Perpustakaan Berjalan, Cara Sopir Angkot di Bandung; Sediakan Buku agar Penumpang Tak Main Ponsel

Perpustakaan Berjalan, Cara Sopir Angkot di Bandung; Sediakan Buku agar Penumpang Tak Main Ponsel

Semangat literasi dari sang istri membuat M. Pian Sophian memberikan pelayanan berbeda di angkotnya. Sejak sekitar tiga bulan lalu, dia mengisi mobil penumpangnya dengan berbagai buku bacaan. Jadilah perpustakaan berjalan.  Laporan: BAYU PUTRA, Bandung KEMACETAN mewarnai sejumlah jalan di Kabupaten Bandung, Selasa pekan lalu (25/10). Di salah satu ruas jalan di kawasan Pasirkoja, polisi lalu lintas sedang mengevakuasi mobil yang sehari sebelumnya hanyut terbawa banjir. Mobil tersebut ditemukan di Sungai Citepus dan tersangkut di bawah jembatan. Jalanan di sekitar lokasi evakuasi macet total. Pian, panggilan M. Pian Sopian, mengemudikan angkotnya dengan perlahan. Angkot bernopol D 1907 VP itu sedang sepi karena beberapa ratus meter sebelumnya sebagian besar penumpangnya baru saja turun. Di tengah kemacetan tersebut, seorang pria berjaket hitam naik dan duduk di pojok belakang. Sejenak dia tertegun melihat deretan buku di kaca belakang angkot jurusan Leuwi Panjang–Soreang itu. Buku-buku tersebut didirikan menempel di kaca belakang yang dibatasi pagar besi setinggi 15 cm. Sejurus kemudian, dia mulai mengambil sebuah buku dan membolak-balik halamannya. Tidak berapa lama, dia mengganti bukunya. Kali ini dia membacanya dengan serius. Buku yang dibaca berjudul Daun Berserakan karya Palgunadi Tatit Setyawan. Pria bernama Dedi Junaedi itu mengaku takjub dengan adanya perpustakaan di angkot tersebut. Sebab, buku yang disajikan cukup berkualitas. “Ini saya baca buku tentang Islam, tentang akhlak,” tuturnya. Dia juga mengaku tidak pusing membaca di dalam angkot yang sedang berjalan. Sudah sejak Agustus lalu, mobil angkot berwarna hijau itu diisi buku-buku bacaan. “Tiap hari saya bawa 25 buku,” tutur Pian. Jenis bukunya berbeda-beda. Mulai komik untuk anak-anak hingga buku-buku politik dan agama. Ada pula novel dan buku tafsir undang-undang. Misalnya, novel Dilan: Dia adalah Dilanku dan Ayat-Ayat Cinta. Ada pula buku Pengantar Ilmu Politik, komik Avatar: The Legend of Aang, serta buku Apa Jadinya Dunia tanpa Islam. Semua ditata rapi di rak sederhana itu. Di atasnya ada tulisan dengan huruf kapital yang ditempelkan di kaca: BACA BUKU GRATIS. Sementara itu, di sisi kaca luar, ditempel tulisan PUSTAKA. Rute Leuwi Panjang–Soreang cukup menjemukan untuk dilalui hanya dengan duduk manis di angkot. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 kilometer. Tapi, ada beberapa hal yang bisa membuat penumpang jenuh. Pertama, bila dari Leuwi Panjang, rute angkot akan memutar agak ke utara menuju kawasan dekat pusat Kabupaten Bandung. Rute pun menjadi lebih panjang hampir 10 kilometer. Kedua, rute yang dilalui angkot Pian merupakan kawasan yang lalu lintasnya sering macet. Jawa Pos (Radar Cirebon Group) sempat merasakan angkot Pian dari Terminal Soreang menuju Leuwi Panjang PP (pergi-pulang). Ternyata membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk satu jalur saja. Namun, saat beranjak dari Leuwi Panjang ke Soreang, waktu tempuhnya melonjak dua kali lipat menjadi lebih dari tiga jam. Sebab, jalanan macet. Pada saat itulah buku-buku Pian bermanfaat. Para penumpang antusias membaca buku-buku yang disuguhkan. Kebetulan, angkot tersebut juga melewati sejumlah sekolah, SD hingga SMA. Para siswa SD biasanya mengincar komik, sedangkan siswa SMA memilih novel untuk dibaca. Sementara itu, ibu-ibu lebih suka buku-buku resep memasak. Pian menuturkan, ide meletakkan perpustakaan mini di angkot itu berasal dari istrinya, Elis Ratna Sumilar. Kebetulan, Elis merupakan staf perpustakaan di SDN Cisalak, Bandung. Awalnya, sebagian buku di angkot itu merupakan hasil meminjam di perpustakaan SDN Cisalak dan UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Sebagian lagi merupakan koleksi pribadi Elis dan Pian. “Tapi, setelah (perpustakaan angkot itu, red) muncul di Facebook, banyak yang nyumbang,” lanjut Pian. Elis memang mem-posting perpustakaannya itu di akun pribadinya dan sempat menjadi viral. Banyak netizen yang memuji langkah Pian tersebut karena dinilai inspiratif dan bermanfaat. Hasilnya, penumpang mengapresiasi. Bahkan, gara-gara asyik membaca buku di angkot, beberapa penumpang sampai terlewat dari tujuan semula. “Untungnya belum jauh,” kata ayah Zulfa Nisa Sophian itu. Tidak jarang, penumpang yang biasa naik angkotnya me-request buku untuk dibawa Pian dalam perjalanan berikutnya. “Biasanya saya ganti bukunya setiap empat hari. Bila buku yang dipesan ada, pasti saya bawa,” tuturnya. Ada juga yang ingin membeli buku di perpustakaan angkot Pian. “Waktu itu ada penumpang ibu-ibu. Dia mau buku politik Islam. Saya bilang bukunya nggak dijual,” ucap pria kelahiran 1 Januari 1979 itu. Kiprah perpustakaan angkot Pian itu ternyata sudah sampai ke pejabat di Pemkab Bandung. Kabarnya, Pemkab Bandung hendak membantu Pian dan Elis berkaitan dengan perpustakaannya tersebut. Di luar itu, buku-buku terus berdatangan dari para donatur. Rata-rata donatur menyumbang 5–10 buku. Namun, ada pula yang menyumbang 100 eksemplar buku. Pian menjelaskan, tujuan utama dirinya menyediakan buku adalah membuat para penumpang tidak bosan di dalam angkot. Sekaligus memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi penumpang selama perjalanan. “Daripada anak-anak sekolah itu asyik main HP, lebih baik baca buku. Kan tambah pengetahuannya,” papar Pian. Kondisi itu membuat Pian prihatin. Dia ingin anak-anak sekolah lebih banyak membaca buku daripada main HP sehingga wawasannya bertambah. Apalagi Pian punya pengalaman pahit dengan sekolah. Pian hanya lulus SD. Baru beberapa tahun lalu, dia disuruh istrinya untuk mengikuti program kejar paket B atau setara SMP. Satu hal yang dia sesali, dia tidak melanjutkan sekolah karena salah pergaulan. “Kelas 6 SD saya sudah minum (minuman keras),” kenangnya. Dengan tekad kuat untuk berhenti, ditambah support dari sang istri, kebiasaan minum itu akhirnya berhenti total pada pertengahan 2016. Dia merasa lega karena bisa lepas dari minuman keras. Dari situ, dia ingin menebus pengalaman pahitnya tersebut dengan menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat luas. (*/c5/ari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: