Harya “Hasmi” Suraminata, Pencipta Gundala Putra Petir, Mangkat di Usia 70 Tahun

Harya “Hasmi” Suraminata, Pencipta Gundala Putra Petir, Mangkat di Usia 70 Tahun

Komplikasi diabetes merenggut nyawa Harya Suraminata alias Hasmi kemarin (6/11). Sejak menciptakan Gundala Putra Petir di usia 23 tahun, sosok kelahiran Jogjakarta, 25 Desember 1946, itu dikenal sebagai salah seorang seniman terbaik di tanah air. Jejaknya di bidang komik, teater, film, hingga sinetron akan membuatnya senantiasa dikenang.  Laporan: VITA WAHYU HARYANTI, Sleman HASMI berpulang pada pukul 12.30 kemarin (6/11) di Rumah Sakit Bethesda, Jogjakarta. Setelah dirawat selama sepuluh hari karena komplikasi diabetes. Ainun Anggitamukti (18), anak pertama Hasmi, menyatakan bahwa kondisi ayahnya semakin lemah dalam beberapa hari terakhir. Selain menderita diabetes, Hasmi mempunyai riwayat infeksi usus buntu. Bahkan, 24 tahun lalu nyawa Hasmi juga sempat terancam karena ususnya pecah. “Ayah sudah sering dioperasi karena usus lengket. Jadi, harus dipotong. Dua tahun lalu juga sudah dioperasi,” kata Anggi. Anggi, yang kini kuliah semester I, sempat tidak percaya akan kepergian ayahnya. Sebab, malam sebelumnya Hasmi membaik dan dapat berbicara dengan lancar. Namun, apa mau dikata, Hasmi kritis ketika Anggi tiba di rumah sakit bersama ibunya, Mujiyanti, dan adiknya, Bathari Sekar Dewangga, kemarin. “Kami sudah mengira ada sesuatu yang terjadi dengan ayah. Kami melihat ayah sedang diberi penanganan karena kondisi kritis,” timpal Bathari. Di mata anak-anaknya, Hasmi adalah sosok yang sangat penyayang. Dia selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Termasuk kebutuhan Anggi yang baru saja masuk Teknik Sipil UGM. “Ayah sudah sepuh, tapi masih sibuk mencari pendapatan untuk kebutuhan kami,” katanya. Sebelum kepergiannya, Hasmi sebenarnya berjanji kepada anak-anaknya akan meluangkan waktu untuk sekadar berjalan-jalan. Tapi, takdir berkata lain. Anggi dan Bathari tidak bisa bertemu sang ayah lagi. ”Sudah ikhlas, ini yang terbaik, ayah sudah tenang di sana,” kata Bathari, pasrah. Bathari mengatakan belum bisa berkontribusi banyak untuk membahagiakan sang ayah. Baru belajar dan memberikan hasil terbaik yang saat ini bisa dia lakukan. Untuk melanjutkan kehidupan mereka tanpa sang ayah, Anggi dan Bathari mengaku belum terpikir akan bagaimana. “Yang jelas, kami akan berusaha sebaik mungkin agar sekolah kami tetap lancar walau ditinggal ayah,” ungkap Anggi. Kakak ipar Hasmi, Kawid Mujiharto, mengungkapkan, sosok pencipta Gundala Putra Petir itu dikenal dengan kesederhanaannya. Kehidupan bermasyarakatnya juga sangat baik. Walaupun nama dan kiprahnya di dunia seni, komik, dan perfilman sangat besar. Namun, hingga saat ini Hasmi belum memiliki rumah. “Hasmi sekeluarga masih menetap di rumah kontrakan sampai saat ini,” terang Kawid. Hasmi juga dekat dengan anak-anaknya. Bakat seninya menurun kepada anak-anaknya. Bathari gemar menulis dan akting. Sedangkan Anggi menguasai gambar dan tari.  Meninggalnya Hasmi menjadi kehilangan yang sangat besar bagi dunia seni tanah air. Meski sudah sepuh, sosok yang akrab disapa Mas Nemo itu masih sangat produktif. Dia juga tidak pernah pelit berbagi ilmu. Rumah kontrakan sederhana Hasmi kemarin dipenuhi para fans. Salah satunya Bambang Kriswanto. Mahasiswa Amikom Jogjakarta itu sangat sedih ketika mendengar kabar kepergian Hasmi. “Kaget banget. Beberapa hari yang lalu, sebelum dirawat di rumah sakit, masih ngobrol banyak,” ungkap Bambang. Sejak 2015, Bambang dan beberapa temannya yang mengagumi Hasmi berencana membuat renew film Gundala Putra Petir. Untuk membuat film yang apik, Bambang membutuhkan arahan Hasmi sebagai pengarang Gundala Putra Petir. Karena terkendala biaya dalam memproduksi, Bambang dan teman-temannya disarankan oleh Hasmi untuk membuat fan-made terlebih dulu. Dari sana, treasure film pendek bisa membuat pihak sponsor tertarik. “Selama ini, Pak Hasmi membantu dalam pembuatan naskah dan bagaimana rencana lanjutan dari proyek film tersebut,” ungkapnya. Bambang mengaku juga dibantu Sungging, salah seorang komikus seangkatan Hasmi, dalam membuat proyek itu. Di mata Bambang, Hasmi adalah sosok yang kreatif dan unik. “Pak Hasmi itu tak pernah pelit ilmu. Kalau diajak ngobrol seputar superhero, selalu lupa waktu,” tutur dia. Menurut Bambang, proyek yang sedang dikerjakannya itu merupakan karya yang dipersembahkan kepada Hasmi. Sebagai bentuk apresiasi kepada Hasmi karena telah berkontribusi banyak dalam dunia seni, komik, dan perfilman. “Untuk meneruskan proyek ini, kami merasa berat. Peran Pak Hasmi sangat penting dalam pembuatan renew film ini. Mungkin break sebentar,” ucap dia. Di tempat terpisah, budayawan dan seniman Butet Kartaredjasa mengungkapkan, Hasmi adalah sosok komikus legendaris yang disiplin dalam mengerjakan karyanya. “Beliau juga aktor yang cerdas dalam dunia teater. Untuk menghidupkan tokoh di dalamnya, Pak Hasmi juaranya,” puji Butet. Butet juga mengaku sering bekerja sama dengan Hasmi di beberapa karya seni teater. Salah satunya pementasan Gundala Gawat. Peran penting Hasmi di dunia teater juga sangat membantu anak-anak muda untuk berkarya lebih baik lagi. “Beliau sering membagikan ilmunya kepada anak-anak teater di Jogjakarta, bagaimana memerankan tokoh dengan baik di atas panggung,” kenangnya. Butet mengungkapkan, dengan kepergian Hasmi, dunia seni kehilangan tokoh penting di bidang komik dan perfilman. ”Walaupun karya dan kiprahnya besar, hal itu tidak membuat beliau lupa diri dan tetap hidup sederhana, mau membaur dengan siapa saja. Saya sangat kehilangan. Namun, kami akan terus mengenang karya-karyanya,” kata Butet. *** Gundala Putra Petir, karya terbesar Hasmi, merajai dunia komik tanah air pada 1970-an sampai 1980-an. Seri perdana Gundala Putra Petir terbit pada 1969. Judul pertamanya adalah Gundala Putera Petir. Sampai 1982, total ada 23 judul. Di mana-mana, tiap judul terbagi dalam beberapa seri. Bahkan, ada yang menembus 12 seri. Gundala Putra Petir, yang terinspirasi legenda Jawa Ki Ageng Sela, besar bersama serial komik lain, Godam Manusia Besi. Mereka menjadi komik hebat Indonesia sebelum akhirnya dikalahkan manga dari Jepang sejak 1990-an sampai sekarang. Di luar komik, Hasmi juga aktif sebagai penulis skenario film. Di antaranya, skenario film Kelabang, Lorong Sesat, dan Harta Karun Rawa Jagitan. Dia juga menulis skenario untuk acara ketoprak di TVRI Jogjakarta. Selamat jalan Hasmi. Karyamu akan senantiasa dikenang. (*/c11/ang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: