Butuh 1 Tahun untuk Pulihkan Pidie Jaya

Butuh 1 Tahun untuk Pulihkan Pidie Jaya

BENCANA gempa yang terjadi di Aceh kali ini memang bukan main. Selain menlahirkan total 10 ribu pengungsi, korban infrastruktur pun bukan kepalang. Mulai rumah warga hingga rumah ibadah tak lolos dari getaran super kencang. Lalu kapan Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireun akan kembali normal? Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan, dalam dua minggu ini pihaknya masih akan fokus dalam penanganan korban manusia. Karena itu dia mengaku belum tahu berapa target riil untuk rehabilitasi kabupaten. “Tapi kalau keinginan saya ya satu tahun bisa kembali seperti normal,” ujarnya. Dia menegaskan, proses peralihan dari tanggap darurat bakal menjadi penentu terhadap seberapa lama proyek rehabilitasi kabupaten akan berlangsung. Karena di saat itu pihaknya melakukan konsolidasi terhadap kerusakan infrastruktur dan berapa lama proses perbaikan atau pembangunan kembali infrastruktur. Untuk infrastruktur publik sendiri sudah ditaksir oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencapai Rp901 miliar. Namun, untuk bangunan milik pribadi pun masih perlu didorong. “Karena itu, pemerintah punya program insentif perbaikan rumah pribadi. Dana itu berupa stimulan hingga Rp40 juta,\" jelasnya. Dengan stimulan tersebut, dia berharap beban warga bisa menjadi ringan dan rehabilitasi lingkungan Pidie Jaya bisa lebih cepat. Namun, bagaimana dengan warga yang rumahnya luluh lantang dalam musibah kali ini? Willem pun menegaskan bahwa pemerintah bakal memberikan dana bantuan sewa rumah bagi yang tak punya hunian lagi. “Yang jelas, semua hak dari korban akan dipenuhi. Mulai dari santunan korban meninggal masing-masing Rp15 juta, hingga bantuan untuk sewa rumah warga,” tegasnya. Dalam kesempatan yang sama, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bersama Tim Tanggap Darurat Kementerian sudah terjun langsung di lokasi untuk proses identifikasi kerusakan dan mengambil langkah penanganan tanggap darurat. Hasilnya kemudian digunakan untuk proses rehabilitasi dan rekonstruksi di 3 kabupaten terdampak gempa. Dari hasil pengecekan awal di lapangan, dilaporkan beberapa infrastruktur mengalami kerusakan di antaranya retak memanjang pada badan jalan Sta. 142+300 (Pante Raja) sepanjang 200 m dengan lebar 20 cm dan kedalaman 1,2 m, bahu jalan retak pada Sta 125 + 000 (Lueng Putu/Pidie Jaya), bahu jalan amblas sepanjang 300 m di Sta 129 + 000 arah Banda Aceh – Medan, dan kerusakan pada oprit jembatan. Sementara itu, khusus untuk kondisi Bendungan Rajui yang berada di Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie dan diresmikan tahun 2015 dilaporkan secara keseluruhan dalam kondisi aman. Bendungan yang berbentuk urugan homogen dengan tinggi bendungan 41,20 m dan luas genangan 33,60 Ha ini bermanfaat untuk meningkatkan penyediaan air baku, meningkatkan produksi pertanian, mendukung program ketahanan pangan, mengembangkan perikanan darat dan menciptakan lapangan kerja di Kawasan Padang Tiji, Kabupaten Pidie. “Kondisi infrastruktur akibat gempa bumi di 3 kabupaten di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, yakni Kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen saat ini masih dalam kondisi terkendali,” ungkapnya. Dia menjelaskan, untuk jalan  nasional  ada beberapa ruas yang rusak, pecah dan amblas sepanjang lebih kurang 10 km. Kerusakan ini berada beberapa spot di Kabupaten Pidie Jaya, antara lain di Pante Raja dan Lueng Putu. “Kita sudah mulai tangani sejak siang tadi dengan penanganan sementara berupa pengisian agregat,” ujarnya. Dia melanjutkan, untuk kondisi jembatan seluruhnya fungsional. hanya terjadi penurunan jalan pendekat (oprit) pada 7 jembatan, yaitu Pante Raja, Krueng Seuma, Krueng Bie, Lhok Guda, Trieng Gadeng, Beuracan, dan Tutue Ara . \"Insya Allah seluruhnya kita bisa tangani segera,” tuturnya. Sementara, Terkait dengan bangunan publik yang runtuh, khususnya pondok pesantren di Samalanga dan masjid Atta Darut di Trieng Gadeng, Kementerian PUPR akan mendesain ulang dan membangun kembali fasilitas tersebut dengan konstruksi tahan gempa. Basuki turut mengidentifikasi bahwa Aceh sebagai daerah rawan gempa membutuhkan bangunan tahan gempa seperti RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) yang sudah teruji kualitasnya. \"Aceh sebagai daerah rawan gempa perlu memiliki building code dengan bangunan tahan gempa seperti RISHA. Lebih baik, lebih aman, dan lebih nyaman. Di lapangan kita lihat ada yang rubuh dan tidak, ini masalah kualitas bangunan,” ungkap menteri yang jago nabuh drum itu. Kemudian, di beberapa lokasi, sumur  dangkal di kawasan permukiman ada yang \'menghilang\'. untuk itu Kementerian PUPR akan memanfaatkan Instalasi Pengolahan Air (IPA)  terdekat untuk menjadi sumber air bersih. Sedangkan distribusi air bersih akan dilakukan melalui mobil tangki kapasitas 6000 liter sebanyak 4 unit dan 4000 liter sebanyak 5 unit yang semua sudah siap difungsikan mulai petang ini. “Kita akan pastikan juga bahwa fasilitas MCK knockdown sebanyak 80 unit sudah fungsional malam ini untuk melayani warga,” tegasnya. (bil/tyo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: