Takaut Roboh, Warga Tengahtani dan Weru Minta Jembatan Permanen

Takaut Roboh, Warga Tengahtani dan Weru Minta Jembatan Permanen

WERU – Warga Kecamatan Tengahtani dan Kecamatan Weru di Desa Setu Wetan dan Desa Gesik mengeluh. Pasalnya, dua lokasi itu terhubung hanya menggunakan jembatan bambu dan rawan roboh. Mereka meminta Pemkab Cirebon segera membangun jembatan permanen, sehingga warga yang melintas merasa aman. Salah satu warga, Saptaji mengatakan, kondisi jembatan yang menghubungkan antara Desa Setu Wetan dengan Desa Gesik hanya menggunakan bambu dan rawan ambruk. Sudah puluhan tahun terjadi, namun sayangnya pemerintah hingga kini belum ada rencana untuk membangun jembatan yang layak. Sehingga warga berinisiatif sendiri untuk membangun jembatan menggunakan bambu. Padahal menurut Saptaji, jembatan di Sungai Cipager tersebut merupakan akses utama warga dari sejumlah desa. Tidak mungkin warga dari Tengahtani mau ke Weru, menyeberang ke jembatan jalan pantura, karena itu cukup jauh. Belum lagi, anak sekolah banyak juga yang melewati jembatan bambu itu. Bahkan, jembatan bambu tersebut juga sering dijadikan jalur alternatif ketika pantura mengalami kemacetan. “Kalau pantura Plered ini macet, ratusan motor sering lewat sini. Bahkan nggak macet pun, kadang-kadang warga memilih lewat jembatan ini,” ungkapnya. Dirinya bersama warga lainnya sudah mengajukan permohonan pembangunan jembatan permanen kepada Pemkab Cirebon, dan sudah bertemu bupati langsung. Tapi belum ada realisasi sampai saat sekarang.   Senada disampaikan Karsiti. Menurutnya, warga yang melintasi jembatan bambu dimintai sumbangan apabila ada kerusakan. Itu membuktikan bahwa jembatan itu benar-benar hasil swadaya dari masyarakat. “Kalau warga ada yang lewat, ya diminta sumbangan seikhlasnya. Dana itu dialokasikan untuk perbaikan jembatan jika ada kerusakan,” bebernya. Karsiti mengungkapkan, warga sangat membutuhkan jembatan permanen. Karena jalur ini merupakan akses ekonomi warga. “Kita sangat khawatir jembatan ini roboh. Apalagi sering hujan dan air sungai kadang tinggi,” pungkasnya. (den)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: