata, masih belum dapat dikatakan ideal. Karena itu, dengan Kota Cirebon yang selalu ramai di setiap akhir pekan, Asep akan mengupayakan dalam tim anggaran agar ada penambahan dana untuk promosi wisata dan kelengkapan pendukungnya. Kepala Bidang Kepariwisataan Disporbudpar Kota Cirebon, Edi Tohidi SE MM mengatakan, data kunjungan wisata tahun 2014 mencapai 596.046. Jumlah tersebut mengalami peningkatan di tahun 2015 menjadi 686.121 wisatawan. Jumlah itu terdiri dari wisatawan asing dan domestik. Peningkatan ini membuktikan Kota Cirebon menjadi daya tarik bagi wisatawan. Mengingat, keraton di Kota Cirebon masih lengkap beserta situs sejarah lainnya. Hal ini menjadi salah satu daya tarik wisata. Namun, Kota Cirebon belum dapat dikatakan memiliki obyek wisata andalan. Sebab, selama ini hanya ada Pantai Kejawanan dan Cirebon Waterland yang keduanya dikelola swasta. Padahal, banyak potensi obyek wisata baru yang dapat digali. Jumlah wisatawan itu menginap di Kota Cirebon dan bisa jadi hanya berkunjung. Tetapi, setidaknya mereka menikmati kota ini dengan berbagai obyek wisata dan kelengkapan lainnya. Dengan destinasi wisata keraton, religi dan pantai, menjadi satu kesatuan utuh pariwisata Kota Cirebon. Namun, promosi pariwisata masih sangat minim. Hal ini disebabkan karena faktor anggaran yang terbatas. Anggaran menjadi kendala promosi karena jumlahnya sangat terbatas. Secara ideal, setiap kali promosi ke luar Pulau Jawa, minimal ada anggaran Rp100 juta. Dengan jumlah anggaran hanya Rp295 juta untuk sepanjang tahun 2015 lalu, dana yang ada sangat minim untuk sosialisasi dan promosi. Bahkan, anggaran promosi pariwisata tahun 2016 turun menjadi Rp285 juta pertahun. Secara keseluruhan, anggaran bidang Pariwisata Disporbudpar pada tahun 2015 hingga tahun 2016 jumlahnya mencapai Rp407 juta pertahun dan terbagi untuk beberapa kegiatan. “Itu sangat kurang untuk promosi pariwisata besar-besaran,” tandasnya. Langkah promosi yang dilakukan hingga ke luar Pulau Jawa hanya dengan mengikuti pameran dan memasang famflet. Pria berkacamata itu menjelaskan, langkah promosi tidak dilakukan di wilayah III Cirebon karena sudah dianggap mengetahui potensi pariwisata yang ada di Kota Cirebon. Promosi pariwisata merupakan bentuk menawarkan jasa. Sehingga langkah yang dilakukan bersifat pasif. Keterbatasan anggaran menjadi kendala. Karena itu, bila ditugaskan untuk melakukan promosi pariwisata, harus ada penambahan anggaran. “Langkah promosi sangat berkaitan dengan anggaran,” katanya. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: