Olimpiade 2016 Jadi Obat Pelipur Lara Argentina

Olimpiade 2016 Jadi Obat Pelipur Lara Argentina

RIO DE JANEIRO - Timnas Argentina menjadi perbincangan dunia sepak bola dalam dua tahun terakhir. Namun, bukan terkait kesuksesan mereka, melainkan sebaliknya. Dari tiga partai final yang dikecap, yakni Piala Dunia 2014 serta Copa America 2015 dan Copa America Centenario, mereka selalu jadi runner-up. Melalui Olimpiade 2016, misi untuk menuntaskan rasa penasaran akan trofi kembali diusung. Apalagi, prestasi Argentina dalam lima edisi Olimpiade terakhir cukup mentereng dengan dua kali juara (2004 dan 2008) dan sekali runner-up (1996). Namun, mewujudkan target tersebut tidak mudah. Mereka harus bersaing dengan sederet tim tangguh. Seperti Meksiko yang jadi juara edisi sebelumnya dan tuan rumah Brasil yang selalu masuk dalam top three di akhir event. \"Kami memiliki tim yang tangguh,\" ujar presiden dari komite olimpiade Argentina (COA) Gerardo Werthein kepada La Nacion. Memang, banyak keraguan yang dialamatkan kepada tim sepak bola Argentina terkait komposisi pemainnya. Selain itu, krisis kepemimpinan di sepak bola, Argentina juga menjadi salah satu faktor. Itulah penyebab pensiunnya Lionel Messi beberapa waktu lalu. Mundurnya Messi juga berimbas kepada tim Olimpiade 2016. Sebab, pemain Barcelona itu jadi tidak bisa diikutkan ke dalam kuota tiga pemain di luar kategori pemain berusia di bawah 23 tahun. Faktor pelatih juga bisa mempengaruhi stabilitas tim. Gerardo “Tata” Martino yang mundur usai kalah dari Cile di final Copa America Juni lalu menjadi penyebabnya. Tata merasa tidak didukung AFA (Federasi Sepakbola Argentina) terkait persiapan jelang Olimpiade dengan hanya sembilan pemain yang mengikuti persiapan di hari pertama training center. Dan, Julio Olarticoechea yang menjadi pengganti dicap masih belum bisa membawa Argentina kembali mendominasi ajang empat tahunan tersebut. \"Menurut saya, keyakinan pelatih tidak salah. Kami tetap kuat meski sebagian besar pemain yang ada adalah masih belia,\" sambung Werthein. Tidak hanya muda. Komposisi pemain Argentina juga mayoritas berisikan mereka yang main di kancah domestik. Dari 18 personel yang dibawa, hanya lima pemain yang berkiprah di luar negeri, yakni Angel Correa (Atletico Madrid), Manuel Lanzini (West Ham United), Geronimo Rulli (Real Sociedad), Jonathan Calleri (Sao Paulo), dan Lucas Romero (Cruzeiro). Keraguan lainnya adalah tidak disertakannya Paulo Dybala dan Mauro Icardi ke dalam skuad Olimpiade kali ini juga memantik sangsi dari banyak pihak. Padahal dua bomber tersebut sedang naik daun. Namun, klub masing-masing, yakni Juventus dan Inter Milan enggan melepasnya. Meski begitu, bukan berarti Argentina tidak bisa berbicara banyak dalam Olimpiade kali ini. Sebagai ganti Dybala dan Icardi, Giovani Simeone yang merupakan anak dari Diego Simeone masuk skuad. Dia akan bekerja sama dengan anak buah sang ayah di Atletico Madrid, yakni Angel Correa. Hadirnya dua pemain tersebut, terutama Simeone bisa dibilang bak oase bagi Argentina agar asa untuk juara tetap menyala. Penyerang River Plate tersebut adalah top score dengan sembilan gol saat mengikuti kejuaraan Amerika Selatan U-20 pada Februari 2015 lalu yang berujung kepada lolosnya Argentina ke Olimpiade 2016. Selain itu, Angel Correa yang merupakan anak ajaib Los Rojiblancos—sebutan Atletico—juga bisa membikin perbedaan. Dia masuk dalam salah satu pemain terbaik sepanjang turnamen tersebut digelar setelah sempat melakukan operasi jantung. \"Semua usaha dan semangat yang ditunjukkan mereka tidak sia-sia,\" ujar Diego Simeone. \"Kami bekerja sangat keras sepanjang tahun dan sekarang waktu yang tepat untuk memetik hasilnya,\" sambung gelandang Argentina kala juara Olimpiade 1996 Atlanta tersebut. Di Olimpiade 2016, Argentina tergabung bersama Honduras, Aljazair, dan Portugal di grup D. Dan, mereka akan memulai perjuangan meretas juara dengan bersua lawan tangguh, yakni Portugal, pada matchday pertama 4 Agustus 2016. (io)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: