Bawa Kotak Amal, Peminta Sumbangan Fiktif Ditangkap

Bawa Kotak Amal, Peminta Sumbangan Fiktif Ditangkap

PATROL - Para peminta sumbangan dengan kedok untuk pembangunan tempat ibadah seperti masjid maupun pondok pesantren marak berkeliaran di wilayah pelosok desa Kabupaten Indramayu. Mereka berjalan kadang berkelompok atau sendiri-sendiri, memakai seragam sembari membawa map berisi dokumen kotak amal. Nah, masyarakat mesti hati-hati dengan mereka. Pasalnya, mayoritas peminta sumbangan itu diduga palsu alias fiktif. Hal ini terungkap setelah Camat Patrol Teguh Budiarso SSos MSi beserta jajaran Satpol PP menangkap seorang oknum peminta sumbangan fiktif yang mengatasnamakan pembangunan sebuah pondok pesantren di wilayah Kecamatan Lohbener. Pelaku, Ato (26) diciduk saat meminta sumbangan ke kantor Kecamatan Patrol. Dalam menjalankan aksinya, dia membawa kotak amal bertuliskan nama sebuah pondok pesantren di wilayah Kecamatan Lohbener. Namun saat ditanya, Ato memberikan keterangan berbeda dari tulisan yang tercantum di kotak amal. Jika uang sumbangan yang diterimanya untuk pembangunan sebuah masjid di wilayah Kecamatan Karangampel. Merasa pernah menjadi Camat Karangampel, Teguh Budiarso lantas menanyakan hal lain yang ternyata tidak dijawab dengan tepat oleh pelaku. “Saya kan pernah di Karangampel, tahu persis keberadaan masjid dan pengurusnya. Oknum ini ketika ditanya, dijawab ngawur. Setelah didesak, benar saja ini sumbangan fiktif dan hanya untuk kepentingan pribadi,” terang dia. Dari pengakuan pelaku, ungkap Camat Teguh, rombongan peminta sumbangan palsu ini berjumlah 8 orang. Mereka dibawa oleh seorang koordinator menggunakan mobil lalu diturunkan menyebar ke sejumlah tempat. Menjelang sore mereka dijemput sekalian menyetor uang hasil sumbangan yang telah dikumpulkan rata-rata antara Rp25 ribu sampai Rp50 ribu perhari. Pelaku sendiri mengaku mendapatkan bagian antara Rp50 ribu sampai Rp100 ribu sehari. “Itu belum termasuk uang yang mereka ambil untuk makan, jajan dan sebagainya. Yang di lapangan ini cuma orang suruhan saja, ada koordinatornya, ada mafianya,\" jelas dia. Sayangnya kata dia, pelaku yang tidak memiliki KTP ini, mengaku tidak mengenal siapa koordinatornya lantaran baru bertugas tiga hari. Merasa kasihan karena memiliki cacat fisik, pelaku akhirnya dilepas setelah diberi makan dan uang saku untuk ongkos pulang. (kho)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: