(3) Green School Bali; Bikin Penasaran Ban Ki-Moon

(3) Green School Bali; Bikin Penasaran Ban Ki-Moon

Faktor keramahan lingkungan serta energi yang bisa diperbarui memang menjadi isu sentral di sekolah tersebut. Karena itu, tidak heran para siswa didorong untuk menanam sayur-mayur secara organik. Mereka juga menanam padi yang nanti dimakan bersama di kantin sekolah. LISTRIK untuk memenuhi kebutuhan sekolah diusahakan secara mandiri dengan membangun solar panel dan microhydro power (pembangkit listrik tenaga air/PLTA mini) yang ditempatkan di tepi Sungai Ayung. Bukan hanya itu, bus sekolah yang digunakan untuk antar jemput murid juga berbahan bakar ramah lingkungan. Bus yang diberi nama Bio Bus itu menggunakan bahan bakar biofuel dari minyak bekas menggoreng. “Bus itu awalnya juga berasal dari proyek siswa,” ucap Leslie Medema, yang sebelum menjadi kepala GSB pernah mengajar mata pelajaran sejarah, pidato (speech), dan life skill itu. Dengan segala keunikan yang dimiliki, sejumlah penghargaan pun berhasil diraih sekolah tersebut. Di antaranya, GSB pernah dinobatkan sebagai Greenest School on Earth (sekolah paling hijau di bumi) pada 2012. Award itu diinisiatori oleh Center for Green Schools at the US Green Building Council. Keunikan bangunan-bangunan bambu itulah yang mengantarkan GSB menjadi salah satu finalis Aga Khan Award for Architecture pada 2010, penghargaan arsitektur yang diberikan sejak 1977. Bangunan eco-friendly plus hutan yang menjadi lokasi sekolah itu tentu memaksa para siswa yang awalnya masuk sekolah konvensional di kota untuk beradaptasi. Namun, menurut Leslie, proses adaptasi siswa tidak membutuhkan waktu lama. Sebab, pada dasarnya, alam yang penuh petualangan itulah yang disukai anak-anak. Anak-anak bebas berlarian menerabas hutan. Juga berenang di sungai ataupun berendam di kolam lumpur. “Ya, terkadang mereka jatuh, lecet-lecet, atau menangis. Namun, bukankah itu inti dari hidup? Terkadang kita jatuh dan harus kembali bangkit,” ucap Leslie. Perempuan yang sudah enam tahun tinggal di Bali tersebut mengatakan, karena lingkungan yang sangat fisik itulah, anak-anak didiknya rata-rata selalu fit dan jarang sakit. Itu ditunjang dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti sepak bola, basket, sampai yang spesifik seperti trail running. Murid-murid memang menjadi pusat perhatian para guru dan staf sekolah. Walau begitu, tidak berarti peran orang tua dilepaskan begitu saja dalam pendidikan anak. Sebaliknya, orang tua sangat dilibatkan. Misalnya, secara berkala ada pertemuan guru dengan murid. Kegiatan-kegiatan bagi orang tua pun banyak di sekolah itu. Di antaranya, kelas yoga dan kelas belajar bahasa Indonesia. Orang tua murid juga dibebaskan untuk nongkrong di wilayah sekolah. Salah satu orang tua murid di sekolah itu adalah model dan presenter Nadya Hutagalung. Presenter Asia’s Next Top Model (cycle 1) itu menyekolahkan dua anaknya di sana. Namun, pihak sekolah tidak memberi tahu identitas dua di antara tiga anak Nadya yang disekolahkan di GSB. Dengan segala keunikannya, GSB menjadi tempat rujukan untuk belajar tentang berbagai hal. Di antaranya, Dirjen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Kemendikbud yang berkunjung pada awal Oktober dan para mahasiswa jurusan arsitektur dari sejumlah universitas. Tidak hanya menarik minat dari dalam negeri, reputasi sekolah yang sudah mendunia juga menarik minat para tokoh internasional untuk bertandang ke sana. Di antaranya, aktivis lingkungan Alexandra Cousteau. Ada pula sejumlah public figure dunia seperti aktris Daryl Hannah plus model superkondang kreator acara America’s Next Top Model Tyra Banks. “Tapi, Tyra Banks tidak sedang mencari model di sini,” seru Leslie, lalu terbahak. Dari dunia fashion, ada nama Donna Karan, pemilik brand fashion terkenal DKNY. Dia pernah datang ke GSB. Ada juga magician yang sangat terkenal, David Copperfield. Satu nama tenar lain yang pernah menginjakkan kaki di kompleks GSB adalah mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Ban Ki-moon. Pejabat dari Korea Selatan itu berkunjung pada 28 Agustus 2014. ”Ini adalah sekolah yang paling unik dan impresif yang pernah saya kunjungi,” ungkap pria 72 tahun itu seperti dikutip dari website GSB. Nah, untuk mengetahui kehidupan sekolah dan berbagai bangunan yang terdapat di dalamnya, pengunjung dari kalangan masyarakat umum bisa mengikuti tur yang dibuka institusi pendidikan tersebut. Jadwal tur setiap weekday mulai pukul 09.00 sampai 10.00. Sedangkan jadwal tur weekend mulai pukul 10.30 sampai 11.30. Tur tersebut mampu menarik minat pengunjung. Misalnya yang terlihat saat Jawa Pos (Radar Cirebon Group) mengikuti tur pada Jumat (7/10). Ketika itu ada 20 orang dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Selandia Baru, Italia, Nepal, dan Indonesia yang menjadi peserta tur. Berbekal headset yang menempel di telinga, para partisipan tur mendengarkan penjelasan dari Kate Druhan yang memandu tur sembari menjelajahi pelosok sekolah. “Fee untuk mengikuti tur itu, salah satunya, digunakan sebagai sumber pendanaan bagi para siswa yang medapatkan beasiswa,” terang perempuan dari Australia yang juga ketua komite sekolah tersebut. (habis/dinarsa kurniawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: