EURO 2016, Prancis vs Rumania, Berjodoh dengan Tricolorii

EURO 2016, Prancis vs Rumania, Berjodoh dengan Tricolorii

METZ – Saat drawing Euro 2016 Desember lalu, menempatkan Prancis di Grup A yang relatif bersahabat Tactician Prancis, Didier Deschamps bersorak senang. Bergabung dengan Rumania, Albania, dan Swiss di Grup A, sebagai tuan rumah jelas Prancis dijagokan lolos mudah. Bukan hanya faktor tuan rumah. Adanya pilihan pemain melimpah, dan minim konflik internal membuat mantan arsitek Monaco, Juventus, dan Marseille itu optimis timnya bisa juara Eropa buat ketiga kalinya. Akan tetapi, enam bulan kemudian, menjelang laga perdana Les Blues, julukan Prancis, semuanya tak semulus bayangan Didi, sapaan Didier Deschamps. Pemain kunci seperti Raphael Varane (Real Madrid) juga Jeremy Mathieu (Barcelona) cedera lalu absen ketika Euro digelar di depan publik sendiri. Kemudian masalah skandal pemerasan antarpemain Prancis, Karim Benzema dan Mathieu Velbuena kian meruncing bahkan masuk diproses jalur hukum. Hal itu yang membuat Didi memilih \'memutus\' karir kedua pemain tersebut buat Euro kali ini. Padahal torehan gol Benzema bersama Real musim ini sedang moncer. Yakni 28 gol dalam 36 penampilan. Sementara Velbuena berkontribusi empat gol dan delapan assist dalam 37 laga bersama Lyon musim ini. Kepada L\'Equipe kemarin (8/6), Didi berkata seandainya bukan hanya enam bulan terakhir dia memikirkan Prancis agar mulus laga perdana di Grup A. Namun sudah dua tahun belakangan. “Ekpektasi masyarakat Prancis kepada kami sungguh luar biasa. Dengan berbagai kendala, internal atau ekternal, malah kami mendapatkan dukungan yang sedemikian besar,” ucap pria 47 tahun itu. Karena Prancis tak melakoni babak kualifikasi untuk Euro, maka Hugo Lloris dkk banyak menggelar uji coba. Sejak tahun 2016 ini, Prancis selalu menang pada empat kali uji cobanya. Empat korban terakhir Prancis adalah Belanda (26/3), Rusia (30/3), Kamerun (31/5), dan Skotlandia (5/6) lalu. “Ketika bertemu Rumania pastinya ada antusiasme disana. Baik oleh suporter maupun dari pemain,” ucap Didi. “Dukungan yang demikian besar menjadi daya magnet buat pemain menaikkan semangatnya,” tambah pria kelahiran Bayonne tersebut. Didi berusaha tenang meski sebenarnya dag-dig-dug bersua Rumania. Seperti berjodoh, sudah 15 kali pertemuan terjadi antara kedua negara. Bahkan pada Euro 1996 dan 2008, Prancis memulai laga perdana lawan Rumania. Dalam 15 kali perjumpaan, Prancis menang tujuh kali. Sedang Rumania hanya menang tiga kali. Lalu lima sisanya berakhir dengan imbang. Didi yang terus mengutak-atik komposisi lini belakang timnya masih merahasiakan bagaimana starting XI yang akan dipakainya Sabtu dini hari (11/6) mendatang lawan Rumaia di Stade de France Paris. Buat Didi haram seandainya Prancis kalah di laga pembuka. Kepada Sky Sport, Didi pun membuka fakta kalau Paul Pogba akan menjadi sorotan utama di laga lawan Rumania nanti. Pemain Juventus itu memang digadang-gadang makin ciamik setelah pada Piala Dunia 2014 lalu, Pogba dianugerahi gelar pemain muda terbaik. “Saya bahagia melihat perkembangan Pogba sejauh ini. Namun rasanya terlalu berlebihan menumpukan sukses atau tidaknya Prancis di pundak Pogba,” ucap pria yang mengawali karir bersama Bayonne tersebut. Di kancah Serie A musim ini, Pogba mengantar Juventus meraih scudetto untuk yang kelima kalinya secara beruntun. Pogba membuat delapan gol plus 13 assist buat Si Nyonya Tua, julukan Juventus. Nah, tekanan kepada Didi menjelang laga perdana ini pun kian membesar. Legenda Manchester United yang juga eks pemain Prancis, Eric Cantona bulan lalu menyerang Didi seandainya tercoretnya Benzema, Hatem Ben Arfa, dan Samir Nasri karena Didi sosok rasis. Dalam wawancara dengan Daily Mail kemarin, bek Prancis dan Manchester City Bacary Sagna mengatakan tuduhan Cantona kepada Didi tersebut salah besar. “Nama-nama yang ditunjuk oleh Didi adalah pilihan terbaik darinya. Tak peduli apakah dia berasal dari Prancis, Afrika Utara, atau Tiongkok sekalipun,” kata Sagna membela bosnya itu. Mantan pemain Arsenal itu malah balik menuding seandainya Cantona pencari sensasi. Dengan komentar bodoh soal Didi yang bertindak rasis kepada pemain-pemain Prancis, Cantona terlihat seperti badut yang kehilangan panggung di dunia sirkus. Pemain 33 tahun itu mencontohkan ketika menuju Piala Dunia 1998 lalu, kontroversi seputar sikap arsitek Prancis Aime Jacquet yang menepikan pemain seperti David Ginola dan Eric Cantona juga menyembur ke permukaan. Baik Ginola dan Cantona, sudah tak menjadi skuad Prancis ketika Prancis tampil di Euro 1996 di Inggris. Sagna kemudian menunjukan berapa banyak pemain Prancis yang bukanlah kulit putih seperti Cantona di skuad Prancis kali ini. Dari 23 pemain Prancis, separuhnya adalah skuad yang multiras. Sementara itu, arsitek Rumania Anghel Iordanescu tahu kalau timnya pasti diprediksi akan dilibas oleh tuan rumah pada laga perdananya. Iordanescu kepada Marca mengatakan merasa ganjil dengan prediksi timnya akan kalah besar. “Prancis jelas lebih superior ketimbang kami. Prancis punya banyak pemain bintang di kancah Liga Champions atau Europa League,” kata pria berusia 66 tahun tersebut. “Namun kami juga juga memiliki pemain yang tersebar di seluruh bagian Eropa dan tak akan kalah mudah,” tambah Iordanescu. Disinggung mengenai absennya Benzema di lini depan Prancis apakah akan mereduksi kekuatan juara dunia sekali dan juara Euro dua kali tersebut, Iordanescu kurang setuju. Sebab talenta Prancis sedemikian banyaknya. Rumania sendiri patut diwaspadai dengan sepak bola bertahan yang dikembangkan Iordanescu. Selama babak kualifikasi Euro, dalam sepuluh laga, Tricolorii, julukan Rumania, hanya kebobolan dua gol. Dan dua gol yang bersarang ke gawang Rumania ini menjadikan Rumania sebagai tim dengan catatan kebobolan paling minim selama kualifikasi. (dra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: