Gedung KNPI Jadi Mal, Pengurusnya Malah Tidak Tahu

Gedung KNPI Jadi Mal, Pengurusnya Malah Tidak Tahu

KUNINGAN – Gedung KNPI yang akrab disebut gelanggang pemuda, kini berubah jadi mal.  Entah hasil dari kebijakan siapa, aula berukuran cukup luas tersebut saat ini sudah berjejer dan bertumpuk pakaian jualan. Di depan gedung itu pun terpampang tulisan cukup besar sebuah nama mal terkenal. Anehnya, nyaris sebagian besar pengurus organisasi naungan 55 ormas dan OKP di Kuningan itu tidak mengetahuinya. Termasuk Wakil Bendahara DPD KNPI Kuningan Adang Romadona. Selaku pengurus dirinya mengaku tidak tahu menahu masalah itu. “Penyewaan gedung ke pihak Matahari tidak transparan dan tidak melalui rapat pengurus. Ironis memang, di tengah semangatnya pemuda membangun untuk Kuningan dan berkontribusi dalam mewujudkan pemuda harapan bangsa, justru malah seperti ini,” ujar Adang, Selasa (24/5). Pada kegiatan-kegiatan KNPI sebelumnya, dia menilai jajaran pengurus kompak. Namun, ketika ada penyewaan gedung ke salah satu mal, yang tahu hanya segelintir orang saja. Adang sangat mempertanyakannya. “Ada apa dengan KNPI? Apakah sekarang hanya mementingkan kelompoknya saja atau punya kepentingan lain? Saya kira ini ironis dengan semangat kebersamaan yang selama ini dibangun,” ketus pemuda berambut kurang banyak itu. Sebagai wakil bendahara, Adang sama sekali tidak mengetahui. Begitu pula ketika dulu gedung KNPI disewakan ke Kemenag Kuningan. Kabar yang diperolehnya, Kemenag membayar Rp120 juta, tapi dia tidak bisa memastikan.  “Saya kira ini akan jadi masalah sangat besar ke depan. Terlebih, kemarin (Minggu, red) ada surat dari DPRD yang mempertanyakan hal itu. Perwakilan dari KNPI justru orang yang tidak tahu menahu. Ironisnya pengurus yang tahu malah diam-diam saja. Kalau begini, KNPI bisa hancur,” tandasnya. Adang menegaskan, KNPI bukan milik perorangan atau kelompok tertentu saja. Sebaliknya KNPI merupakan wadah organisasi yang bersifat kolektif kolegial. Asas transfaransi harus dijunjung tinggi dan dalam setiap pengambilan keputusan mesti berdasarkan rapat pengurus. “Ini mah ketika ada kegiatan, yang aktif menyukseskan orang-orang itu saja. Sebaliknya saat ada uang dari penyewaan, orang yang selama ini aktif menghidupi KNPI malah enggak tahu menahu,” celetuk dia. Pria bertubuh subur ini menjelaskan, gedung KNPI merupakan tempatnya ormas dan OKP beraktivitas. Sekarang justru seolah-olah gedung tersebut jadi mal sementara. Ia mempertanyakan, dimana nanti para pemuda dan pemudi Kuningan melakukan kegiatan jika gedung itu sudah dikomersilkan. “Perlu dicamkan bahwa KNPI itu organisasi kepemudaan, bukan perusahaan. KNPI wajib mempertanggungjawabkannya ke seluruh masyarakat Kuningan sehingga tidak dianggap pragmatis,” serunya dengan nada tinggi. Untuk pemanggilan pansus II DPRD, Adang juga sempat mendengarnya. Hanya saja ia menyayangkan justru yang menghadiri bukan orang yang tahu persoalan. Untuk itu dia meminta agar pansus II menjalankan fungsinya dengan baik. Katakan benar kalau benar, dan katakana salah jika memang salah. “Tidak ada main mata, apalagi sampai pada istilah deal-dealan yang tanda kutip seperti delapan enam,” pintanya. Sementara itu, Ketua DPD KNPI Kuningan Cecep Hendi kala dikonfirmasi sedang berada di Jakarta. Dia menyanggupi untuk memberikan penjelasan pada Kamis lusa. “Saya sedang di Jakarta. Nanti hari Kamis saya di Kuningannya,” jawab Cecep singkat. (ded)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: