Lewat Lukisan, Abeng Menggugat Kejamnya Kota Metropolitan

Lewat Lukisan, Abeng Menggugat Kejamnya Kota Metropolitan

Modernisasi, kemajuan teknologi, warisan tradisi, nilai-lama-nilai-baru, seni modern, demikian kira-kira kata-kata kunci  seputar lukisan-lukisan karya Iskandar Abeng. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Kejaksan KORELASI dengan unsur budaya pada karya lukisan Iskandar Abeng, mempertontonkan manusia modern yang tidak bisa lepas dari ketergantungan teknologi. Fenomena itu dia gambarkan melalui objek wayang. Penggambaran lewat wayang ini, tidak seperti wayang lain yang pada umumnya. Perwujudan wayang, disisipi unsur teknologi pada ruang atau tubuh wayang. Abeng sepertinya mempunyai kesadaran yang kuat terhadap persoalan modernitas, baik dalam ranah sosial, budaya, maupun teknologi. Dalam pameran ini, ia menjabarkan fenomena saat ini yang adalah suatu transisi yang tercabut dari wadah akar budayanya. Suatu generasi yang mulai tidak paham lagi asal usul dan menampilkan diri dengan cara yang baru, modis, dengan aksesoris masa kini. Melihat karya-karya Abeng dalam pameran \"Gugat\", sosok figur yang menjadi dalang namun wajah dan seluruh tubuhnya terbentuk dari mesin yang menyerupai robot yang sedang memegang wayang dan gunungan. Latar belakangnya pun unik. Gedung-gedung perkotaan dan suasana modern. Pada bagian bawah tampak sesuatu yang terkelupas, memberikan kesan meninggalkan hal yang usang atau menggugat dominasi budaya yang mengikis tradisi setempat. Elemen yang mengelupas sengaja dibuat nyata oleh Abeng untuk memberikan kesan lebih dramatik. \"Manusia sekarang ini saya gambarkan dua unsur, tubuh luar perumpamaan yang biasa yaitu natural. Tetapi batiniah atau roh tidak lagi mempertahankan kearifan lokal,\" tegas Abeng, di sela pameran yang dihelat di Lantai II Gramedia Jl Dr Cipto Mangunkusumo. Artinya, dengan segala kesadarannya, ia melakukan \"Gugatan\" terhadap peradapan yang semakin runtuhnya kearifan dalam tatanan hidup. Hampir seluruh karya Abeng bercerita melalui ikon-ikon, citraan-citraan dan bahasa simbol. Runtutan penggambaran itu  kemudian menjadi cerita atau narasi yang simbolik. Karya Abeng dalam pameran ini cenderung minimalis, tapi kaya simbol. Ada benda-benda sepele yang kadang menjadi pemecah perhatian, tapi juga mengajak penikmatnya semakin masuk dalam ranah imajenasi. Benda-benda sederhana seperti selang, kran air, closet dan lain-lain dipadu dengan latar belakang yang kosong dan datar. Abeng dengan bahasa ungkapnya yang realistik mencoba bermain-main dengan simbol tradisi dan modern. Simbol tradisi ditandai tokoh wayang, Semar dan modern yang di wakili oleh teknologi dengan memakai bentuk atau elemen mesin (estetika mesin). Seperti yang disampaikan Kurator Seni, Daniel Adenis. Daniel melihat apa yang dibuat Abeng menjadi pembeda di tengah dominasi karya-karya seni seni rupa lainnya. \"Kegelisahan dia dalam menentang atau mempertanyakan semakin kaburnya identitas budaya, tergambar jelas dalam lukisan yang dibuatnya,\" tutur Daniel. Melihat karya-karya Iskandar Abeng yang dipamerkan, diharapkan memicu perupa lainnya terus berpartisipasi dan tidak berhenti berkreasi. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: