Kota Mungil yang Menyenangkan, Menengok Base Camp Timnas Inggris yang Indah
Laporan M. Ilham, Baskoro Yudho, M. Ali dari Chantilly CHANTILLY - Meski tak pernah lagi menggenggam trofi major tournament sejak Piala Dunia 1966, Timnas Inggris selalu saja jadi sorotan dan favorit. Begitupula pada Euro 2016. Apa kiat mereka dan persiapan kali ini? Bahkan, keledai saja tidak jatuh ke lubang yang sama dua kali. Sepertinya, Three Lions –julukan Inggris– berusaha agar tak lagi jadi keledai seperti Piala Dunia 2014. Kala itu mereka memilih penginapan di Sao Conrado yang ramai dan lokasi latihan di pusat militer Brasil di Urca, Rio de Janeiro, dekat Sugar Loaf Mountain. Memang, lokasinya tenang. Tanpa gangguan fans sama sekali. Sebab, pengamanannya ekstra ketat. Tapi, jaraknya begitu jauh dari penginapan dan harus menempuh perjalanan nyaris satu jam. Parahnya, penginapannya berada di tepi pantai yang sangat ramai dan bising. Sempat ada insiden di mana foto seorang perempuan tak dikenal dalam keadaan bugil di hotel para pemain Inggris. Wajar itu terjadi. Selain karena berada di salah satu pusat keramaian Rio de Janeiro, hotel itu juga tidak benar-benar tertutup. Pengunjung biasa masih bisa menginap di hotel itu. Dampaknya, Inggris keok memalukan dengan tersingkir di fase grup. Kini, manajer Roy Hodgson dan federasi sepak bola Inggris (FA) ogah mengulangi kekonyolan itu. Mereka memilih penginapan yang tenang dan lokasi latihan yang tak jauh dari penginapan. Chantilly, kota kecil yang indah dan berjarak satu jam perjalanan dari Paris pun jadi pilihan. Suasana pedesaan yang tenang dan warganya sedikit. Sekitar 36 ribu jiwa. Bayangkan seperti ini, seluruh warga kota itu dikumpulkan dan dimasukkan ke Stadion Gelora 10 Nopember, Surabaya. Cukup. Skuad Inggris menginap di hotel mungil yang tenang, Auberge du Jeu de Paume. Lokasi latihannya cukup ditempuh dalam waktu sekitar lima menit perjalanan dengan bus dan dijamin tanpa macet, yakni di Stade des Bourgognes. Itu pusat fasilitas olahraga dari Chantilly. Dengan jarak tempuh dari Paris yang satu jam dan kota kecil yang warganya sedikit, membuat tidak banyak gangguan bagi para pemain Inggris saat beristirahat di hotel. Beberapa kali Jawa Pos (Radar Cirebon Group) melewati depan hotel, paling hanya ada fans remaja dalam jumlah hitungan jari. Lagipula, para pengujung atau turis di kota itu lebih tertarik mendatangi Chateau de Chantilly atau Kastil Chantilly yang sangat indah dan terletak selemparan batu dari hotel Timnas Inggris. Saat latihan terbuka di Stade des Bourgognes pun dihadiri hanya ratusan fans. Selasa (7/6) waktu setempat, Inggris melakukan latihan terbuka. Penonton didominasi anak-anak. Penonton memang dibatasi karena kapasitas stadion yang mungil. ”Kami senang dengan sambutan warga di sini yang ramah dan menyenangkan. Ini tempat yang menyenangkan untuk ditinggali,” kata Roy Hodgson, pelatih Timnas Inggris. Bus Timnas Inggris tiba ke lokasi latihan pada pukul 10.22 waktu setempat. Bersiap sebentar, lalu mereka masuk lapangan dengan disambut fans anak-anak di lapangan. Setelah beberapa menit sambutan dari FA dan Hodgson serta menyanyikan lagu kebangsaan God Save the Queen yang dipimpin rombongan anak-anak, baru latihan dimulai pada pukul 10.35. Sejak 15 menit sebelumnya, Gary Neville selaku asisten pelatih dan beberapa asisten lainnya sudah lebih dulu tiba untuk memeriksa kondisi lapangan. Wayne Rooney dkk berlatih selama sekitar satu jam. Variasi latihan kerja sama dan akurasi passing serta tembakan. Dari seluruh pemain Inggris, termasuk yang sebelumnya diragukan kebugarannya, seperti Jack Wilshere, Jordan Henderson, dan Daniel Sturridge, berlatih full. Hanya, bek Tottenham Hotspur Danny Rose yang berlatih terpisah di lapangan yang lebih kecil. Selama latihan, nama Dele Alli dan Jamie Vardy yang paling sering dielukan oleh fans di tribun. ”Kali ini tim lebih muda dan segar. Kita lihat saja apa yang bisa dilakukan mereka nantinya. Kami juga punya barisan gelandang yang prospektif,” kata Henry Winter, wartawan The Times, saat mengobrol dengan Jawa Pos di tepi lapangan. Winter bukan wartawan sembarangan. Dia oleh UK Press Gazette disebut sebagai salah satu dalam sepuluh penulis olahraga paling berpengaruh di Britania Raya. Buku terbarunya yang terbit berjudul 50 Years of Hurt; The Story of England Football & Why We Never Stop Believing. Selesai latihan, striker Liverpool Daniel Sturridge kebagian tugas menemui para jurnalis di tepi lapangan. Dia rileks dan sesekali guyon. Tak tampak ketegangan di wajahnya. ”Kami hanya melewati satu laga ke laga lain dan bersenang-senang,” katanya. Semoga bersenang-senang hingga final. (*/ca)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: