TNGC Kecewa Sikap Donatur Masjid Buper Panten

TNGC Kecewa Sikap Donatur Masjid Buper Panten

MAJALENGKA - Mangkraknya pembangunan masjid di kawasan Buper Panten Desa Argalingga Kecamatan Argapura dikeluhkan pihak Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Kasi TNGC, Ir Siswoyo menjelaskan pada perjanjian pihak TNGC dengan donator asal Arab Saudi, masjid yang akan dibangun itu merupakan hibah dan tidak ada kompensasi apapun. Dalam proses pembangunan donator asal Arab tersebut meminta lokasi bangunan untuk rumah toko (ruko) di sekitar masjid Buper Panten, sehingga pihak TNGC tidak memberikan izin. Awalnya masjid itu merupakan hibah dan sepaket dengan pembangunan toilet. “Kami telah menanyakan kepada donatur asal Arab tersebut dan berjanji seminggu kedepan pembangunan masjid akan dilanjutkan, dan bila tidak dilaksanakan maka pihak TNGC akan berkoordinasi dengan Pemdes Argalingga untuk menyelesaikan pembangunan masjid yang mangkrak tersebut,” kata Siswoyo saat dikonfirmasi Radar melalui sambungan telepon, Selasa (4/10). Dibeberkan Siswoyo, dalam Mou dengan donatur tersebut disepakati bila masjid telah rampung dibangun maka akan dihibahkan kepada negara untuk dijadikan sarana ibadah di kawasan Buper Panten tersebut. Dia juga belum mendapat laporan jika pengunjung buper yang buang air kecil atau buang hajat di toilet yang baru dibangun dikenakan retribusi Rp2 ribu. “Nanti tidak ada retribusi ke toilet itu tarifnya Rp2 ribu dan kita akan ditertibkan,” tandas Siswoyo. Pengelola Buper Panten Eman Sulaeman menyayangkan  mangkraknya pembangunan masjid di area buper Panten. “Kalau memang donator tidak melanjutkan pembangunan, kami akan menyelesaikan secara bergotong royong yang penting ada kepastian. Padahal masjid yang lama telah dibongkar, dan kini pembangunan masjid baru terhenti. Sehingga kami membuat  musola darurat karena tuntutan para pengunjung buper, dan kami malu kepada para pengunjung,” kata Eman. Hal senada dikeluhkan pengelola buper Panten lainnya, Dodo Sulaeman. Para pengunjung menurutnya sangat membutuhkan tempat ibadah. Para pengunjung juga mengeluhkan tarif toilet di area buper sebesar Rp2 ribu. Pengunjung asal Desa Weragati Kecamatan Palasah, Yayat SPd berharap sarana ibadah khususnya musala bisa tersedia di kawasan buper. Yayat juga meminta agar layanan toilet tidak dupatok Rp2 ribu. “Harusnya untuk di buper ini toilet digratiskan, kalaupun tidak pengunjung memberi seikhlasnya dan tidak ditarif. Untuk masuk ke buper ini kita sudah dikenakan tiket,” pinta guru SMK Ar Rahmat itu. (ara)           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: