Pulung Saputera (40), Petani Mangga di Desa Belawa;  Modal Awal Rp700 Ribu, Kini Omset Setahun Rp1 M

Pulung Saputera (40), Petani Mangga di Desa Belawa;  Modal Awal Rp700 Ribu, Kini Omset Setahun Rp1 M

Kerja keras tak akan mengkhianati hasil. Itulah yang menggambarkan Pulung Saputera (40), salah satu petani yang berhasil membudidayakan Mangga Harum Manis di Desa Belawa. Bagaimana kisahnya? Laporan: JAMAL SUTEJA, Lemahabang SEJAK tahun 1994, Pulung yang hanya lulusan SMA, memilih menjadi petani. Suatu pekerjaan yang mulai banyak ditinggalkan. Bagaimana tidak, rekan-rekannya saat itu lebih memilih pergi bekerja atau berdagang ke ibu kota, dari pada harus menjadi petani. Namun, Pulung berpikir lain. Dia melihat potensi desanya yang setiap jengkal tanah pekarangan terdapat pohon mangga. \"Teman-teman seangkatan saya saat itu ke kota semua, sementara saya melihat desa kita sebenarnya kaya. Saya menelusuri dan berpikir untuk mengembangkan potensi ini,\" ujarnya saat berbincang dengan Radar, Senin (1/11). Dengan modal hanya Rp700 ribu untuk menyewa lahan dan pohon mangga, dia mulai menggeluti budidaya Mangga Harum Manis. \"Saya keluar sekolah, hasil pun pas-pasan. Tidak punya keahlian. Kenapa tidak memberdayakan potensi alam yang ada di sini?\" tukasnya lagi. Meski sempat bolak balik ke Jakarta untuk menjadi kuli/buruh, hasil kuli itu ia gunakan untuk modal budidaya mangga. Dari sana, dia mencoba menekuninya. Hingga sekarang berubah menjadi 180 derajat. \"Pas awal mengelola panen itu harus nunggu bulan ke 11, sekarang bulan April pun sudah bisa mulai panen. Bahkan setiap bulan sudah bisa panen,\" terangnya. Hal ini karena adanya penerapan teknologi off season. Hasil yang didapatkan pun meningkat drastis. Ratusan ton dipanen setiap tahunnnya. Pemasarannya pun terus berkembang. Dari pasar lokal, kaki lima hingga ke beberapa kota besar. Bahkan ada juga yang beli dari Singapura yang dijadikan untuk buah tangan. \"Ya bahkan untuk memenuhi permintaan pasar kita kekurangan,\" ujarnya. Harga satu kilogram Mangga Harum Manis, Rp21 ribu/kg. Sementara untuk mangga Matang Pohon (MP) bisa mencapai Rp32 ribu/kg. Dia memang mengaku harga pasar kadang kurang menghargai mangga-mangga yang berkualitas. \"Barang kualitas dihargai sama dengan mangga alami, walaupun kata sebagian orang mangga alam ini lebih enak, tapi dari sisi penerapan teknologi tekstur jelas berbeda karena mendapatkan perawatan dan standar pengelolaan,\" ucapnya. Di lain sisi, pihaknya juga memang belum bisa maksimal untuk masuk dalam standar ekspor. Sejauh ini, penjualan mangga arumanis hanya dijual di pasar lokal. Adapun dari negara lain, mereka hanya membeli untuk oleh-oleh semata. Budidaya Mangga Harum Manis bukan tanpa tantangan. Tantangan terberat ada pada faktor alam dengan cuaca yang ekstrem dan perkembangan hama. \"Sekarang hama-hama baru muncul, kaya hama kupu-kupu putih ini baru muncul tahun 2000an, padahal dulu tidak ada,\" terangnya. Di samping itu, dengan adanya faktor cuaca ekstrem misalnya, perawatan pun harus lebih ekstra. \"Dulu nyemprot hanya satu kali, sekarang bisa dua kali sehari, seharusnya semakin sulit perawataan akan lebih memiliki nilai ekonomis yang tinggi,\" terangnya. Anggota Kelompok Tani Desa Belawa, Dadan Hendarman mengatakan, jumlah petani mangga terdapat 100 orang. Dengan luas lahan 150 ha, ditanami dengan Mangga Cengkir, Mangga Gedong dan mangga lainnya. \"Kualitas standar ekspor memang belum bisa mencapai, tapi kami siap bekerjasama dan bermitra, untuk menghasilkan kualitas mangga yang lebih baik,\" terangnya. (*)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: