Terdesak, Pedagang Plered Bangun Pasar Darurat Sendiri

Terdesak, Pedagang Plered Bangun Pasar Darurat Sendiri

WERU - Pemerintah Kabupaten Cirebon belum bisa mencairkan anggaran untuk pembangunan pasar darurat Pasalaran, Weru. Hal ini memaksa pedagang harus mengeluarkan biaya sendiri untuk pembangunan pasar darurat yang sudah disiapkan di eks Terminal Weru. \"Pasar darurat masih belum pasti, katanya sih kalau mau dibangun oleh pemkab harus nunggu anggaran dulu turun. Jadi, pembangunan pasar darurat dibiayai pedagang sendiri, kalau memang pedagang mau segera pindah. Ini yang membuat banyak pedagang tidak setuju,\" jelas Hasan, salah seorang pedagang, Kamis (2/6). Namun demikian, pedagang tidak punya pilihan lain. Apalagi posisi pedagang sudah terdesak oleh waktu karena sebentar lagi bakal menyambut bulan Ramadan. Padahal, tingkat konsumsi kebutuhan masyarakat bakal lebih meningkat daripada hari biasanya. Selain juga, apabila masih berdagang di tempat sementara berada di pinggir pasar, lokasinya sempit dan mengganggu arus lalu lintas. \"Ya, kami terpaksa berjualan di pinggir jalan, karena untuk menyambung hidup. Memang kalau di pasar darurat lebih nyaman,\" ucapnya. Dia menaksir, untuk membangun kios sementara di pasar darurat, membutuhkan Rp2 juta lebih. \"Sebagian ada yang setuju untuk bangun sendiri pasar darurat, tapi sebagian lagi setuju karena terpaksa, mau tidak mau soalnya di sini (di bahu jalan, red) sudah tidak nyaman,\" sebutnya. Dia mengaku, berjualan di pasar sementara itu omsetnya menurun drastis. Omset setiap hari hanya mendapatkan sekitar 20 persen dari omset berjualan saat normal. Ia berharap agar pemerintah bisa sesegara mungkin untuk mendirikan pasar permanen. Sementara itu, Neti, pedagang daging ayam, juga menyebutkan sebagian besar pedagang masih belum ada yang menandatangi kesepakatan untuk pindah ke pasar darurat. Namun, secara pribadi, dirinya mengikuti saja kebijakan dari pemerintah. Menurutnya, para pedagang tidak setuju karena pasar darurat yang bakal ditempati di eks Terminal Weru, berada dekat dengan tumpukan sampah. Terpisah, Ketua Ikatan Pedagang Pasar Pasalaran Weru (IPPPW), H Wartama mengatakan, semua pedagang sudah sepakat untuk pindah dan menempati pasar darurat. Maka dari itu, pihaknya melakukan pengukuran kios dan los untuk pedagang. \"Saya usahakan secepatnya, proses pengkavlingan satu sampai tiga hari bisa selesai,\" sebutnya. Semua pedagang, kata dia, sudah ter-cover di pasar darurat dengan total kios 329, los 648, lemprakan 229. \"Sebelum ditempati, nanti kami akan istigosah dulu, baru kemudian kita tempati,\" ucapnya. Dia juga mengatakan, pihaknya mengambil keputusan untuk membangun pasar darurat secara mandiri. Pasalnya, pembangunan pasar darurat berpacu dengan waktu. Apabila harus menunggu proses pencairan anggaran dari pemerintah, baru bisa membangun pasar darurat 4-5 bulan. \"Saya mengambil sikap karena ini berbenturan juga dengan Hak Guna Pakai pasar, hingga tahun 2019. Kalau kita nunggu proses pembangunan pasar darurat sampai pasar permanen, makan waktu bisa jadi tahun 2019 baru selesai. Maka dari itu, kita bangun dulu pasar darurat dengan biaya mandiri, dan berharap pemerintah bisa segera membangun pasar permanen,\" sebutnya. Menurut informasi, anggaran sebesar Rp40 miliar sudah disiapkan untuk pembangunan pasar permanen Pasalaran yang baru. Anggaran ini disebut berasal dari APBD Provinsi Jawa Barat. (jml)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: