Harga Kebutuhan Pokok Masih Tinggi 

Harga Kebutuhan Pokok Masih Tinggi 

KEJAKSAN – Setelah Idul Fitri, rupanya harga kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) belum juga normal. Bahkan, harga sayur mayur terutama bawang merah dan daun bawang masih mahal. Kondisi ini diprediksi berlangsung hingga Idul Adha. \"Yang normal harganya cuma beras. Gula saja masih mahal, telur naik lagi,\" kata pedagang kepokmas di Pasar Kanoman, Bukhori,  kepada Radar, Rabu (10/8). Disebutkannya, harga gula masih bertahan Rp16 ribu/kg dan telur ayam Rp21.500/kg. Gula pasir hingga kini belum kembali ke level normal. Padahal, harga gula biasanya di bawah Rp15 ribu/kg. \"Kayaknya bakal terus-terusan naik sampe Idul Adha,” tuturnya. Harga gula di Pasaran yang masih relatif tinggi justru berbeda yang dialami oleh petani tebu Jawa Barat. Diduga, derasnya arus impor gula yang masuk ke Indonesia saat ini telah menekan harga jual gula lokal yang kini tengah menghadapi masa produksi akibat panen tebu sedang berlangsung. Berdasarkan informasi yang diperoleh DPD Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat, hasil lelang gula hasil produksi PTPN 11 Wilayah Barat sebesar Rp 11.450/Kg. Kemudian, harga DO gula di Jawa Timur sebesar Rp 11.900/Kg. Tentu saja, hal ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Pasalnya, jika mengacu hasil lelang gula tahap ketiga PT PG Rajawali II Cirebon beberapa waktu lalu, harga masih pada kisaran Rp13.450/Kg. “Harga gula lagi turun. Ini karena kran impor gula sudah dibuka,”papar Wakil Ketua DPD APTRI Jawa Barat, Mae Azar. Selain kran impor dibuka, muncul isu Perum Bulog ingin membeli gula petani sebesar Rp9.700. Kondisi ini menjadi salah satu pemicu investor gula tidak berani membeli gula petani jauh melebihi harga Bulog. “Kebijakan seperti ini harus segera direvisi, ini tidak baik untuk kelangsungan perkembangan perkebunan tebu secara nasional. Khususnya di Jawa Barat,” bebernya. Dalam kesempatan ini, pihaknya terus menyerukan penolakan impor raw sugar yang terjadi saat ini. Sebab, bisa merusak tatanan industri pergulaan nasional, mengingat petani tebu tengah panen. “Kalau impornya saat petani sedang tidak panen tidak apa. Tapi, saat ini petani sedang panen, gula impor datang. Anehnya, ada saja petani yang mendukung impor raw sugar,” tukasnya. (via)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: